Happy reading
⏳
Clarissa dan Jovin masuk ke ruangan yang bertuliskan predir di depan pintu ruangan itu.
Pertama yang di lihat oleh Clarissa adalah seorang wanita cantik, tinggi dan tidak terlalu kurus berdiri di tempat meja kerjanya dengan matanya yang sembab seperti habis menangis.
Namun Clarissa tidak memperdulikannya ia tetap masuk ke dalam ruangan itu dan langsung berdiri di dekat jendela.
"Wow!! Pemandangan dari sini indah sekali. Mungkin ketika malam hari akan lebih indah,"
Jovin yang berdiri tidak jauh dari Clarissa mengembangkan senyumannya dengan tangan yang masuk ke dalam saku celana.
Ia hendak ingin duduk di tempatnya namun sayang, matanya yang nakal ini tidak sengaja melirik Anne. Wanita yang selama satu tahun tidak mengabarinya, ia hilang bak seperti di telan bumi.
Matanya sembab dan masih memerah namun Jovin tidak memperdulikannya ia tetap berjalan ke meja kerjanya.
"Aa!!"
Teriakkan itu mampu membuat Anne dan Jovin terkaget di buatnya.
"Kau Anne kan?" ujar Clarissa menatap wajah Anne dengan lekat.
"A-"
"Hai!! Senang bertemu denganmu," Clarissa menyodorkan tangan kanannya pada Anne.
Anne menatap tangan itu sejenak dengan kernyitan di dahinya.
Merasa tidak mendapatkan respon Clarissa mengambil tangan kanan Anne dan mengajaknya bersalaman.
"Senang bertemu denganmu kak Anne. Aku Clarissa."
***
"Oh iya kak, kenapa dengan kekasihmu itu? Kenapa dia terlihat habis menangis? Dan juga tadi aku hampir tidak mengenalinya kerena matanya yang memerah,"
Saat ini mereka berada di dalam mobil menuju ke kediaman Alexander.
Jovin diam tidak menjawab pertanyaan Clarissa. Ia lebih memilih fokus mengemudi.
Clarissa yang merasa kakak laki-lakinya itu tidak mengacuhkannya kembali bersuara.
"Apa kalian bertengkar? Tadi kak Anne selalu melihat ke arah kita. Apa yang di pikirkannya tentangku saat itu, ya? Apa dia pikir aku ini kekasih-"
"Diamlah!"
Mendengar bentakkan yang keluar dari mulut Jovin membuat Clarissa terkesiap dan menatap kaka laki-lakinya itu dengan matanya yang membulat seketika.
"Kenapa kau marah? Aku kan cuma bertanya! Kenapa orang dewasa sangat menyebalkan?!"
Clarissa mengomel dengan bersedekap d**a dan menatap lurus ke jalanan.
Jovin hanya bisa diam ketika Clarissa terus mengomel di sampingnya. Ia sejenak memegangi kepala dengan siku yang menyandar ke jendela mobil. Otaknya kembali memutar kejadian ketika di kantor tadi.
Apa yang dia pikirkan ketika melihat aku bersama dengan Clarissa? Apa benar yang dikatakan Clarissa tadi jika Anne berpikir dia itu kekasihku?
Jovin menggelengkan kepalanya keras. Tidak. Tidak mungkin dia berpikiran seperti itu. Masa iya aku berpacaran dengan anak kecil seperti Clarissa
"Are you okay, kak?"
Suara Clarissa langsung membuyarkan pikiran Jovin tentag Anne. Ia memutar kepalanya menghadap Clarissa.
"Mm.." Jovin menganggukkan kepalanya.
Kendaraan mereka pun masuk ke perkarangan kediaman Alexander. Clarissa membuka pintu mobil dan berdiri menatap menatap rumah yang selama ini ia rindukan.
"Akhirnya aku kesini lagi,"
"Memangnya selama ini kau kemana?" sela Jovin yang sudah berdiri di samping adik perempuannya itu. "Kau terlalu berlebihan dalam mengutarakan sesuatu. Bantu aku mengeluarkan kopermu itu,"
Clarissa berdecak kesal mendengar ucapan Jovin.
"Dia benar-benar pria yang menyebalkan! Bagaimana bisa kak Anne tahan akan sikapnya yang satu itu?" bisik Clarissa.
"Hei!! Apa yang kau lakukan di sana? Bicara dengan siapa? Bantu aku keluarkam kopermu ini!"
Clarissa mencoba menahan rasa kesal yang ada di dirinya, "iya iya aku akan membantumu, jangan cemas!"
Kopernya yang berisi tak seberapa itu telah ada di sampingnya sekarang. Jovin menutup pintu bagasi.
"Kenapa tidak menyuruh pelayan mansion ini saja? Kenapa harus bersusah payah seperti ini?" omel Clarissa sembari menarik kopernya.
Ia berjalan berdampingan dengan Jovin. "Jika kita masih bisa kenapa harus meminta pelayan untuk melakukan itu lagi pula kopermu tidak berat dan itu pun hanya satu,"
Mendengar ucapan Jovin benar-benar membuat Clarissa semakin kesal. Kakaknya ini benar-benar bijak. Saking bijaknya apa pun pertanyaan yang ia ucapkan pasti ada saja jawabannya yang membuat lawan bicaranya tak bisa membalas ucapan yang ia lontarkan.
Pintu mansion terbuka dan di sana berdiri wanita paruh baya dengan tampilannya sederhana yang terlihat cantik dengan rambutnya yang panjang.
"Mommy!! I'm home, Mom."
Clarissa langsung memeluk Mommynya dengan erat, Jovin yang di sampingnya hanya menggelengkan kepala setelah itu pergi dari hadapan mereka.
Clarissa melepaskan pelukannya dan menatap Claudia yang tidak menampakkan senyumannya satu pun.
"Mom-"
"Masuk lah," Claudia mempersilahkan Clarissa masuk dengan wajahnya yang datar.
Clarissa hanya bisa mengernyitkan keningnya heran. Ada apa dengan Mommynya ini? Apa ia senang ketika Clarissa datang atau sebaliknya?
Clarissa menurut ia langsung duduk di sofa ruang tamu.
"Kau sudah tiba, nak?" suara berat nan dalam menyapa gendang telinga Clarissa. Gadis itu langsung menoleh ke arah kiri dan ia lngsung tersenyum ketika melihat Daddy-nya.
Ia bangkit dari duduknya dan langsung menghambur kepelukkan pria paruh baya itu, "Daddy!! I miss you so much. Aku sudah mencoba menghubungi Daddy melalui Mommy tapi Mommy bilang Daddy sibuk. Apa itu benar Dad?" tanya Clarissa setelah melepaskan pelukannya.
Ia kembali ke sofa tempatnya duduk tadi dengan Revan yang di sampingnya.
"Itu benar, sayang. Daddy sangat sibuk waktu itu karena mengatur perusahaan,"
"Mengatur perusahaan? Memangnya kenapa dengan perusahaan Daddy? Apa bermasalah?"
Revan mengangguk, "ya, ada sedikit masalah. Kakakmu Jovin berulah waktu itu yang mana dampaknya ke perusahaan kita, sayang."
Clarissa mengernyitkan keningnya, "berulah? Dia kenapa? Apa kakak sakit?"
"Bukan sakit sayang. Ia hanya stres karena Anne-"
"Dad! Bukankah kau ingin bertemu dengan rekan kerjamu? Ini sudah waktunya bukan?" potong Claudia.
Revan hanya mengeryitkan kening.
Rekan kerja? Siapa? Aku tidak ingat jika aku ada janji sekarang
Revan kembali melihat ke arah Claudia, bermaksud meminta penjelasan karena ia merasa tidak punya janji dengan siapa-siapa sekarang.
Ketika ingin membuka mulutnya Revan langsung melihat Claudia memberika isyarat padanya dengan menggelengkan kepala.
Dan lagi-lagi Revan mengernyitkan keningnya dalam hingga kedua alisnya hampir menyatu.
What is she doing, now!! Dia benar-benar membuatku merasa bodoh dengan isyaratnya!
Claudia yang sudah tau akan respon Revan. Ya seperti biasa Revan kembali menjadi sosok pria tua yang bodoh dengan kesuksesan perusahaannya dimana-mana.
Claudia hanya bisa menghela nafas lelah. Terkadang melihat suaminya seperti ini ia sempat ragu benarkah ia menikahi seseorang yang sukses besar karena usaha yang ia bangun dari bawah? Ia bahkan tidak bisa mengerti akan isyarat yang coba Claudia berikan padanya.
Ya ampun!!
Claudia menghidupkan ponsel yang ia pegang sedari tadi.
Notifikasi pesan masuk berbunyi di ponsel Revan yang berada di genggamannya.
My Wife :
Jangan katakan apa yang terjadi antara Jovin dan Anne pada Clarissa sekarang. Kita akan menceritakan semuanya nanti. Tutup mulutmu itu! Jika tidak aku akan menjewer telingamu!
Setelah membaca pesan itu, Revan langsung mengangkat kepala ke arah Claudia yang saat ini sudah menatapnya tajam.
"Dad. Lanjutkan ucapanmu tadi, karena Anne apa? Apa yang di perbuat pacar kakakku hingga dia stres?"
Revan memalingkan kepalanya ke arah Clarissa, "Cla, kau akan tau semuanya nanti, sayang. Akan Daddy ceritakan semuanya padamu dari awal hingga kekasih kakakmu itu kembali lagi ke kehidupan kakakmu. Daddy harus pergi sekarang, sayang. Karena rekan kerja Daddy sudah menunggu kalau tidak bisa-bisa harimau betina milik Daddy akan mengamuk."
"What?what'r your talking Dad? Aku tidak mengerti. Dan Daddy akan kemana dengan gaya pakaian yang seperti itu?"
Revan yang sudah berdiri di depan pintu terhenti sejenak dan melihat pakaian yang ia gunakan.
Ia menggunakan kaos oblong berwarna abu-abu dengan celana selutut yang berwarna putih gading.
"Memang ada yang salah dengan style seperti ini? Ini terlihat keren dan Daddy suka,"
Clarissa hanya bisa menganga di tempatnya. Apa yang Daddy-nya bilang? Ia suka dengan gaya berpakaian seperti itu ketika ingin bertemu dengan rekan kerjanya? Sepertinya selera berpakaian orang tua saat ini sungguh lah aneh.
Revan tersenyum ke arah anak perempuannya setelah itu keluar dari mansion.
Clarissa memiringkan sedikit kepalanya, "gaya berpakaian orang tua memang sangat aneh."
Setelah Revan pergi tinggal lah Claudia dan Clarissa yang saling diam di tempatnya. Clarissa menatap Mommynya itu dan berdehem.
"Mom. Kau kenapa? Apa Mommy sakit? Sedari tadi terus mendiami-ku dan juga menatapku terus,"
Claudia tidak menjawab pernyataan anaknya itu. Ia lebih memilih berdiri bangkit dari duduknya.
"Pergi lah kekamarmu. Ganti baju setelah itu makan,"
"Tapi Mom. Kau jawab dulu pertanyaanku. Mommy marah karena aku tidak menuruti Mommy untuk pindah waktu itu? Jika itu alasannya aku minta maaf Mommy. Aku tidak ingin ke sini cepat-cepat karena di sana benar-benar menyenangkan, teman-temanku orangnya baik-baik semua jadi jika aku menuruti Mommy waktu itu mungkin aku akan susah bergaul lagi. Itu makanya aku tidak mau pindah. Jadi aku ingin ke sini itu benar-benar atas kemauanku dan paksaan dari kak Jovin. Dia bilang Mommy merindukanku dan ingin aku di sini tidak sekolah di luar lagi...tapi sepertinya ekspektasi yang aku pikirkan tidak terwujud. Sekarang Mommy terlihat tidak mau melihatku. Apa aku kembali lagi saja kesana-"
"Jangan! Mommy sudah menunggumu selama dua tahun dan kau ingin kembali lagi ke negara itu?! Kau ingin Mommy pukul ya?!"
Claudia mengeluarkan ancamannya. Bukannya takut Clarissa malah tersenyum lebar ke arah Claudia. Ia mendekati wanita paruh baya itu dan langsung memeluknya.
"Mommy. I'm so sorry. Aku tidak akan kembali kesana lagi tapi jika temanku menyuruh aku ke sana lagi Mommy mengijinkan aku kan?"
"Jangan harap aku akan mengijinkanmu." ujar Claudia sembari tersenyum karena Clarissa mengatakan itu dengan nada bercanda.
Clarissa membalas senyuman Mommynya itu dengan terus memeluk erat Claudia.
Clarissa melepaskan pelukannya, "oh iya, Mom. Apa maksud dari ucapan Daddy tadi?"
Claudia mengernyitkan kening, "ucapan Daddy yang tadi? Yang mana?"
"Yang tentang kak Anne. Kenapa kak Jovin bisa stres? Apa yang di lakukan kak Anne pada pria menyebalkan itu?"
Claudia yang mendengar pertanyaan dari bibir Clarissa langsung menghela nafasnya pelan.
"Kau akan tau nanti tapi tidak sekarang, oke? Sekarang pergi ke kamarmu, ganti baju setelah itu makan."
"Tapi Mom-"
Claudia berlalu meninggalkan Clarissa dengan kebingungannya. "Ada apa ini? Apa yang tidak aku ketahui tentang hubungan kakakku dengan kekasihnya? Selama ini mereka bertiga selalu menceritakan semua kejadian di sini ketika aku masih di luar negeri. Dan sekarang mereka merahasiakan sesuatu dariku. Jangan panggil aku Clarissa jika aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku mau."
Tues, 04 Mei 2021
Follow ig : vivi.lian23