Desahan Yasmin terdengar di kamar mungilnya. Tak ada siapa pun di rumah ini, selain Yasmin. Yasmin memuaskan nafsunya dengan h***y sendirian, mungkin karena sudah berada dikepalanya dan ia tidak bisa menahannya lagi.
Yasmin terus mendesah, dan memancing kedatangan Kaizan yang mendengar sesuatu, Kaizan segera melangkahkan kakinya menuju kamar Yasmin, langkah kakinya terhenti tepat didepan kamar Yasmin, Kaizan mengetuk pintu Yasmin, ia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya Yasmin lakukan di dalam sana, mengapa desahan itu terdengar setiap hari dari kamarnya?
Yasmin memperbaiki semua kertas diatas meja kecilnya , lalu menutupinya dengan sarung, Yasmin berdiri dihadapan bosnya, Kaizan lalu melihat ke dalam kamar dan tidak melihat siapa pun, bahkan diatas plapon sana ia terus melihatnya, Kaizan mendesah napas lega.
“Ada apa, Tuan?” tanya Yasmin.
“Memangnya ada siapa di sini?”
“Hanya ada saya,” ucap Yasmin menautkan alisnya.
Yasmin mengelus leher belakangnya, sementara itu Kaizan terus melihat ke sisi ruangan, walau ruangannya kecil, siapa tahu saja Yasmin menyembunyikan sesuatu di kamar ini.
“Tuan,” ucap Yasmin.
Kaizan berbalik dan menubruk d**a Yasmin yang begitu pulen. Kaizan menatap wajah Yasmin, berusaha menahan diri, ia tidak mau menodai Yasmin, ia pun hendak pergi meninggalkan Yasmin, namun Yasmin menarik lengan majikannya.
Kaizan menatap Yasmin dengan banyak pertanyaan, mengapa Yasmin menahannya.
“Ada apa, Yas?” tanya Kaizan.
Yasmin lalu memeluk Kaizan, mengelus punggung Kaizan, Kaizan adalah pria normal dan ia tak mungkin menolak hal ini.
“Yas, ini tak benar,” kata Kaizan.
“Tuan, saya—”
“Sudah, ya. Saya pergi dulu,” kata Kaizan melepaskan pelukan Yasmin dan pergi meninggalkan kamar ART-nya itu.
Yasmin menghentak kakinya karena kesal, ia tidak berhasil menggoda Kaizan.
Kaizan duduk di ruang tengah. Hampir saja Kaizan melakukan sesuatu yang tidak baik pada Yasmin, dan akan membuat Yasmin ternoda, Kaizan harus menahan diri, ia tidak mungkin melakukan itu pada wanita yang tak memiliki hubungan dengannya, walaupun Kaizan bahagia sekali ketika mereka semalam berciuman.
Tak lama kemudian, Yasmin kembali ke dapur, ia akan masak nasi di magicom, karena Nur akan datang sebentar lagi dari belanja bulanan dan makan siang juga sebentar lagi.
Yasmin mendesah napas halus dan berkata, “Kok Tuan berubah? Padahal semalam dia yang paling liar.”
“Apanya yang liar?” tanya Nur membuat Yasmin menoleh dan membulatkan mata.
“Mbak Nur?”
“Ya. Aku mendengarnya,” kata Nur.
“Mbak, saya—”
“Kamu sudah mulai dekat dengan Tuan?” tanya Nur memandang Yasmin.
“Mbak, tadi kamu salah dengar,” kata Yasmin menggelengkan kepala.
“Sudah ih, kamu kayak sama siapa saja, aku sudah tahu semuanya.” Nur menggelengkan kepala.
“Iya. Aku sudah lebih dekat dengan Tuan,” kekeh Yasmin.
“Terus kenapa tadi kamu bilang Tuan berubah?” tanya Nur. “Aku mendengarnya loh, Yas.”
“Hehe. Nggak kok, Tuan tiba-tiba menghindar aja,” jawab Yasmin.
“Jangan terlalu berharap sama Tuan ya, karena Tuan masih mencintai Nyonya, bisa saja Tuan anggap kamu hanya sebagai pelampiasan.”
“Kehancuran pernikahan ini, adalah keinginanku satu-satunya.”
“Ya sudah. Jangan bahas itu di sini,” geleng Nur. “Kita bisa kena masalah.”
Yasmin mengangguk.
“Bantu aku masak, sebentar lagi makan siang,” kata Nur.
Yasmin lalu mengeluarkan belanjaan Nur dan menaruhnya di dalam kulkas, Yasmin mengeluarkan sayuran dan menaruhnya diwadah untuk ia bersihkan. Yasmin menoleh sesaat melihat tuannya tengah duduk di ruang tengah seraya menonton tv. Akhir-akhir ini Kaizan tak berkantor. Jadi, ia full di rumah dan tak kemana-mana.
Yasmin tak merasa bersalah sama sekali ketika memaksa majikannya untuk melakukan hubungan terlarang itu.
***
Beberapa hari telah berlalu, Kaizan tak pulang ke rumah, katanya ia ke luar kota, Kaizan juga menitipkan Rafka kepadanya karena Sarah pun tak pernah pulang semenjak tahu jika Kaizan tak di rumah.
Sudah empat hari ini, Kaizan tak pulang dan Yasmin merindukan tuannya itu, sungguh hal yang tak Yasmin sangka, karena ia merindukan hal yang tak seharusnya ia rindukan.
“Kenapa? Kamu rindu sama Tuan?” kekeh Nur sengaja menggoda Yasmin yang saat ini diam saja.
“Kamu ini, nanti Tuan Muda Aka mendengarnya loh.”
“Terus? Kamu rindu?”
“Ya begitu lah, padahal nggak terlalu dekat loh.”
“Nggak dekat bagaimana, kalian sudah sering ciuman gitu,” kekeh Nur membuat Yasmin tertawa dan menyuruh Nur diam.