“Tuan, apa ada masalah?” tanya Yasmin duduk disebelah tuannya, yang kini duduk di tepi ranjang kecil milik Yasmin. Yasmin menyentuh bahu Kaizan dan mengelusnya.
“Saya pusing menghadapi Sarah, Yas.”
“Bukankah sudah ada pengacara yang mengurusnya?”
“Sudah ada. Tapi, permintaannya itu membuat saya tidak menyangka.”
“Selama ini, Nyonya Sarah tidak pernah melakukan apa pun untuk Tuan, bahkan selama ini semua yang dia gunakan hasil kerja Tuan, dan sebelum menikah ada surat perjanjian pranikah, yang dimana tidak akan pembagian harta setelah bercerai. Kenapa Tuan memusingkan diri sendiri?”
Kaizan menoleh melihat Yasmin yang saat ini menatapnya. “Yas, kamu tahu darimana semua itu? Saya tidak pernah cerita ke siapa pun tentang perjanjian pranikah.”
“Heem? Saya …” Yasmin bingung bagaimana menjawabnya. “Oh saya dengar Tuan dan Nyonya membahas itu.”
“Kapan?”
“Sudah cukup lama.”
“Oh begitu ya? Oke.” Kaizan tak curiga apa pun tentang jawaban Yasmin.
Yasmin menghela napas halus, dan kembali mengelus punggung Kaizan. Hubungan mereka cukup dekat hingga Kaizan datang ke kamar kecil Yasmin dan mengeluhkan semuanya ke Yasmin, seolah Yasmin adalah satu-satunya obat yang dapat membantunya untuk tenang.
“Tuan, apa yang Tuan pegang sekarang itu sudah cukup kuat untuk melawan Nyonya Sarah.”
“Saya tidak sejahat itu, Yas, saya tidak mungkin tidak memberikan sepersen pun pada Sarah, setelah dia selama ini sudah menjadi istri dan melahirkan Rafka untuk saya.”
“Bukankah permintaan Nyonya Sarah tidak masuk akal?”
“Ya. Memang tidak masuk akal. Tapi akan saya coba ambil titik tengah.”
“Tuan juga kan sedang mempersiapkan masa depan Tuan Muda Aka, jadi Tuan butuh banyak biaya untuk melakukannya. Tuan tidak usah khawatir dengan permintaan Nyonya Sarah.”
“Memang hanya kamu yang dapat menenangkan saya, Yas.”
Yasmin tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ke bibir Kaizan, hingga bibir mereka bersentuhan, Kaizan mulai menggerakkan bibirnya begitupun dengan Yasmin.
Tangan Kaizan memegang leher belakang Yasmin agar bisa memperdalam ciuman mereka. Kaizan terus melakukannya hingga Yasmin berbaring diatas ranjang mininya.
Kaizan tersenyum dan membuka pakaian atasanya, Kaizan lalu berbaring di samping Yasmin dan hendak menyentuh milik Yasmin, namun suara teriakan Sarah terdengar.
“KAIZAN!” teriak Sarah.
“Tuan, Nyonya Sarah memanggil,” bisik Yasmin.
“Saya sudah beritahu Nur, untuk mengatakan ke Sarah bahwa saya tidak di rumah.”
“Bagaimana dengan saya? Nyonya Sarah pasti akan mencari saya.”
“Tidak masalah. Kita lanjutkan.”
Yasmin mengangguk, lalu ciuman mereka semakin dalam, tak perduli dengan suara Sarah yang menggelegar di dalam rumah.
“Ah,” desah Yasmin ketika Kaizan menyentuh miliknya dibawah sana.
“Kamu suka?” bisik Kaizan.
Yasmin menganggukkan kepala dan tersenyum malu. Yasmin mengalungkan kedua tangannya ke leher jenjang Kaizan.
***
“Yasmin mana?” tanya Sarah.
“Yasmin tadi keluar, Nyonya,” jawab Nur.
“Kaizan keluar, dan Yasmin juga keluar. Kamu yakin?”
“Iya. Tapi Tuan tidak berbarengan dengan Yasmin. Tadi Yasmin duluan yang keluar, lalu Tuan menyusul beberapa menit kemudian. Mereka juga pergi di arah yang berbeda.”
“Kamu yakin, Nur? Kamu tidak sedang membohongiku, ‘kan?”
“Tidak, Nyonya. Saya mana berani membohongi Anda.”
“Kalau aku tahu kamu bohongin aku, aku bakal suruh kamu tinggalkan rumah ini.”
“Saya tidak bohong, Nyonya,” jawab Nur dengan tegas, agar Sarah tak curiga kepadanya.
Nur sudah tahu hubungan Yasmin dan Kaizan, bahkan Nur tahu kalau saat ini Kaizan sedang di kamar Yasmin, sungguh ini juga menyiksa bagi Nur karena harus berbohong dan menutupi hubungan gelap mereka, namun Nur tahu bahwa selama ini Yasmin tersiksa karena perbuatan Sarah dan ibunya.
***
Akhirnya palu sudah di ketuk oleh hakim, dan akhirnya perceraian mereka resmi, Kaizan memberikan 20 milliar itu kepada Sarah sebagai kompensasi karena selama ini telah menjadi istri dan melahirkan Rafka untuknya.
Dengan 20 milliar juga tidak akan membuat Kaizan bangkrut, karena pendapatan usaha dan bisnisnya mengalir deras.
Sarah mengejar Kaizan yang sudah keluar dari ruang sidang, Sarah membulatkan mata ketika ada Yasmin dan Rafka, Kaizan juga memeluk Yasmin begitu mesra.
“Ada apa ini?” tanya Sarah menatap keduanya secara bergantian.
“Maksud kamu?”
“Kamu memeluk Yasmin? Kamu ada hubungan apa dengan Yasmin?”
“Kami tak ada hubungan apa-apa, kenapa?”
“Kamu memeluknya dengan mesra. Lalu kamu bilang tak ada hubungan apa-apa?”
“Yas, kamu bawa Rafka dulu ya, tunggu saya di luar.”
Yasmin mengangguk lalu membawa Rafka bersamanya.
“Kamu selingkuh sama Yasmin, ‘kan?” tanya Sarah.
“Kenapa semua kehidupanku harus kamu ketahui, Sarah? Mau sama siapa aku sekarang, ini sudah tak ada hubungannya dengan kamu, sudah ku berikan apa yang kamu mau, jadi apa lagi?”
“Aku nggak rela ya kamu sama wanita sialan itu. Dia itu nggak pantas buat kamu.”
“Pantas dan tidaknya, itu sudah menjadi urusanku.”
“Kamu jahat ya sama aku,” kata Sarah.
“Kamu sudah terima uangnya, ‘kan? Silahkan foya-foya. Aku harus pergi.”
Latif datang dan menghampiri keduanya yang sedang berdebat.
“Ada apa ini? Ini seperti pembicaraan keluarga.” Latif tertawa kecil.
“Nah itu dia pangeranmu.” Kaizan menatap Latif. “Jadi jangan ganggu aku lagi. Sudah ku berikan apa yang kalian mau dan kamu Latif, bertanggung jawablah dengan menikahi Sarah.”
“Kamu tak perlu mengajariku, aku pasti akan menikahinya.”
“Karena dia banyak uang kan sekarang?”
“Apa urusanmu? Kamu dan Sarah sudah bercerai, jadi tak ada hubungannya dengan kamu.”
Sarah terluka sekali hatinya ketika melihat pria yang selama ini sayang dan cinta kepadanya tanpa melihat kekurangannya sudah tak perduli kepadanya, Sarah seolah berpikir telah kehilangan pria baik demi pria yang hanya mengambil untung darinya. Namun, Sarah tak bisa lagi berkutik karena mereka sudah resmi bercerai.
Sarah menundukkan kepala, wajah memerah padam, berusaha tenang dan tidak terpengaruh dengan apa yang dia lihat barusan.
“Sayang, aku ketemu teman dulu, kamu tunggu aku di luar ya,” kata Latif mengecup kepala Sarah.
Latif lalu meninggalkan Kaizan dan Sarah.
“Aku juga harus pergi,” kata Kaizan hendak melintasi Sarah, namun Sarah langsung mencegah Kaizan dengan menggenggam lengannya.
Kaizan menautkan alisnya dan melepaskan genggaman tangan Sarah. Lalu memilih pergi meninggalkan Sarah. Sarah memperlihatkan wajah penyesalan, sungguh ia menyesal. Ternyata bercerai dari kaizan akan membuatnya sedih dan patah hati sepatah-patahnya.
Beberapa saat kemudian, suara tawa terdengar, suara tawa penuh dengan kemenangan. Sarah menoleh dan melihat Yasmin yang saat ini mendekatinya dengan wajah penuh kesombongan. Yasmin terus tertawa dan kali ini ia sudah berdiri dihadapan Sarah.
"Kamu ketawa?"
"Aku senang melihatmu akhirnya kehilangan suamimu sendiri." Yasmin tertawa dan menggelengkan kepala.
"Kamu bicara santai kepadaku? Siapa kamu?"