Keyla datang terlambat, bahkan bolos jam pertama karena dia tidur sangat malam usai menonton balapan Radit semalam. Sampai di kampus dia tidak pergi ke kelasnya, melainkan langsung ke kantin untuk makan.
Kantin terbilang cukup ramai, dan Keyla tidak peduli. Dia duduk di kursi yang kosong sambil menunggu teman-temannya yang hari ini masuk ke kelas dan mengikuti mata kuliah Akuntansi.
Mendengar Akuntansi saja sudah membuat Keyla malas, apalagi harus bertemu dengan dosennya yang sangat menyebalkan. Keyla selalu muak mendengar nasehat dosen itu.
“Lama banget sih, pasti itu dosen nggak mau berhenti ngomong makanya kelas belum selesai juga.” Gerutu Keyla sembari menatap jam di pergelangan tangannya.
Keyla pun akhirnya memesan semangkuk bakso, dia sudah sangat kelaparan dan butuh asupan sesegera mungkin.
Sambil menunggu pesanannya, Keyla mengirim pesan di grup yang berisi dia dan teman-temannya. Dia bertanya kapan keluar, dan tidak ada yang membalasnya.
“Emang sialan banget itu dosen, kalo udah ngejelasin nggak mau udahan. Dia pikir nggak muak apa dengerin dia ngoceh.” Ucap Keyla lagi dengan perasaan kesal.
Padahal Keyla hanya membayangkan, tapi dia sudah sekesal ini. Apalagi jika Keyla ada di kelas, mungkin ia sudah mencak-mencak di depan dosennya langsung.
Ingat ya, mungkin.
Tidak lama kemudian bakso pesanannya datang. Keyla langsung menambahkan saos dan sambal semaunya, dia sangat menyukai pedas.
“Duhhh … enak banget emang makan bakso sambel semangkok.” Ucap Keyla begitu menikmati makanan nya.
Ada yang melirik Keyla dengan sinis usai mendengar ucapan gadis itu. Keyla sadar, dan balas menatapnya dengan sinis.
“Ngapain lo liatin gue, lo pikir gue pisang?!” tegur Keyla dengan ketus.
“Dih, ngapain juga ngeliatin si pembuat onar. Lagian gue punya mata.” Balas perempuan yang mungkin seangkatan dengan Keyla.
Keyla mengepalkan tangannya, dia yang baru menyuap bakso ke dalam mulut hendak membalas, namun tiba-tiba saja ia malah tersedak dan membuat tenggorokannya terasa panas.
Keyla baru ingat dia belum memesan minum, dia menoleh ke kanan dan langsung merampas minuman milik orang itu yang baru saja dibuka tutup kemasannya.
“Sorry, gue keselek.” Ucap Keyla pelan karena menahan rasa sakit.
“Nggak sopan lo ya!!” Bentak orang itu yang tidak terima minumannya diambil Keyla.
Keyla tidak peduli dan menikmati minumannya dengan tenang. Hal itu membuat si pemilik minuman makin murka dan langsung mencekal tangan Keyla.
“Lo budek ya! lo tuh nggak sopan ngambil minuman orang, nggak mampu beli lo hah!” bentak perempuan yang diketahui bernama Yasiska.
“Jaga mulut lo sebelum gue robekin. Cuma satu minuman gini lo berani pegang-pegang tangan gue!” Keyla melempar minuman itu, lalu menepis tangan Yasiska.
“Jangankan minuman ini, gue beli seisi kantin ini juga mampu. Jangan sampe mulut lo juga gue bayarin ya!” Tambah Keyla yang juga membentak.
“Dih, bangga banget sama harta orang tua. Inget kalo lo cuma nyusahin orang tua lo, si pembuat onar yang berlindung dibalik ketek emak bapaknya.” Cibir Yasiska dengan lantang.
Amarah Keyla semakin memuncak. Tanpa banyak kata, Keyla langsung menjambak rambut Yasiska dengan sekuat tenaga sampai mengundang erangan kesakitan.
Banyak yang menonton, namun tidak ada yang berani melerai karena mereka semua tahu Keyla seperti apa.
Kegaduhan pun terjadi di kantin. Keyla dan Yasiska masih main jambak-jambakan, sebelum akhirnya teman-teman Keyla datang.
“Astaga Keyla!!” Sherly menjerit kaget melihat sahabatnya yang sedang bertengkar.
Sherly dan Kiran berusaha untuk melerai, namun tidak bisa. Keyla tampak sangat marah, dia seperti tidak peduli jika ada dosen yang melihat keributan itu.
“Key, udah ya lepasin. Lo bisa kena masalah kalo sampe dosen liat.” Ucap Kiran berusaha untuk membujuk Keyla.
“Nggak! Dia udah hina gue, padahal gue udah minta maaf sebelum ambil minumannya. Gue nggak bakal diem aja sama hinaan dia ini!” Tolak Keyla lalu menghempaskan tubuh Yasiska ke lantai.
“Neng Keyla udah … Kasihan neng Siska nya …” Ucap salah satu ibu kantin yang mengenali Keyla.
“ADA APA INI?!!”
Di tengah keributan, tiba-tiba saja terdengar suara lantang nan tegas. Seketika penghuni kantin menatap ke asal suara kecuali Keyla yang masih menatap Yasiska penuh amarah.
“Mampus!! pak Ervan dateng, kita harus bujuk Keyla atau dia bakal kena masalah.” Ucap Sherly pada temannya, Kiran.
“Ada ribut-ribut apa ini?” tanya dosen muda dan tampan itu dengan tegas.
Tidak ada yang menjawab, dia malah menatap Keyla dan Yasiska yang penampilannya sudah acak-acakan.
“Keyla Stephanie, ada apa ini?” Tanya Ervan dengan tegas.
“Pak, tolongin Yasiska. Dia bisa mati di tangan si pembuat onar itu, Yasiska dari tadi di siksa sama Keyla.” Ucap salah satu mahasiswa yang diyakini teman Yasiska.
Mendengar itu, lantas Ervan menatap Keyla dengan tajam. Dia mendekat selangkah.
“Key–” Ucapan Ervan terhenti ketika Keyla mengangkat tangannya, seakan memintanya diam.
“Bapak nggak usah ikut campur, ini urusan saya sama si mulut sialan ini.” Kata Keyla tanpa menatap Ervan.
Wajah Ervan seketika mengeras, dia selalu terpancing emosi setiap kali menghadapi mahasiswinya yang satu ini.
“Sopan kamu bicara begitu sama saya? Sekarang ikut saya ke ruangan saya!” Tegas Ervan, kemudian dia menatap Yasiska. “Kamu juga, Yasiska.” Tambah Ervan.
Yasiska dibantu oleh temannya untuk bangkit. Gadis itu melirik Keyla dengan sinis, sebelum akhirnya pergi meninggalkan kantin.
“Key, ayo. Sekarang lo ke ruangan pak Ervan dulu.” Ajak Kiran sembari menggandeng tangan Keyla.
“Gue nggak mau! gue nggak salah, sebelumnya gue udah minta maaf karena ambil minuman si Siska, tapi dia malah ngomong yang enggak-enggak.” Tolak Keyla menggelengkan kepalanya.
“Justru karena lo nggak salah, Key. Lo mau si Yasiska itu ngadu yang aneh-aneh sama pak Ervan dan bikin lo keliatan salah?” Ujar Sherly, berusaha membujuk.
“Udah deh, ayo ke ruangan pak Ervan.” Ajak Kiran sembari menarik tangan Keyla.
Ketika ingin pergi, mereka berpapasan dengan primadona kampus yang terkenal cantik dan pintar serta lemah lembut.
Nesya menatap Keyla. “Lo bikin masalah lagi pasti, emang lo nggak capek apa Key?” tanya Nesya bersimpati.
“Jangan banyak omong lo, sebelum gue bikin lo kaya Yasiska.” Balas Keyla lalu pergi begitu saja meninggalkan kantin.
“Jangan di dengerin, Ney. Lo kan tahu si Keyla itu stress.” Kata salah satu mahasiswi yang ada di kantin.
***
Keyla tersenyum sinis usai mendengar segala penjelasan Yasiska yang penuh dengan kebohongan. Keyla memilih diam dan tidak banyak bicara karena menurutnya sangat tidak berguna.
“Keyla itu pantes di D.O, Pak. Selama ini dia udah banyak bikin masalah, bahkan hari ini dia udah mukulin saya sampe kayak gini. Udah banyak juga korban keangkuhan dan kesombongan dia.” Ucap Yasiska sambil menangis.
Dalam ruangan Ervan bukan hanya ada Keyla dan Yasiska saja, melainkan ada dosen lain yang juga harus ikut mengambil tindakan atas keributan yang terjadi hari ini.
“Saya nggak terima kalo Keyla nggak dihukum, Pak.” Ucap Yasiska lagi.
“Sekarang saya tanya sama kamu, Keyla. Benar kamu yang buat masalah duluan?” Tanya pak Arto, dosen mata kuliah ekonomi makro.
“Saya tadi udah jelasin kan, Pak. Saya emang salah udah ambil minuman si Yasiska, tapi sebelumnya saya udah minta maaf. Mungkin dia nggak denger, atau sengaja nge-drama disini.” Jawab Keyla dengan santai.
“Keyla!” Tegur Ervan begitu melihat sikap Keyla yang kurang sopan menurutnya.
“Terserah mau anggap saya salah atau nggak, saya nggak mau nyari pembelaan apapun.” Kata Keyla, kemudian melirik Yasiska.
“Saya kenal diri saya, Pak. Saya nggak akan berulah kalo nggak di pancing!” Tambah Keyla.
“Kalo begitu besok bawa orang tua kamu untuk datang, ini semua nggak bisa dibiarin apalagi laporan tentang tindakan kamu ini bukan yang pertama kalinya.” Ucap Ervan dengan tegas.
“Nggak usah bawa-bawa orang tua saya, Pak. Kalo bapak anggap saya salah ya hukum aja, nggak perlu libatin orang tua saya yang lagi sibuk.” Timpal Keyla dengan tatapan kesal.
Keyla begitu membenci Ervan. Tak pernah sekalipun dosen itu bicara baik padanya, dia di mata dosen itu adalah seorang penjahat.
“Ikuti prosedur ya, Keyla. Besok orang tua Yasiska juga bakal datang kesini, jadi kita selesaikan sama-sama.” Tutur pak Arto dengan tenang.
Keyla menghela nafas, dia tidak menjawab sedangkan Yasiska menjawab dengan penuh semangat. Yasiska yakin Keyla akan dihukum berat.
Sedangkan Ervan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Keyla yang kepalang santai bahkan cenderung merasa tidak bersalah. Ervan tidak habis pikir.
To be continued