Azzam terlihat duduk merunduk pada kursi panjang di depan kamar inap Alisa dengan tangan yang memijit pelipisnya pelan. Bibirnya sedari tadi menghela gusar. Apalagi pemuda itu baru saja menyaksikan sendiri istrinya pendarahan. Dengan memejamkan mata sembari merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Alisa dengan baik. Azzam juga menyesal tidak bisa berbuat apa-apa saat istrinya kesakitan. Pemuda itu mendesah panjang saat kedua orang tuanya melangkah mendekat, "Kenapa kamu masih duduk di sini? Alisa tungguin kamu di dalam." Ujar bundanya dengan tersenyum lembut. Azzam menggigit bibir sembari mendongak pada kedua orang tuanya. "Azzam malu sama diri Azzam. Azzam hampir kehilangan anak sama istri Azzam, Azzam gak becus jadi suami." turunya dengan lirih membuat sang ayah mendudukan diri di s

