setelah lulus sma aku memilih kuliah di Bandung. Ayah dan Ibuk tidak pernah menuntut apa apa tentang pendidikan yang kami pilih, mereka selalu memberikan pilihan kepadaku dan mendukung apapun yang aku mau, yang penting aku bisa bertanggung jawab dengan pilihanku dan menjalaninya dengan serius. Awalnya Ibuk sangat berat melepasku kuliah di Bandung, karena selain aku akan tinggal sendiri, di Bandung aku juga tidak mempunyai saudara dekat disana. Tapi ahirnya Ibuk tetap mengijinkan setelah aku berjanji akan pulang 2minggu sekali setiap weekend. Aku mengambil fakultas managemen bisnis, bukan karena ayahku seorang pebisnis, lantas aku mengambil jurusan itu, tapi memang aku tertarik dengan bisnis.
Seperti mahasiswa lainnya, hari hariku kuliah dipenuhi dengan tugas dan tugas. Ayah menyewakanku unit apartment sederhana yang dekat dengan kampus. Awalnya aku ingin ngekos saja yang tidak begitu mahal, tapi ayah tak mengijinkan, katanya keamanannya tidak terjamin, aku hanya menurut saja daripada tidak di izinkan kuliah di Bandung. Kak Naka juga sering datang ke Bandung dan menginap di apart, katanya sih ada perjalanan bisnis, tapi kok ya kadang bisa nyampe swbulan nginap di apart, dan kerjaannya cuma mantengin laptop di unit. Ini mah pasti suruhan Ibuk buat nemenin aku.
Karena memang dasar aku yang susah buat bergaul dengan lingkungan baru, sampai setahun pertama di Bandung, aku tidak mempunyai teman dekat, teman sekelas banyak, tapi ya itu, cuman sekedar tahu, dan say halo saja jika berpapasan, tidak ada yang bener bener dekat. grup kelas pun aku hanya sebagai penyimak, tidak mengikuti kegiatan kegiatan yang diadakan kampus. pokoknya hanya berangkat ke kelas, habis kelas langsung pulang.
Hingga suatu hari aku tanpa sengaja mendapatkan selebaran yang tertinggal di meja perpustakaan dan menarik perhatianku, itu tentang seminar kewirausahaan yang diadakan kampus, dan pembicaranya wirausahawan muda yang sukses. dan itu hari ini di aula kampus jam 2 siang. aku melirik jam tanganku, setengah jam lagi. Aku sudah tak ada kelas lagi, tadinya ke perpus mau mengembalikan buku yang sudah selesai kupinjam, dan akan meminjam buku yang lain lagi. setelah dapat buku yang kuinginkan, aku bergegas ke petugas perpus untuk mencatat buku yang kupinjam dan keluar menuju ke aula kampus, tidak ada salahnya mengikuti seminar sesekali.
Sampai disana sudah ramai yang datang, panitia masih mempersiapkan panggung, sebentar lagi mulai pikirku. aku berdiri di ujung tangga, mencari tempat duduk yang kosong, di baeis paling belakang masih ada satu, dengan kepala menunduk, aku menuju kebangku itu, entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar, aku merasa banyak pasang mata yang memperhatikanku.
Dengan sesikit merendahkan tubuhku aku duduk di bangku yang kosong, suara berdengung riuh disana sini. di sampingku ada mahasiswa yang tengkurap di meja, sepertinya dia tertidur, aku mengambil gawai dan memeriksa pesan dari kak Naka.
kak Naka
Jangan sore sore pulangnya dek, langit mendung. apa mau kakak jemput aja.
Naya.
biasanya juga gak ampe sore kan kak, Naya selalu pulang tepat waktu. eh, tapi kayaknya sekarang ampe sore kak, hari ini Naya ikut seminar kewirausahaan di kampus.
Kak Naka.
tumben dek, biasanya gak pernah ikut gituan, nanti kakak jemput ya.
Naya.
lagi pengen aja kak, sekali kali gak papa kali. Boleh kak, ntar kalo udah mau selesai aku telpon.
Kak Naka.
oke, kakak mau tidur dulu.
Udah seminggu lebih kak Naka nginap d Unit, rasanya seperti punya jam alarm yang tiap sore peringatin buat gak pulang terlambat. Suasana tiba tiba hening, dan di panggung sudah duduk beberapa orang. seminar sudah mau di mulai. aku mengantongi gawaiku dan fokus memperhatikan yang di panggung. sudah hampir satu setengah jam berlalu, dan seminar sudah mau di tutup, di panggung sudah ad mahasiswa yang akan tampil menghibur. Orang yang tidur di sampingku tiba tiba bangun dan menguap, merenggangkan ototnya. aku menoleh menatapnya, seperti tidak asing,
"oh, udah selesai ya seminarnya, aku gak sempet mengikuti" dia bergumam sendiri, dan aku masih menatapnya sambil mengingat ingat, ini bukankah Anka?
Penampilannya berbeda jauh dengan Anka yang kukenal dulu, dulu Anka selalu berpenampilan rapi, tapi yang kulihat sekarang, rambutnya gondrong, sedikit bergelombang, setengahnya di cepol asal keatas, pakai jaket dan celana jins belel, wajahnya kusut mungkin karena habis tidur, dan diwajahnya tumbuh kumis dan jambang tipis halus sudah minta dicukur dan dirapikan. Anka juga menatapku bingung memperhatikan.
" Kak Anka bukan?" tanyaku pelan seperti ngomong pada diri sendiri.
" kamu.... Naya kan?" kata Anka yang juga seperti orang berfikir keras.
" bener kak Anka" aku tersenyum lebar kepadanya dan sesikit excited bertemu dengannya lagi.
" ya ampun Naya, kok bisa ada di sini, eh enggak, kamu apa kabar?" kata kak Anka yang juga terlihat begitu antusias dengan pertemuan gak sengaja ini.
" Aku kuliah disini, dan kabarku baik. Kak Anka kok disini juga?"
" aku kuliah disini, public relation"
" aku juga, padahal udah setahun, tapi gak pernah ketemu ya kak"
" kamu kan yang ngansos" aku hanya nyengir lebar menjawab tebakannya.
setelah pertemuan itu, aku jadi sering bertemu dengan kak Anka, entah kita janjian atau tidak sengaja berpapasan dikantin ataupun jalan kampus. Hari hari kuliahku selain dipenuhi dengan tugas, ad juga Anka yang selalu menemani.
kak Anka juga sudah sempat bertemu dengan kak Naka, mereka juga selalu ngobrol panjang hingga lupa aku ada diantara mereka. setelah tahu ada kak Anka di kampus, intensitas kak Naka nginep di Bandung jadi berkurang, setelah aku tanya kenapa, katanya udah Anka yang bisa jagain aku, emang aku barang perlu dijagain, gumamku kesal.
Kak Anka selalu ada waktu dibutuhkan, sampai aku bingung apa kak Anka gak punya pacar, tiap hari sibuk ngekorin aku. Dia hanya tertawa jika kutanya begitu, dan mengalihkan pembicaraan.
Hingga kak Anka selesai skripsi dan sidang, dia mengajakku pergi ke Dago untuk liburan katanya. Hari itu terasa sangat menyenangkan, meskipun kita tidak ada status pacaran, hanya teman saja, tapi kak Anka sangat baik padaku, selalu perhatian. hingga sore harinya kami mampir disalah satu kafe dan kak Anka memilih bangku yang ad di roftoop pemandangan malam Bandung begitu indah.
" Nay, aku mau ngomong sesuatu ke kamu" kata kak Anka kelihatan serius setelah kami menghabiskan makan malam kami.
" apa kak?"
" Ayah ingin aku melanjutkan S2 ke luar negeri"
" Bagus dong kak"
" kamu gak papa aku tinggal"
" aku?"
"iya, kamu gak papa aku tinggal sendiri disini."
" gak papa kak, kakak pergi kan untuk masa depan kakak nanti, untuk cita cita kakak" aku mencoba tersenyum walaupun seperti ada yang hilang di hatiku.
" baik baik ya kamu disini" katanya sambil mengelus rambutku. aku hanya tersenyum menanggapi.
Setelah malam itu aku tak pernah bertemu lagi dengan kak Anka, kami berpisah lagi, dia hanya sempat berpamitan melalui pesan keesokan harinya, karena sudah mau berangkat ke bandara. awal awal kepergian kak Anka kami masih sering bertukar pesan, namun lama kelamaan semakin jarang, mungkin karena kesibukan dia kuliah dan perbedaan waktu, aku juga semakin sibuk dengan kuliahku dan sudah terbiasa sendiri.
**
Aku merapikan bajuku setelah suster mencopot selang infus di tanganku, kepalaku sudah tidak begitu pusing, tadi juga sudah sempat makan. Anka tadi pergi entah kemana dan belum kembali. jam sudah menunjukkan tengah malam.
" orang yang tadi nungguin saya kemana sus?" tanyaku pada suster yang masih merapikan alatnya.
" oh tadi setelah melunasi administrasi, dia bilang mau ke minimarket sebentar, dan nitipin nona ke saya."
" jadi biaya rawat saya sudah dibayarkan sus?"
" sudah nona"
" tunggu sebentar sus, saya mau nitip" aku bergerak mengambil tasku di nakas mengeluarkan secarik kertas dan pulpen. menulis pesan disana.
terimakasih banyak bantuannya kak,
Naya
setelah melipat rapi, kuberikan kertas itu pada suster.
" tolong kasih ini ke orang tadi ya sus, saya mau kedepan dulu." suster itu mengangguk dan menerima kertasnya.
aku langsung keluar dan mencari taksi untuk pulang ke kontrakan.
rasanya belum tepat waktunya untuk bertemu kak Anka kembali. Sudah dua kali kami hilang kontak, walaupun tak ada status apapun di antara kami, hanya sebatas sahabat, namun ada sepotong kecil hatiku yang merasa sedih, kehilangan, tersakiti, atas kepergiannya.
Dan sekarang dia muncul tiba tiba di kehidupanku kembali, rasanya aku belum siap jika suatu saat nanti kak Anka pergi lagi. lebih baik menghindari bukan, daripada mengobati luka lama yang tergores kembali.
Sampai di kontrakan aku membersihkan diri, makan, minum obat dan langsung tidur, badanku masih terasa lemas, walaupun sudah turun panasnya dan sudah tak pusing lagi. Harus banyak istirahat agar pulih kembali.