PART 02

1163 Kata
Author POV Sorot sinar matahari menyengat di wajah gadis cantik yang tidur itu, perlahan matanya terbuka. Celia mengucek kedua matanya seraya mengulet dan setengah duduk. Celia merasa asing dengan ruangan tempat dimana ia berada. Pikiran tentang rumah tua lantas menyadarkannya dan Celia beranjak dari tempat tidur. Matanya tertuju pada jam dinding yang menunjukkan pukul 07.15 AM. Apa Celia terlalu lelah sampai dari kemarin sore hingga pagi ini baru bangun? Celia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka dan lantas Celia kembali ke tempat tidur. Gadis itu berpura-pura masih tidur. Jantungnya berpacu tidak karuan sampai rasanya jantungnya berhenti berdetak ketika pintu menimbulkan suara... KREKK!!! Celia mencium aroma yang sangat wangi, hingga ia mengulas senyum. Sepertinya pria tua itu usai mandi, Celia membatin. Gadis itu ingin sekali melihat wajah pria itu, tapi Celia mengurungkan niatnya lantaran pria itu baru mandi dan pasti akan memakai baju. Sampai suara spray berbunyi bersamaan aroma parfum maskulin yang menenangkan Celia. Membangkitkan gairahnya. Celia membuka matanya dan menoleh ke arah pintu kamar yang sudah tertutup. Celia merasa ngeri, ia takut dimarahi sama empunya kamar itu. Celia terkejut ketika pintu terbuka dan masuklah sosok wanita menggunakan pakaian ala pelayan. Wanita pelayan itu menghampiri Celia dengan membawa pakaian dan meletakkannya di atas kasur. Kenapa ada pelayan wanita di rumah tua ini? Bukankah kemarin aku datang tidak ada siapapun? batin Celia bertanya-tanya. "Nona, ini pakaian untukmu. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu dan merapikan tempat tidur," kata pelayan itu. Celia mengernyit. "Apa kau pelayan di rumah ini?" Wanita pelayan itu ingat apa yang dikatakan tuannya untuk tidak memberitahu Celia, jika pelayan itu baru bekerja hari ini sampai Celia pergi dari rumah ini. Siapa lagi kalau bukan Franco tuannya, Franco yang memerintahkan pelayan itu untuk tidak mengatakan baru bekerja hari ini di rumah tua itu. Franco sudah memanggil beberapa pelayan dari mansion miliknya untuk bekerja di rumah tua sampai waktunya Franco mengusir Celia. Franco merencanakan itu agar Celia tidak curiga jika rumah tua itu tempat tinggalnya bersama para anggota gangster. Franco sudah siap dengan jawaban jikalau Celia bertanya apapun tentang rumah tua itu atau tentangnya. "Kau dengar pertanyaanku?" tanya Celia. Wanita pelayan itu mengerjap. "Iya, sudah lama aku bekerja di sini." "Tapi kemarin aku datang kesini tidak ada siapapun." "Kemarin aku sedang pergi keluar untuk membeli bahan makanan untuk para majikanku." "Lalu kemana penghuni rumah ini kemarin dan kenapa keadaan rumah kemarin se-" "Kau bisa tanyakan itu kepada tuan, nanti nona," sambar wanita pelayan lalu pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat. ____________________________________ Celia sudah rapih dengan gaun santai sebatas atas lutut berwarna hijau toska. Gaun santai itu menunjukkan setiap lekuk tubuh indah milik Celia. Celia sekali lagi mematut dirinya di cermin. Bajunya sangat pas di tubuhnya dan nyaman. "Pria tua itu pasti memiliki anak perempuan sampai meminjamkannya untukku," ucap Celia. "Nona, tuan dan yang lainnya sudah menunggumu diruang makan. Mereka ingin sarapan bersamamu," kata pelayan. Celia menghela nafas lalu mengangguk. "Baiklah, lima menit lagi." Ketika wanita pelayan itu pergi, Celia mondar mandir dan merasa takut jika dirinya akan dimarahi karena sudah tidak sopan masuk ke rumah itu dan memakai fasilitas yang ada tanpa izin. Celia menarik nafas lalu menghembuskannya dan melangkah keluar kamar. Franco dan para POVOSTE menunggu Celia diruang makan. Victor, Abel dan Larvell tengah bercanda dengan menebak siapa gadis yang ada di rumah tua secara mengejutkan. Franco sendiri enggan untuk ikutan, pria dingin itu hanya diam dengan menggenggam pisau makannya. Sampai suara sepatu menuju ruang makan terdengar dan kelompok gangster itu menunggu seraya mengarahkan tatapan ke pintu besar ruang makan. Celia berdiri di sana dan menyunggingkan senyum manisnya. "Buongiorno!" sapanya dengan ramah. *(Italia | Selamat pagi) Victor, Abel dan Larvell terperangah melihat kecantikan Celia lalu tersenyum. Franco menatap Celia dari ujung kaki sampai atas kepala dengan tatapan menilai. Franco awalnya tidak peduli melihat Celia, tapi tiba-tiba ingatan masa lalu membuatnya kembali melihat Celia. Pria tampan itu menatapnya lekat-lekat dan terkejut dalam diam. Gadis cantik ini datang tanpa perlu aku harus bersusah payah mengundangnya? Benar-benar keberuntungan, batin Franco. Kini Celia duduk di kursi yang kosong dan berseberangan dengan Larvell. Di sisi Celia agak menyerong adaFranco yang duduk dengan menatapnya tajam. Celia menilai para pria di ruangan makan itu semuanya tampan, tapi hanya ada satu pria yang membuat Celia lebih menilai dengan sangat tampan. Pria berambut hitam legam, berlensa mata abu-abu dan intinya ia sangat tampan. Franco telah menarik perhatiannya. Aku tidak melihat pria tua disini? Dimana dia? tanya Celia dalam hati sambil melirik sana sini dan kembali melihat Franco. Senyuman Celia memudar ketika melihat tatapan dingin dari Franco dan Celia memalingkan wajahnya. "Siapa namamu?" tanya Victor. Celia tersenyum. "Celia Francesca. Celia, itu nama panggilanku. Kalian berempat siapa?" Francesca? Orang itu tidak meletakkan namanya di akhiran nama gadis ini. Apa dia ketakutan? Hanya aku mengirim dia pesan dengan mengincar putrinya, sampai ia menghapus nama marganya? Dasar konyol! Tetap saja aku masih bisa mengenali wajah putrinya, ucap Franco dalam hati. "Aku Victor." "Larvell." "Dan aku Abel." Celia menatap pria yang belum mengatakan siapa namanya. "Dan kau?" Franco tersenyum paksa. "Franco Alemannus." Pria itu berusaha bersikap ramah, terpaksa Franco berpura-pura untuk gadis itu. "Kalian berempat bersaudara kandung?" tanya Celia. Victor memaksa senyumnya juga. "Bukan. Kami hanya teman dan tinggal serumah." Celia mengerutkan keningnya. "Dimana Ibu dan Ayah kalian? Kenapa mereka tidak ada di sini?" "Orangtua kami sudah meninggal. Jadi kami tinggal di sini hanya berempat," jawab Larvell. Celia bingung. "Lalu pria tua itu siapa?" "Pria tua apa maksudmu? Di sini tidak ada pria tua," timpal Abel. "Aku kira pemilik kamar yang aku pakai semalam adalah pria tua," gumam Celia. "Aku pemilik kamar itu," ucap Franco dan membuat Celia terkejut. Celia menunduk malu, ia sudah salah menebak. Ternyata bukan pria tua pemilik kamar nomor satu itu, tapi pria dingin ini, batin Celia tak menyangka. "Tidak sopan masuk ke rumah ini dan seenaknya saja memakai fasilitas kamarku, kau pikir kau ini siapa?" ucap Franco dengan dingin. Celia meneguk salivanya mendengar perkataan dari Franco dengan nada ketus. "Maaf, aku tidak tahu dan aku terpaksa karena kemarin aku kehujanan dan kedinginan. Maafkan aku," balas Celia. Maaf? Baru kali ini ada seorang wanita yang mengucapkan kata itu padaku, Franco membatin. Hening... Victor berdehem. "Jadi kau dari mana? Kenapa kau bisa berada di daerah ini, sampai ke rumah ini?" Celia menerawang. "Florence. Kemarin aku menaiki bus dan turun di akhir tujuan, lalu yang ku ingat aku berjalan kaki dan sampai ke sini, sangat asing." Keempat pria itu terkejut mendengar jawaban si Celia. "Kau dari kota itu dan sampai sini? Apa yang kau lakukan? Kau tersesat?" tanya Abel. Celia menghela nafas. "Aku kabur dari rumah, ya aku tersesat. Memangnya ini dimana?" "Dasar konyol! Kabur dari rumah tapi kau tidak tahu tempat ini, ini Bergamo. Butuh berjam-jam kau dari Florence ke sini, kau tidak punya tujuan?" kata Victor tampak heran. "Bergamo? Tempat ini dekat dengan pegunungan Alpen Bergamo?" pekik Celia. "Ya!" serempak Victor, Abel dan Larvell. Franco sendiri hanya diam dan menatap tajam ke arah Celia. Ada sesuatu terselip dalam hati Franco. Sebuah kebencian dan balas dendam. ***********
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN