PART 5

1420 Kata
"Lo bonceng gue aja baliknya, Ra!" ucap Dirga dengan menahan tangan Aura yang akan naik ke motor Rena. "Eitsss.. Nggak bisa gitu dong, Ga. Aura kan tadi boncengan sama Teteh ya ke sini nya." ujar Rena sembari meminta Aura untuk mengkonfirmasi bahwa dia berangkatnya memang dengan Rena tadi.  "Teh! Mending Rara bonceng Teteh aja. Biar Mas Rifal bisa langsung cuss deh." pinta Rara dengan menatap serius Rena seperti menyampaikan sesuatu. Rena yang paham dengan maksud Rara akhirnya memilih mengalah saja dari Dirga.  "Aissh.. Ya udah sok atuh Aura nya dibawa aja, Ga!" jawab Rena dengan dengusan nya. Aura akhirnya dengan pasrah naik ke motor Dirga. Ia sudah tahu jika setelah ini akan ada interogasi panjang dari sahabatnya tersebut. Dirga sudah seperti kakaknya sendiri. Mereka sudah bersahabat dari awal ospek karena berada di satu kelompok yang sama dan yang membuat mereka lebih dekat lagi adalah karena Adit atau kakak Dirga adalah sahabat karib Haqi saat kuliah. "Buruan Dirga!" ujar Aura saat melihat Dirga malah dengan santainya masih mengobrol dengan Rena sedangkan ia sudah naik ke jok motor Dirga. "Turun gih! Sekalian sholat ashar dulu di masjid belakang noh," jawab Dirga sambil mengacak-acak rambut Aura dengan gemas dan ditanggapi Aura dengan bibir mengerucutnya. "Gak usah manyun gitu lah." "Rambutku jadi berantakan ini," ucap Aura sembari melihat ke arah spion motor Dirga. Ia langsung melepas kunciran rambutnya dan membetulkan rambutnya agar terkuncir dengan rapi kembali.  Dirga membantu Aura turun dari motornya dengan menjadikan pundaknya sebagai pegangan untuk Aura. Walaupun motornya tidak terlalu tinggi yaitu Vespa tipe GTS 150. Tapi Aura selalu mengomeli Dirga karena menurut Aura motornya terlalu besar. Aura menunggu Dirga di teras masjid tersebut sembari menjaga waistbag Dirga yang dititipkan padanya. Setelah selesai dengan mengikat tali sepatunya yang tadi terlepas karena ia ke kamar mandi untuk pipis, ia langsung mengeluarkan ponselnya. Ternyata banyak sekali notifikasi pesan chat baru di w******p-nya. Namun ada satu nama yang membuatnya kepo untuk membuka chat tersebut. Mas Fasa : Dek Me : Iya mas? Selang 5 menit kemudian Fasa membalas pesannya kembali. Mas Fasa : Mau ngabarin besok hari Rabu kumpulnya jam 16.00 WIB ya di Bakso Kleng*r. Bisa kan dek? Me : Oh gitu Mas. Insya Allah aku bisa kok Mas Mas Fasa : Okey, Dek. sampe ketemu hari Rabu ya. Have fun! "Ishh. Ngagetin aja deh kamu sukanya tuh. Balikin hand phone ku!" omel Aura pada Dirga yang telah mengambil hand phone nya dengan tiba-tiba. "Oh! dari orang tadi. Besok Rabu gue anter." jawab Dirga dengan enteng sambil mengembalikan hand phone Aura. "Sore lho, Ir. Emang kamu bisa?" tanya Aura dengan nada sok manjanya. "Apa sih yang nggak buat Aura?" balas Dirga dengan senyum jahilnya yang langsung mendapat respon tabokan pada mulutnya oleh Aura. Ternyata interaksi mereka tidak lepas dari pandangan seseorang yang sudah Dirga ketahui dari tadi. Ia tidak menghiraukan keberadaan orang tersebut. "Ir, Ntar mampir ke Pak Ujang ya? Hehe." pinta Aura dengan terkekeh. "Bensin lu abis lagi? Ntar aja ya. Temenin gue nonton dulu. Gue lagi suntuk nih. Butuh banget refreshing, ucap Dirga sambil melihat ke arah spionnya. Ia baru ngeh kalau Aura tidak memakai helm. Akhirnya ia mengarahkan motornya untuk ke kampus. "Kok balik ke kampus sih, Ir? Nontonnya nggak jadi? Yah padahal Aura udah seneng dapet gratisan nonton." ucap Aura dengan cemberut. "Lu ambil helm dulu lah. Ntar gue kena tilang malah keluar duit lebih banyak. Tekor ntar gue!" ucap Dirga sambil mendengus. Setelah sampai parkiran kampus mereka Aura langsung turun dari motor Dirga dan bergegas mengambil helmnya. Namun, tangannya dicekal oleh Dirga. "Kunci motor lo mana?" tanya Dirga sambil menengadahkan tangannya di depan Aura. "Lha mau buat apa? Aku nggak mau motornya ditinggal lho, Ir." ucap Aura dengan heran. "Mana kuncinya? Ntar biar dibawa sama Fandi aja tuh motor. Motornya lu parkir sebelah mana? Lu gue anter sampe rumah." perintah Dirga dengan tegas. "Fandi emang gak bawa motor? Lupa aku disebelah mananya. Ya udah aku ambil helmnya dulu." jawab Aura sambil memberikan kunci motornya pada Dirga dan berjalan meninggalkan Dirga untuk mencari keberadaan motornya. Saat Aura kembali ke tempat Dirga berada ternyata sudah ada Fandi yang sudah asik mengobrol dengan Dirga dengan memainkan kunci motor Aura dengan menggunakan jari telunjuknya yang diputar-putar.  "Hai Fandi. Sorry ya ngerepotin kamu." ujar Aura dengan ekspresi tidak enaknya. "Halah! Udah sering sih kalian berdua nyusahin gini. Tapi gak papa dah daripada gue ngojek ke kosan. Itung-itung gue lebih nge hemat pengeluaran untuk hari ini," jawab Fandi dengan malas. "Uwuwuw. Thanks Fandi yang baik hati! Oh iya jangan lupa bensinnya diisi dulu. Ntar macet dijalan malah tambah nyusahin kamu. Haha." ungkap Aura yang sudah naik ke motor Dirga dan mendapat timpukan dari Fandi pada helmnya. "Anjir! Sama aja dong gue keluar duit. Heh, lu parkir dimana?" tanya Fandi dengan keras karena motor Dirga sudah mulai melaju kembali. "Cari sendiri ya Fandi. Good luck!" jawab Aura dengan teriakannya. Dirga hanya menggeleng-geleng kan kepalanya melihat interaksi dua sahabatnya tersebut. Sesampainya di Hartono Mall mereka langsung berjalan ke CGV dan memesan tiket untuk dua orang dengan film X-man : Dari Phoenix pada jam 18.20 WIB. Akhirnya mereka mengisi waktu tersebut untuk nongkrong di Burger K*ng. Setelah mereka selesai memesan mereka mencari tempat duduk untuk menyantap makanan mereka. "Okey. Sekarang Dirga mau interogasi Aura tentang apa?" tanya Aura saat Dirga sudah kembali dari mencuci tangannya. "Emang gue butuh klarifikasi apaan?" jawab Dirga dengan kening mengkerut dan menyantap es krim di tangannya. "Tentang cowok tadi pagi atau Mas Fasa mungkin?" ucap Aura dengan tangan di dagunya. "Ya udah sekarang jelasin aja gue dengerin kok." titah Dirga dengan mengambil posisi nyamannya untuk mendengarkan curhatan Aura.  "Cowok yang tadi pagi itu pembicara workshop kewirausahaan BEM. Udah." ucap Aura dengan malas dan mendengus. "Ya kalau itu sih gue juga tahu. Kan gue ikut workshop juga. Yang jadi pertanyaan gue tuh kenapa dia bisa sama lu tadi? Lu juga kayak jengkel banget waktu diledek-ledekin sama yang lain gegara brownies yang nyangsang ternyata dikasih dari dia." tanya Dirga meminta penjelasan lebih. "Okeylah Aura jelasin. Tapi nggak boleh dipotong lho ya!" perintah Aura dengan nada mengancamnya. "Iya ah elah!" ucap Dirga dengan memutar kedua matanya. "Jadi Mas Arka itu anaknya Pak Farhan. Pak Farhan tadi nyuruh aku nganterin dia waktu ketemu di kantin fakultas pas sarapan. Aku sebagai mahasiswi yang baik mana bisa nolak permintaan Bapak yang satu ini, Ir. Terus tadi tuh Mas Arka nyuruh mampir ke mushola buat sholat dhuha. Tapi asli deh aku kesel banget sama dia orangnya aneh banget udah gitu nyebelin pula. Masa dia ngeledekin Aku dong katanya tuh aku jangan mainan hand phone doang mending sholat dhuha. Kan aku sebel jadinya baru kenal dia udah kayak gitu apalagi aku juga baru haid masih mending dia aku anterin. Dia tuh tipikal orang yang ngirit ngomong tapi sekalinya ngomong kayak cabe giling. Pedes banget! Setipe lah sama kamu." curcol Aura dengan nyinyirannya.  "Tapi gue yakin kalau lu sama dia jadi nih, pasti seru tuh rumah tangga kalian. Haha. Lagian mending ngomong pedes langsung di depan orangnya kan daripada ngomongin di belakangnya tapi pura-pura baik. Muna banget," jawab Dirga dengan terkekeh. "Iya sih. cuman dia baru juga kenal aku mana belum ada 24 jam juga kan. Tapi udah nyerocos ngoreksi kelakuanku seenaknya aja," protes Aura dengan melipat kedua tangannya di depan d**a.  "Ya sekali-kali lu kena mental sama orang asing gitu biar sadar. kan omelan gue sama Mas Haqi kagak pernah lu dengerin juga," dengus Dirga dengan menghela napasnya.  "Tapi nyebelin banget orangnya. Udah lah males bahas dia lagi jadi kesel sendiri aku ngingetnya," ujar Aura dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.  " Ya udah sekarang lu jelasin si Fasa aja," ucap Dirga dengan datar.  "Dia ketua tim bidang perlengkapan Dies Natalis Universitas. Ya udah kita deket karena kepanitiaan aja," terang Aura dengan menaik turunkan alisnya.  "Nggak percaya gue. Ekspresi lu kagak meyakinkan," ucap Dirga dengan menatap Aura tajam.  "Ehm, dia pernah kirimin bouquet bunga buat aku. Katanya sih hadiah ulang tahun, " ucap Aura dengan gelisah.  "Udah gue tebak. Oke gue bakal handle nih orang," ucap Dirga dengan serius, "awal-awal aja udah modus nggak jelas gitu. Fix besok Rabu gue temenin lu rapat!" Aura hanya dapat pasrah dengan titah Dirga. Dirga ini memang tangan kanan kakak laki-laki nya. Makanya dia tidak bisa membantah untuk menolak Dirga ikut. Jika ia menolak Dirga ikut maka ia tidak akan mendapatkan izin keluar pastinya oleh Haqi. Sahabatnya ini akan memberikan laporan terlebih dahulu perihal Fasa dan jika Dirga bocor perihal bunga itu otomatis dia akan di introgasi habis-habisan oleh Haqi dan yang lebih parahnya lagi Fasa bisa jadi malah di suruh datang ke rumah juga.  TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN