Kepala Rayya melongok kesana-kemari mencari begitu memasuki rumah megah itu, meski tak yakin barang kali ia bisa langsung mendapati Naya di sana. “Oh, itu—Naya dari pagi sibuk. Bantuin Krist kerja dan sekarang masih di ruang terapi untuk damping Krist. Seharusnya sih sebentar lagi selesai, ah, kalian udah kabarin Naya kalau mau datang?” Tanya Rinka yang menatap para tamunya itu satu persatu. “Ah, eum...” Baik Alan maupun istri juga anaknya tidak ada yang bisa menjawab, tidak berkenan menjawab lebih tepatnya, karena mereka jelas tahu kalau mereka tidak memiliki jawaban yang layak—atau mungkin ada. “Itu... belum, Tante. Kami mau kasih kejutan ke Naya makanya nggak ngabarin dia kalau kami mau datang. Tante juga nggak kasih tahu Naya duluan kalau kami mau datang, kan?” “Eh... kalian mau ka

