KAPOKMU KAPAN?

1353 Kata
Jantung Bayu semakin berdetak kencang. Bayu mencoba menetralkan perasaannya. Lalu Bayu mencoba mengecek email yang barusan masuk ke ponselnya.   “Tuan,” panggil Rani.   “Jangan panggil aku Tuan,” ketus Bayu.   Mata Rani membulat sempurna ketika Bayu mengeluarkan suara ketus. Rani akhirnya terdiam sejenak. Setelah mereka terdiam Arga sengaja mengerem mendadak. Entah kenapa Arga hari ini ingin membuat kekacauan di dalam mobil.   Ciiiit!!!! Jeduuugggggg.   Saat mobil berhenti mendadak. Kepala Rani membentur kursi penumpang. Begitu juga dengan Bayu. Sedangkan Arga hanya tersenyum smirk dan mengumpat dalam hati, “Kapokmu kapan? Sudah tahu ada cewek cakep dianggurin.”   “Arga!!!” teriak Bayu yang memegang kepalanya.   “Eh... Iya bos,” sahut Arga yang hatinya bersorak kegirangan.   “Kenapa kamu berhenti mendadak?” tanya Bayu dengan geram.   “Ah... Tidak tuan. Barusan saja ada kucing lewat,” jawab Arga yang mencari alasan.   “Sudah terusin sana,” titah Bayu.   Kemudian Arga melanjutkan perjalanan menuju ke rumah Rani. Rani yang kepalanya masih berdenyut sangat kesal sekali. Rani tidak menyangka kalau pria yang di sampingnya tidak bertanya apa pun. Ingin rasanya Rani memukul Bayu saat itu juga.   “Jadi orang kok enggak peka sih. Sudah tahu aku terkena benturan keras. Untung saja memoriku tidak hilang semua,” gerutu Rani hingga kedengaran ke Arga.   “Maaf Nona... Anggap saja pria yang di sampingmu adalah pria bongkahan es batu. Percuma nona mengeluh kepada dia,” sindir Arga ke Bayu.   “Dasar pria enggak punya akhlak,” kesal Rani yang membuang mukanya.   Sedangkan Bayu tidak memperdulikan ocehan Rani. Bayu memasang wajah datarnya. Dari jaman SMA Bayu tidak pernah hangat kepada perempuan. Seluruh cewek-cewek yang mengejar untuk jadi kekasihnya mundur satu-satu. Atau istilahnya mundur alon-alon. Sementara teman-temannya hanya bisa menggelengkan kepalanya.   Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak berbicara. Mereka hanya diam seperti patung. Hingga akhirnya Arga menghentikan mobilnya tepat berada di g**g rumah Rani.   “Kok berhenti?” tanya Bayu yang baru saja mengeluarkan suaranya.   “Kita sudah sampai ke g**g rumahnya Rani,” jawab Arga.   “Terima kasih,” sahut Rani yang segera keluar dari mobil.   Rani langsung meninggalkan mobil Bayu. Rani sangat kecewa sekali terhadap Bayu. Bisa-bisanya Bayu memasang wajah yang datar. Bahkan sangat datar seperti triplek.   “Huh... Aku sumpahin kamu enggak bakalan punya pacar dech!!!” umpat Rani dalam hati.   Melihat kepergian Rani, Arga hanya menghela nafasnya. Jujur saja Arga mulai jatuh cinta kepada Rani. Karena Rani adalah gadis yang polos dan juga baik.   “Tuan, apakah Tuan tidak mau sama gadis itu?” tanya Arga.   “Kalau kamu mau ambil saja. Aku enggak suka sama cewek seperti itu,” jawab Bayu serius.   “Ya udah dech bos. Makasih atas pemberian hadiahnya,” jawab Arga yang bersorak kegirangan.   “Balik ke markas,” titah Bayu.   “Apakah Tuan tidak ingin menemui Nona Icha?” tanya Arga.   “Ya kamu benar. Aku sangat merindukan adik kecilku,” jawab Bayu. “Ke apartemen Icha sekarang.”   Lalu Arga melajukan mobilnya ke apartemen Icha. Entah beberapa hari ini Bayu merasakan ada sesuatu yang aneh di keluarganya itu.   Rani yang sudah sampai di depan rumah terkejut. Rani melihat gerobak milik bapaknya sudah terparkir.   “Tumben nasi gorengnya sudah habis sebelum jam sembilan,” ucap Rani dalam hati.   Rani melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan melihat rumah dalam keadaan terang. Di dalam sana Rani mendengar bapak ibunya sedang cekikikan seperti kuntilanak.   “Ish... Kenapa juga bapak ibu kalau tertawa seperti kuntilanak?” tanya Rani.   Mendengar suara Rani yang sedang membully, Adel mempunyai ide jahil. Adel malah mengeraskan cekikikannya seperti kuntilanak. Sehingga Rani memutuskan untuk masuk ke kamar.   “Bener-bener dech... Ibu kalau tertawa mirip kuntilanak,” kesal Rani   Bayu yang sudah sampai di apartemen Icha hanya bisa terdiam. Setelah berhasil masuk ke dalam Bayu melihat Icha yang sangat sedih sekali.   “Icha,” panggil Bayu yang merentangkan kedua tangannya.   Icha yang sedang bersedih matanya mencari sumber suara. Mata Icha membulat sempurna dan berdiri masuk ke dalam pelukan sang kakak. Icha menumpahkan seluruh air matanya.   “Kakak... Tolong Icha!!!” seru Icha.   Bayu yang mendengar Icha menangis hatinya berkecamuk. Bayu tidak tega dengan adik kecilnya itu. Karena selama ini Bayu tinggal, Icha merasa baik-baik saja.   “Kenapa kamu menangis?” tanya Bayu.   “Papa tega sama Icha. Sebulan lalu Icha diusir dari mansion. Masalahnya Icha ketahuan tidur dengan p****************g,” jawab Icha.   “Apa!!!” pekik Bayu.   “Ya... Aku dituduh tidur dengan p****************g. Padahal saat itu aku tidur di rumah Rani,” jawab Icha.   “Siapa menuduhmu?” tanya Bayu yang pura-pura tidak tahu.   “Larasati Wiguna,” jawab Icha.   “Tenanglah. Kamu tenang dulu. Ceritakan pelan-pelan apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu sampai tinggal di apartemen. Padahal mansion kita besar,” pinta Bayu.   Setelah itu Icha bercerita tentang apa yang sedang dialaminya. Bayu sangat kesal sekali terhadap Papa dan mamanya itu. Bagaimana bisa kedua orang tuanya sangat percaya Laras dan keluarga Wiguna. Bahkan adik kecilnya di tendang dari mansion. Sebagai seorang kakak Bayu tidak akan membiarkan itu terjadi.   “Kakak akan menghubungi Fendy untuk segera pulang ke Jakarta. Tanpa Fendy kakak enggak begitu kuat. Kamu tahukan kalau Fendy orangnya sangat licik dan bisa memprovokasi keadaan,” ucap Bayu.   Icha mengangguk tanda setuju. Icha juga tidak ingin masalah berlarut-larut, “Kakak benar. Aku tidak mau masalah ini berlarut-larut.”   “Terus apakah perjodohan kakak sudah dilaksanakan?” tanya Bayu.   “Sudah kak. Bahkan kakak akan menikah dengan ulat keket itu dua bulan kemudian,” jawab Icha yang lirih.   “Ini enggak bisa dibiarkan! Aku tidak akan menikah dengan ulat keket. Kenapa aku tinggal menjadi seperti ini sih?” tanya Bayu yang mengepalkan tangannya.   “Aku tidak tahu kak. Si ulat keket itu pengen menjadi istri kakak. Yang perlu kakak tahu ulat keket itu memakai topeng. Di depan kedua orang tua kita dia sangat baik sekali. Bahkan baiknya manis seperti gula dalam toples. Tapi di belakang mereka si ulat keket itu menjadi iblis yang sangat menakutkan,” jawab Icha.   “Dari mana orang tua kita menemukan ulat keket itu?” tanya Bayu yang menuju dapur untuk mengambil air.   “Entah kak. Katanya mereka adalah teman bisnis Papa,” jawab Icha.   “Itu enggak mungkin. Aku sudah mendapat data-datanya. Jika mereka bilang kalau keluarga Wiguna adalah teman bisnis papa mana buktinya? Papa enggak suka dengan penambangan batu bara,” jelas Bayu.   “Kak aku boleh enggak tinggal sama kak Fendy?” tanya Icha yang memelas.   “Kamu yakin ingin tinggal sama Fendy?” tanya Bayu balik.   “Yakin kak,” jawab Icha.   “Cha... Kakak bilangin sama kamu. Kak Fendy orangnya enggak bisa halus terhadap perempuan. Fendy itu orangnya keras. Jika kamu ingin tinggal di sana. Kamu harus menuruti nasehatnya. Dan Kak Fendy akan mengekang kebebasan kamu. Aku tahu kamu Cha dibanding Fendy,” jawab Bayu yang menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi.   “Tapi kak?” potong Icha yang duduk di sofa.   “Itu terserah kamu. Kakak hanya ngasih tahu tentang Fendy. Makanya kakak enggak mau kamu di sana kecewa. Ke mana kamu akan dikawal oleh pengawal bayangan,” tambah Bayu.   “Bagaimana kalau kakak kembali ke Helsinki saja bersama aku?” tanya Icha.   Setelah keluar dari dapur. Bayu segera mendekati Icha dan menaruh beberapa soft drink di meja, “Kakak enggak akan kembali lagi ke sana. Kakak ingin menetap di Jakarta. Kakak ingin merebut Asco Group International dari tangan Laras,” jawab Bayu yang menghempaskan bokongnya di sofa.   “Bagaimana kakak tahu kalau Laras ingin merebut semua perusahaan Asco Group International?” tanya Icha.   “Kamu enggak tahu saja sih siapa kakak? Kamu tahu kalau kakak adalah ketua mafia White Eragon?” tanya Bayu balik.   “Oh iya aku lupa. Tapi kakak enggak cocok dengan julukan ketua mafia,” ejek Icha.   “Cocoknya apa donk?” tanya Bayu yang menyelidik.   “Kakak cocoknya jadi anggota K-Pop. Sama seperti Kak Andi, Kak Joko, Kak Irwan, Kak March dan kak Saga,” ejek Icha yang tertawa lepas.   “Nasrib... Nasrib...,” kesal Bayu.   “Lha iya kan. Coba kakak ke sekolah terus ketemu dengan teman-temanku yang maniak dengan anggota BTS. Atau anggota Suju lainnya. Pasti kakak dikerubungi sama mereka,” ledek Icha.   “Bagaimana dengan Andi Sebastian?” tanya Bayu.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN