Marianne menghembuskan napas. Setelah mengatakan hal yang panjang, dia mulai tenang dan tidak lagi kepanasan. Amarahnya sudah reda dan itu sangat bagus untuknya. Marianne melirik Aria yang terdiam. Wanita itu tidak memiliki ekspresi sama sekali dan Marianne tidak peduli jika perkataannya menyakitinya. “Well, karena aku masih menganggapmu senior di sini, aku akan memaafkanmu. Tapi tidak ada lain ka—”
“Harus memohon ya…” Aria bergumam sangat kecil.
“Hm?” Tanya Marianne tanpa sadar.
“Jadi begitu…”
Marianne mengerutkan dahinya kecil.
“Yang salah harus meminta maaf sambil memohon. Begitu bukan?”
“Tentu sa—”
“Kalau begitu, memohonlah padaku.”
Marianne tersentak kaget dan terkejut. Reaksinya cukup lambat. Aria sudah berbalik dan menatapnya dengan dingin barulah dia berubah marah. “Hei!”
“Perlu aku ingatkan siapa yang salah di sini? Biarkan aku mengatakannya padamu. Kau yang masuk tanpa melihat orang yang kau tabrak, sedangkan aku hanya berdiri diam di tepi pintu. Aku tahu aku tidak bersalah tapi aku tetap meminta maaf kepada penindas memalukan sepertimu.”
“P-penindas me…” Bibir Marianne bergetar. Bola matanya hampir saja keluar dari tempatnya karena harus menatap Aria dengan berang. “Jika kau tidak berdiri di depan pintu, aku tidak akan menabrakmu!”
Tidak mendengar teriakan Marianne, Aria berujar kembali sambil berjalan perlahan menuju Marianne. Mengintimidasinya dengan aura dingin hingga Marianne tanpa sadar berjalan mundur, sedikit ketakutan. “Walaupun aku sudah mengalah, sepertinya kau masih tidak puas. Kau ingin membuat orang lain menderita hanya karena masalah kecil seperti tadi yang mana itu adalah kesalahanmu. Apakah ini hasil didikan orang tuamu?!”
Tersentak kaget dengan ucapannya sendiri, Aria berhenti. Dia mengerjapkan singkat kemudian mendengar beberapa suara di sekelilingnya. Sudah ada beberapa orang yang menonton mereka. Aria memejamkan matanya dan menghembuskan napas dalam kemudian menatap Marianne sejenak. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Aria segera berbalik dan pergi. Meninggalkan Marianne yang masih dalam keadaan syok.
Tanpa Marianne sadari wajahnya berubah menjadi pucat. Sebuah bayangan terlintas, wajah Aria sebelum wanita itu pergi tadi. Kenapa… Kenapa wajahnya menunjukkan bahwa dia merasa bersalah dan menyesal? Marianne berdecih. Setelah memarahi Marianne seperti tadi, Aria menjadi menyesal? Tidak masuk akal!
Suara bisikan yang tak kunjung berhenti membuat Marianne menatap penonton yang menikmati tontonan gratis dengan marah. Wajah pucatnya sudah kembali memiliki warna. “Apa yang kalian lihat, hah?!”
Para karyawan yang membentuk kelompok-kelompok kecil segera meninggalkan Marianne.
Menatap tempat di mana Aria pergi, Marianne mendengus kesal. “Sial…”
Marianne sangat malu.
***
Ketika Aria membuka pintu, ia melihat Gia sudah kembali. Wanita itu berbalik dengan sebuah ponsel di telinganya.
Gia menjauhkan ponselnya. “Dari mana saja? Aku baru saja ingin menghubungimu.”
Aria masuk dan mengambil tasnya. “Toilet.”
Gia tidak lagi bertanya. Dan mereka berjalan menuju lift. Di dalam lift, Gia berkata, “Beliau berkata kontraknya akan turun setelah hasil audisi untuk pemeran lainnya keluar…”
“Menurutmu kenapa perusahaan masih mempertahankan aktris sepertimu dan hanya memberi peran kecil? Karena mereka tidak puas dengan kemampuanmu. Mereka ingin mengusirmu dari gedung ini…”
“Aku hanya ingin kau mendapatkan yang lebih baik daripada wanita itu.”
“…a. Aria!”
Aria mengerjap dan menatap cepat Gia. Manajernya sudah siap untuk keluar. Begitu dia melihat pintu elevator yang terbuka barulah dia sadar. Aria tidak tahu kenapa ucapan Marianne dan Gia terus terngiang-ngiang di benaknya.
“Kak, kau sudah tahu siapa yang sudah pasti akan mengambil peran utama wanita di drama ‘You Are the Love of My Life’?”
Gia mengangguk pelan. “Dia yang akan mengambilnya.”
Aria menghembuskan napas dalam lalu keluar bersama Gia. Wanita itu yang akan menjadi pemeran utamanya.
“Aku dengar dia tidak menginginkan drama ini dan ingin bermain di drama lain.” Sambil berjalan beriringan, Gia berkata pelan.
Bola mata Aria bergeser.
“Tapi jika Pak Bryce beserta jajarannya sudah memilihnya, mau dia sampai menangis di depan beliau, beliau tidak akan peduli.”
Aria tahu ini. Demi reputasi Lux, Bryce cukup pemilih untuk para selebritinya.
“Ah benar juga… Ini mengenai pemotretanmu lusa. Brand pakaian ternama mengeluarkan pakaian baru dengan gaya ceria, manis dan hidup.”
Mereka berjalan lewat pintu belakang yang langsung menuju ke parkiran kantor. Sepanjang perjalanan mereka, Gia akan menjelaskan tema iklannya dan Aria mendengarnya tanpa memotongnya.
‘Manis…’ Aria memikirkan kata ini. ‘Dia ingin aku berperilaku imut?’
Gia membuka pintu untuk Aria dan Aria masuk ke dalam mobil.
Setelah Gia mengitari mobil dan masuk ke kursi pengemudi, dia mengeluarkan sebuah undangan dan meletakkannya di dashboard yang mana cukup membuat Aria penasaran.
“Temanmu akan menikah, Kak?”
Gia menyalakan mesinnya dan berkata ringan, “Malam ini ada acara ulang tahun Mikhail Group.” Dia menoleh ke arah Aria. “Dan kau diundang. Otomatis aku akan menemanimu. Jika ingin masuk harus membawa undangan. Karena aku takut lupa bawa, jadi aku akan menyimpannya di sini.”
Aria terdiam karena tahu dia tidak bisa menolak.
***
Begitu Aria keluar dari kamar mandi, dia melihat kepala pelayan, Uri berdiri membawa gaun yang sederhana namun sangat elegan.
“Pak Bryce mengirimkannya lewat asisten beliau.”
Aria mendekati Uri dan menyentuh gaun halus tersebut. Setelah melihatnya dari jarak dekat, Aria bisa tahu bahan dari gaun ini bukanlah murahan. “Letakkan saja di tempat tidur.”
Kepala pelayan itu menatap Aria cukup lama hingga Aria meliriknya. Dia mengerjapkan matanya sebelum menunduk. Setelah meletakkan dengan hati-hati, dia pergi ke luar dari kamar Aria tanpa membuat keributan. Menutup pintu kamar Aria, dia masih berdiri di sana cukup lama.
Uri bergumam, “Wanita itu terlihat murung hari ini.”
Semenjak Aria pulang, bibirnya tidak berhenti menukik ke bawah seolah ada suatu hal yang tidak ia senangi. Yah, Aria bukanlah orang yang ceria dan aktif jika berada di rumah. Dia cukup tenang, penyendiri dan tidak bertingkah ramah dengan para pelayan jika itu tidak diperlukan. Akan tetapi hari ini sedikit lebih parah dari hari-hari biasanya. Suasana hatinya sangat buruk tanpa sebab.
“Anda mengatakan sesuatu?”
Uri berbalik dan melihat 3 orang wanita yang berdiri di sana membawa tas koper. Ah ya, dia hampir lupa dengan orang-orang yang disuruh Bryce kemari untuk membantu Aria menyiapkan dirinya ke acara malam ini. “Beliau akan memanggil kalian masuk setelah berpakaian.”
“Baik.” Mereka mengangguk dan Uri segera turun ke lantai bawah.