Bab 1: Misi Rahasia

707 Kata
  CHAPTER 1  18 tahun kemudian   SIBUK. Hanya satu kata itu saja yang bisa menjelaskan kondisi kantor polisi pusat di kota Boston. Beberapa polisi muda berlarian ke sana - kemari, sementara beberapa lainnya sibuk mengurusi berkas-berkas yang berserakan. Telepon berdering dari segala penjuru, beberapa dari mereka saling bersahutan menjawab panggilan-panggilan yang semuanya tampak darurat itu. Sebuah sirine dalam ruangan berbunyi, menandakan bahwa mereka diminta untuk mengirimkan satuan unit dan pasukan ke pusat kota.  Ditengah segala kesibukan itu, seseorang berjalan cepat. Menerobos kerumunan sambil sesekali berhenti dari meja ke meja untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Tubuh tingginya menjulang di antara para polisi wanita. Sementara gerakan tangannya begitu cepat. Tatapan mata yang begitu fokus dan tajam terpaku pada tumpukan informasi yang baru saja keluar dari mesin cetak di sudut ruangan. Kaki jenjang pemuda itu berbalik, dan sebuah pintu sebuah ruangan kerja yang tidak terlalu besar terbuka.   Ruangan yang terletak di tengah-tengah lorong antar divisi itu memiliki dua arah. Dari arah lainnya berjalan cepat seorang gadis berambut panjang bergelombang yang dikuncir kuda. Tingginya mungkin sekitar 5,8 kaki, tapi jelas memiliki postur tubuh yang tegap dan kuat. Seragam polisinya dilipat rapi, berbanding terbalik dengan pria di depannya, yang juga sedang menuju ke arah sama. mereka saling menatap sekilas, kemudian mengangguk sebelum akhirnya berjalan masuk beriringan. Langkahnya terhenti di depan meja milik atasan mereka, Steven Freed kepala divisi bagian kriminalitas dan teror.  "August Drew menghadap, Sir!"   “Abigail Drew menghadap, Sir!”  Tatapan mata kedua polisi itu menghadap lurus ke depan, tepat pada sorot biru tajam milik Steven.   "Seperti yang kalian ketahui, baru saja terjadi bencana besar di Boston Opera House. Seluruh polisi dikerahkan untuk mengurus pengeboman itu. Lalu kekacauan juga menimpa kantor pusat kita, seperti yang kalian lihat.” Steven mengeluarkan beberapa dokumennya dan meletakan kertas-kertas itu di atas meja. “Namun, bukan itu masalah terbesarnya. Aku yakin kalau soal bom yang meledak di pusat kota itu, divisi lapangan pasti bisa mengurusnya dengan baik.”  August dan Abigail masih mendengarkan dengan atensi penuh.  “Masalahnya, adalah … ada tikus b******k yang mencuri salah satu benda penting di sini.” Steven melanjutkan, “salah seorang pekerja kebersihan melihat orang asing masuk ke dalam kantor ini, dan menyelinap ke ruang arsip. Barusan team investigasi sudah mengkonfirmasi jika orang itu adalah ini."  Steven meletakkan selembar kertas di atas meja. Abigail maju selangkah dan mengambil apa diletakkan atasannya di atas meja. Bola mata karamelnya menatap sebuah gambar yang menampilkan sosok seorang pria yang sudah lama menjadi buronan polisi, John Raymond. Keningnya berkerut, kemudian saat ia menatap pria berkulit pucat yang lebih tinggi beberapa inci itu netra karamel yang sama bertemu pandang. August, Kakaknya, mengangguk paham dan Abigail lantas meletakan foto itu kembali di meja  Steven.  "RM?” Abigail mendelik pada Steven. “Jadi, maksud anda RM sengaja mengalihkan perhatian polisi dengan meledakkan Opera House Boston, agar kantor kita lebih lengang, semua penjagaan keamanan lengah, sehingga dia bisa leluasa menyelinap masuk kemari?" Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu menyimpulkan.  Steven menunjuknya bersemangat. "Tepat sekali, Abby. Persis seperti yang kau simpulkan."  "Lalu apa tujuan RM menyelinap masuk kemari?" August bertanya.  "Untuk masalah itu, aku sudah menyuruh seseorang menyelidikinya. Dan itu membutuhkan waktu lama karena RM sudah mematikan seluruh CCTV ketika dia kemari. Tapi aku memiliki tugas untuk kalian."  "Tugas apa, Sir?" Tanya Abigail kemudian.  “Sebelumnya, kalian tahu kalau dia adalah pemimpin HAVOC, ‘kan?” Steven memastikan, dan kedua kakak beradik itu mengangguk. “Aku ingin kalian menyamar dan mendekati RM. Cari tahu apa rencana dia dan organisasi gelapnya itu. Malam ini kalian pergi ke balapan liar di pinggir kota. Untuk sementara aku akan melenyapkan data-data kalian sebagai polisi agar RM tidak curiga. Ku harap kalian tidak mengecewakanku." Jelas Steven.  "Anda tidak perlu meragukan kami, Sir. Bukankah sudah pasti kami pasti akan melakukannya dengan sangat baik?" Ucap August penuh keyakinan. Ya, dia selalu begitu. Menyebalkan dan terlalu percaya diri.  August dan Abigail berjalan keluar meninggalkan Steven yang tengah menyisir rambut pirangnya dengan buku jari. Berhadapan dengan organisasi gelap yang menaungi RM membuat kepalanya terasa akan pecah. Kepolisian sudah mengincar organisasi yang disebut ‘HAVOC’ ini sejak lama. Namun pergerakan organisasi itu begitu licin seperti belut. Kali ini Steven mempercayakannya pada kedua anak buahnya terbaiknya.    * * * *    Bersambung, 707 kata. Ada yang menantikan kisah Joonie setelah dewasa? staytoon yaaa! Jangan lupa TAP LOVE atau ADD/IKUTI cerita ini dan masukkan ke perpustakaanmu, ya~! 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN