Bab Empat belas

653 Kata
Sasi makan dalam diam dan lahap. Tidak peduli dengan sosok lain yang juga sedang makan dengan anggun. Penampakan mereka memang sedari awal tidak matching sama sekali. Jangankan dengan Vincent yang sekali lihat sudah tampak sangat metroseksual dalam segala hal, dibandingkan dengan Damar saja yang notabene berasal dari pabrik yang sama juga sangat berbeda. Bukan hanya berbeda jenis kelamin tapi sikap dan sifat juga. Sasi seringkali dianggap tidak lebih sopan dari adiknya yang menurut keluarga besar mereka lebih punya tata krama dan baik. Tapi bagi Sasi dirinya juga orang yang sopan setidaknya hal yang sama juga divalidasi oleh keluarga intinya. Hanya saja dirinya memang cenderung introvert dan sedikit tomboy. Sasi hanya tidak pandai dalam berbasa- basi dalam pergaulan sehari-hari. Buktinya Sasi masih memiliki orang yang bisa dianggapnya sebagai teman dekat. Mereka bahkan sudah berteman sejak sekolah menengah pertama. Sasi terlihat menjaga jarak dengan orang yang baru ia kenal ataupun orang yang tidak sevalue dengan dirinya. Kalau orangnya asyik, Sasi menerimanya dengan baik. Tapi ya itu, asyik versi Sasi tidak sama bagi kebanyakan orang lain. Sasi tiba-tiba menghentikan kunyahannya saat jari Vincent menyentuh sudut bibirnya. Ternyata ada sebutir nasi yang nempel disana. bisa-bisanya Sasi tidak merasakannya sama sekali. Kenapa juga Vincent mengambilnya sendiri ketimbang memberitahukan saja padanya. Sasi menyipit sambil mengatupkan bibirnya. Dalam benaknya, ia mengutuki perbuatan Vincent padanya yang suka menyentuh seenaknya. Pria ini mesumnya pasti sudah tidak tertolong lagi. " Apapun hal buruk yang sedang kamu fikirkan tentang aku saat ini sudah pasti tidak benar." gelengnya geli. " Memangnya aku menuduh kamu apa? Pria m***m?" tanya Sasi cepat," kalau itu memang iyakan?" " Apa? aku ini pria mesum...?" tanya Vincent tak percaya. Kapan ia m***m pada Sasi sebelumnya? Seingatnya tidak pernah sekalipun. Sebelumnya, Vincent selalu menghormati Sasi sebagai seorang wanita. " Kalau bukan m***m apa dong namanya? mana ada pria terhormat punya tangan seenteng kamu pada lawan jenis?" Vincent jadi kehilangan kata- kata untuk beberapa saat mendengar tuduhan tak mendasar dari Sasi. Oke, dirinya memang bukan pria alim tapi juga bukan pria m***m yang suka kurang ajar pada lawan jenis, apalagi sampai suka melakukan pelecehan seperti yang Sasi tuduhkan. Sebenarnya seburuk apa dirinya dimata Sasi selama ini? Memangnya ia orang seperti apa sih? Kenapa Vincent jadi ingin mengenal diri sendiri? " Sasi Kirana." sebut Vincent lembut," Damar nggak pernah ngomong jelek tentang akukan?" " Kenapa kamu jadi nuduh Damar?" " Aku nggak nuduh. Aku cuma nanya soalnya kalau bukan karena dia ngomong hal buruk tentangku tidak mungkin rasanya aku mendapat julukan terkutuk itu dari kamu." " Dia nggak mungkin ngomong begitu tentang kamu." sangkal Sasi," dibandingkan Mama, Damar itu yang paling ngotot melihatku segera menikah." ucap Sasi sedikit sewot. Sewot pada Damar dan Vincent untuk alasan yang berbeda. Vincent tersenyum tipis mendengarnya. Vincent tidak serius dengan dugaannya tentang Damar sama sekali. Vincent hanya mencoba membuka tabir fikiran Sasi sedikit demi sedikit. Isteri uniknya ini memang perlu dikenalinya dengan baik dan benar agar hubungan mereka lebih mudah kedepannya. Sejujurnya bagi Vincent, berhadapan dengan wanita yang menolaknya terang- terangan seperti Sasi adalah hal yang baru. Biasanya dirinya bisa sedikit berbangga diri karena selalu diterima dengan baik oleh lawan jenis. " Jadi, seperti apa aku dimata Damar yang sebenarnya?" Kali ini bukan reaksi mata menyipit yang diterima oleh Vincent tapi muka bergidik ngeri. Apa yang salah dengan pertanyaannya sampai Sasi terlihat jijik begitu? " Kamu nggak suka pada Damarkan?" tanya Sasi dengan konotasi negatif. Ampun dah! Meski mendapat tuduhan seperti itu tapi Vincent tidak bisa marah sama sekali. Asli! ekspresi yang dimunculkan oleh Sasi saat bertanya malah sebaliknya. Imut dan menggemaskan sekali. Tak kunjung mendapat jawaban Sasi menatap Vincent penuh tanya. Vincent nyerah. Seiring dengan bunyi kursi yang bergesekan dengan lantai Vincent berjalan cepat kearah Sasi dan memeluknya erat saking gemesnya. Kesan imut ternyata bukan buat anak-anak saja lho, calon ibu anak- anak juga bisa terlihat seperti itu. " Aku sukanya sama kamu." ucap Vincent kian erat memeluk tubuh Sasi yang sedikit meronta minta dilepaskan. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN