Suami-istri

1013 Kata
Ayu terbangun saat cahaya matahari mulai terlihat dari sela-sela gorden, sudah cukup tinggi di atas sana. Ayu menatap sosok lelaki di sampingnya yang masih nyenyak berlayar di pulau kapuk, Bima masih damai dengan tidurnya membuat Ayu enggan untuk sekedar menyenggol tubuh lelaki itu. Juga karena hari ini mereka masih memiliki jatah libur paska pernikahan mereka kemarin, dan tak ada kesepakatan untuk honeymoon. Itu artinya seminggu kedepan mereka berdua hanya akan bermalas-malasan di rumah ini. Ngomong-ngomong seingat Ayu, dia tertidur tepat di tengah-tengah kasur. Ah ... tampaknya ia harus memberikan sebuah ucapan terimakasih pada Bima. Mungkin dengan menyiapkan sarapan? Ya dia akan membuat sarapan untuk Bima. Ayu turun dari ranjang, kakinya ia bawa menuju pintu kamar dengan gerakan pelan berusaha sebisa mungkin tak mengeluarkan suara apapun, karena ia tau Bima mudah terjaga. Setelah tangannya menggapai ganggang pintu, ia masih tetap berusaha sekali lagi membuka pintu tanpa mengeluarkan suara. Namun sayangnya .... Clek! "Yu?" Ayu menghela nafas, usahanya sia-sia. Bima sudah terjaga dan menoleh ke arah dirinya. Matanya sudah terbuka lebar, mungkin kaget karena suara yang ia dengar tadi. "Mau kemana?" sambung Bima masih berada di posisi yang sama. "Bikin sarapan," jawab Ayu tersenyum tak enak karena telah membuat Bima terjaga. "Ohh ... Okey!" Bima kembali membetulkan posisi tidurnya, kali ini ia meraih ponsel yang semula berada di nangkas. Mungkin melihat notif yang masuk dari Mitha. Entah mengapa itu membuat Atu sedikit terganggu. "Gue keluar ya!" Belum selesai Bima menjawab Ayu sudah membuka pintu dan ... Brak! Menutupnya dengan keras. Ayu dengan langkah yang sengaja di hentak-hentakan berjalan menuju dapur, meninggalkan Bima yang tentu saja melongo tak paham. Ayu berakhir duduk di meja pantry, mengatur nafasnya yang memburu karena menahan emosi yang sedang memuncak. Sebenarnya kenapa juga ia seperti ini? Mungkinkah Ayu cemburu? Ah ... Tak mungkin, Ayu hanya merasa tak dihargai saja karena Bima dengan beraninya memperlihatkan hubungan mereka di depan Ayu. Padahal ia sudah menyetujui kesepakatan mereka sebelum pernikahan. Lagi pula Ayu tak ada urusan lebih atas hubungan mereka, ia hanya istri kontrak yang hanya berkepentingan membahagiakan kedua orangtuanya. Jadi untuk hubungan di luar itu Ayu tak memiliki hak, begitu pun sebaliknya. Maka dari itu tak sepantasnya dia merasa kesal melihat Bima memperlihatkan hubungan antara dirinya dan Mitha di depan Ayu. Ahhh gue kenapa berlebihan banget si? "Yu? Ada apa?" Satu suara menyita perhatian Ayu, membuat gadis itu kembali menegakkan tubuhnya menghadap Bima yang baru keluar dari kamar. Lelaki itu menghampiri Ayu. Sedangkan Ayu sendiri tengah mematung menatap tubuh Bima yang hanya mengenakan celana training panjang berwarna hitam, dan bertelanjang d**a. Bima tak sadar atau memang terlalu bodoh untuk menyadari keberadaan Ayu di sekitarnya? "BIMA!" "Apa, Yu?" "Pake baju, bodoh! Ihhh!" Padahal tangan Bima sudah meraih gelas ingin mengambil air putih dan meminumnya, namun setelah Ayu berkata demikian ia terdiam sejenak menatap tubuhnya. Mengernyit tak paham, seolah bertanya pada Ayu memangnya ada yang salah dari penampilannya? "Ck! Kan ada gue!" ujar Ayu memahami arti tatapan Bima. "Lo kan istri gue," jawab Bima santai, kembali berjalan untuk mengambil air minum. "Ya gak gitu juga!" Bima mengangkat bahu tak peduli, lebih memilih berjalan menuju sofa dan menyalakan televisi. "Katanya mau bikin sarapan, jadi gak?" kembali Bima bersuara, membuyarkan lamunan Ayu. "O–oh ... I–iya, lo mau makan apa?" Sedikit kikuk namun Ayu berusaha semaksimal mungkin. "Omelete." "Okey." ××× Seharian itu benar-benar mereka habiskan di rumah, tak keluar ke mana pun. Lebih karena rasa lelah yang masih saja bersarang di tubuh, juga Ayu terlalu malas untuk sekedar beranjak dari sofa ruang tv. Bima juga sama, mereka memutuskan menonton Netflix bersama sambil memakan jajanan yang selalu Bima pastikan ada di rumahnya. Bukannya apa-apa, ia hanya lebih suka menghabiskan waktunya seperti itu ketimbang harus keluar rumah dan pergi ke suatu tempat. The Glory, satu drama yang menjadi pilihan keduanya untuk ditonton bersama. Bima tadi sempat mengaku jika dirinya merupakan fans berat song hye kyo makanya ia ingin menonton drama itu, sedangkan Ayu golongan orang yang suka semua drama korea. Salah satu alasannya karena pemeran pria yang ada di setiao drama korea tergolong pria yang tampan-tampan. Sedikit banyak hal itu menambah daya tarik bagi Ayu. "Lo katanya mau ngambil baju di rumah, gak jadi?" Bima memulai pembicaraan setelah film memasuki episode terakhir. "Malem." "Sama gue ya," ujar Bima mengajukan dirinya sendiri. Mereka memang harus membangun image yang baik sebagai pengantin baru, setidaknya didepan kedua orang tau masing-masing. "Iya nanti, abis mandi." "Yaudah mandi sana!" "Nanti kalo ini udah selesai." "Masih ada waktu buat nonton ini, sekarang mending elu mandi." "Gak!" "Batu!" "Bodo amat!" Bima menatap kesal ke arah Ayu, bisa-bisa gadis itu membantah omongannya di hari pertama menjadi istri. Harusnya dia sedikit memberi kesan baik pada Bima dong! Memang sifatnya tak berubah sejak pertama mereka kenal. "Yaudah kalo gitu gue dulu yang mandi!" Bima lebih memilih mengalah, tak ada yang bisa diharapkan jika menunggu Ayu menuruti apa katanya. "Hm." Dasar! Bima berjalan meninggalkan ruang tv dengan lirikan kesal ke arah Ayu, bahkan tatapan tajamnya tak lepas dari istrinya sampai ia benar-benar masuk ke dalam kamar. Tak heran lagi sebenarnya jika Ayu tak menuruti apa perkataan Bima, memang sudah sifat aslinya Ayu tak akan menuruti perkataan seseorang yang akan menganggu kesukaan dirinya. Bima cukup maklum, hanya saja ia terbiasa dengan Mitha yang mau-mau saja menuruti semua permintaan Bima. Ya meskipun ia juga harus banyak memenuhi permintaan perempuan itu. Bima melirik koper yang Ayu bawa semalam, tersenyum geli. Apa sebenarnya yang diharapkan sepupu Ayu? Kegiatan Ayu dengannya tadi malam? Tak mungkin. Ayu masih saja membangun tembok tinggi diantara mereka, tak ada kesepakatan Bima bisa mendekatinya. Sedikit banyak paham kenapa Ayu seperti itu, karna kontrak tempo hari. Cukup tak berperasaan memang, tapi kembali lagi Bima akan selalu memenuhi keinginan Mitha jika mau perempuan itu menuruti apa permintaannya. Ya setidaknya Mitha tak membuat onar di acara kemarin, dan juga tak mengganggu hidup Ayu kedepannya. Bima masuk ke dalam kamar mandi, langsung menuju wastafel untuk menyikat giginya. Gerakan terhenti ketika melihat banyaknya produk kecantikan milik Ayu yang sudah tertata bersama dengan perlengkapan mandi miliknya. Entah mengapa Bima suka, suka saja melihat barang-barang itu memenuhi lemari wastafelnya. ×××
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN