Disaat mentari sedang bermurah hati untuk membagikan cahayanya. Terdengar suara erangan manja yang mewarnai kedamaian perbatasan desa yang dekat dengan wilayah karantina. Siapapun yang mendengarnya pasti akan merasa malu. Karena suara itu adalah suara gadis yang menangis karena telah merasakan keindahan surgawi. Disamping erangan lembut terdengar pula suara ranjang yang berderit. Keduanya seperti alunan nada pengiring mentari yang sedang membagikan cahayanya.. Mo qi qi harus rela kesuciannya berakhir di tangan tiran diatas tiran yang sedang menikmati tubuhnya. Apalagi tempat melepaskan kepolosannya sama sekali tidak sesuai dengan harapan selama ini. Tidak ada sprei merah yang terbuat dari sutera, tidak ada lilin merah dan anggur pernikahan. Meskipun Mo qi qi adalah wan

