Setelah Adryan pulang, Bintang masuk ke dalam rumah. Ia berjalan menuju kamarnya. Sudah memasuki waktu isya’ dan Bintang pun bersiap untuk salat. Seusai melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim, Bintang menyalakan ponselnya yang sedari tadi mati saat diisi daya. Setelah ponsel menyala, terdapat notifikasi yang menghiasi layar dari benda pipih yang Bintang mainkan. 2 panggilan tak terjawab dari Langit. Bintang pun langsung menghubungi Langit via telepon. Dalam dering ketiga, sambungan telepon terhubung. “Hallo, sayang,” sapa Langit di seberang sana. Nada bicaranya terdengar begitu lembut. Padahal, Bintang sudah ketar-ketir. Dirinya pun sudah menyiapkan mental, saat Langit marah padanya. Tapi, yang dirinya pikirkan ternyata salah. Langitnya tidak mara

