Semua Tak (lagi) Sama

2328 Kata

Gadis itu membuka matanya. Butuh waktu sepersekian detik untuk ia bisa membedakan antara mimpi dan realita. Ia lalu meraih gelas minum di atas meja di sisi kepala dipan. Ia melirik sebuah botol obat penenang di belakang gelas dan menimbang-nimbang apakah ia harus menelan butiran kuning di dalamnya lagi atau tidak. Hari itu Minggu. Lima belas hari setelah kepergian Bobi. Kadang-kadang ia berlapang d**a, menerima bahwa lelaki itu benar-benar meninggalkan ia selamanya. Kadang-kadang--ini yang paling sering--ia berpikir lelaki itu masih hidup. Ia menyangkal kematiannya. Dan pada suatu sore yang menyenangkan, lelaki itu menjemputnya--sebagaimana biasa--untuk makan malam bersama. Alamanda memejamkan kembali matanya. Dan di saat seperti itu, saat indera penglihatannya berjarak dari dunia nyata

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN