"Papa~ Papa~" Panggil Yuuki sambil mengguncang tubuhku. Entah jam berapa sekarang tapi, anak gadisku sudah bangun lebih cepat daripadaku. Padahal biasanya, aku yang menggendong dia untuk membangunkannya. Kulihat wajah anak itu, mencoba tersenyum untuk kemudian kusentuh pipi bulatnya. "Sudah bangun?" "Hm." "Maaf, ya. Papa terlambat bangun." Ujarku tapi dia menggeleng. "Papa kitha ke lumah thakit yuk, thebeylum Yuu peygi thekoylah." Aku tidak menjawab ajakannya dan hanya diam sambil terus menyentuh wajah anak itu. "Papa, ayo~" kali ini Yuuki menarik tanganku yang masih berbaring. Sungguh, rasanya entah aku harus bahagia melihat anak gadisku sangat antusias atau menangis karena sebenarnya yang ingin di temui di sana sudah menghilang sejak dua hari lalu. "Ayo, kita ke rumah sakit

