PART 3

1272 Kata
*** ~ Margatama Corporation Siang hari... Di dalam ruang yang sangat luas dan indah dengan interior yang sangat simpel tapi terkesan mewah. Dimana barang-barang tertata rapi disana. Ruang tersebut adalah ruangan yang tertulis CEO's Room, yang artinya ruangan pemilik Margatama Corporation Yah, Daren Margatama dia adalah CEO Margatama Corporation. Saat ini Daren sedang menikmati waktu siangnya dengan sang kekasih yang sangat dia cintai yaitu, Shalom. Diatas meja kerjanya yang besar, disana Shalom sedang terkulai lemas tak bertenaga, akibat kegiatan panasnya dengan pria yang dicintainya, yaitu Daren. Semua berkas telah berserakan diatas lantai, berkas yang sudah tak berbentuk lagi. Daren membantu wanita nya turun dari atas meja kerjanya, ia kemudian merapikan penampilan wanita itu, tanpa menghiraukan penampilannya sendiri yang bahkan sudah tak lagi beraturan. Setelah dirasa cukup, Daren kemudian membelai lembut sisi wajah wanitanya, ia tersenyum. Sementara Shalom, wanita itu hanya diam saja ikut menikmati perlakuan lembut kekasihnya. Tak berselang lama, ketika ia merasa deru nafasnya sudah cukup normal, Shalom pun mulai membuka suara. "Sayang? Jadi kapan kamu akan menikahi ku?" tanya wanita itu dengan menatap dalam wajah pria tampan di depannya. Daren yang mendengar pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya dari wanitanya, ia menghembus nafas panjangnya. Daren juga sebenarnya tak menginginkan mereka yang terus seperti ini. Daren juga berharap, ia ingin segera menjadikan wanita itu sebagai istrinya, ia ingin membangun rumah tangga yang sangat bahagia bersama wanita yang sangat dicintai nya. Namun karena penolakan yang terus menerus ia dapat kan dari orang tuanya, termasuk Ibunya, membuat ia semakin frustasi dengan keadaannya. Daren menatap wajah kekasihnya, ia tersenyum dan membuka suaranya, ia harus bisa menenangkan hati wanitanya, pikir Daren. "Baby, aku juga tidak ingin kita seperti ini, tapi aku mohon bersabarlah sebentar" Daren menjeda kalimat nya, ia masih setia dengan senyum tampannya. "Tapi, kamu tenang saja, hari ini setelah aku kembali ke rumah aku akan membicarakan pada mereka, hmmm?" Ujar Daren. "Tapi, kalau mereka akan tetap pada pendirian mereka, bagaimana? apa kamu akan kembali menundanya?" Tanya Shalom sarat akan emosi tertahan di hatinya. Namun ia harus bisa bersabar sedikit lagi, demi tujuannya, menjadi Nyonya Margatama. "Kali ini, aku akan membuat keputusan Baby, apapun yang terjadi, aku akan tetap menikahimu dalam waktu dekat ini, ada atau tidaknya restu dari mereka. Karena sebenarnya aku pun lelah dengan keadaan seperti ini" ucap Daren yakin. Mendengar pernyataan pria-nya, Shalom sontak menciptakan senyum lebarnya. Ia sangat puas akan jawaban yang diberikan oleh kekasihnya itu. Sebentar lagi, yah sebentar lagi usahanya selama ini akan segera membuahkan hasil yang memuaskan. "Baiklah sayang, aku tunggu kabar baik nya darimu, tolong jangan kecewakan aku kali ini" ujar Shalom. Mendengar ucapan dan wajah sendu wanitanya membuat Daren merasa iba. Ia sadar, jika selama ini wanita itu merasa digantung oleh nya, mereka terus bersama tanpa status pernikahan. Ia yakin, tak ada satupun wanita yang menginginkan hal seperti itu. Maka dari itu, Daren sudah membuat keputusan, kali ini ia akan mengambil sikap. Ia yakin ketika nanti Shalom sudah menjadi istrinya, orang tuanya pasti akan sadar, jika Shalom tidak seburuk yang mereka pikirkan selama ini. Pria itu begitu sangat yakin dengan keyakinannya. Selang beberapa menit, suara ketukan pintu membuat mereka harus menghentikan pembahasan itu, namun tidak apa. Shalom sudah cukup lega dengan jawaban kekasihnya barusan. Tokk...tokk...tokk "Masuk" Daren bersuara. Ceklek... Pintu terbuka, seorang wanita cantik dengan setelan formalnya telah berdiri disana. Kemudian ia melangkah kearah Bosnya. "Maaf Tuan, mengganggu waktu anda" ucapnya dengan senyum sopan. Shalom yang tidak suka dengan wanita itu pun, ia menyela dengan cepat. "Apa tidak bisa nanti saja kau mengganggu waktu ku dengan kekasih ku?!!" bentak Shalom. 'Hah, dasar nenek lampir, aku ingin sekali menyumpal mulutnya,.' Batin Kayla kesal. Sedangkan Daren yang melihat wanitanya emosi, ia langsung menenangkan dengan memberi pengertian, bahwa mungkin saja ada sesuatu hal penting yang ingin disampaikan oleh sekretarisnya itu. "Yah, ada apa Kay?" tanya Daren. Wanita yang disebut Kay oleh Daren, ia adalah Kayla Angelina sekretaris Daren. Wanita itu pun kembali membuka suaranya. "Saya hanya mengingatkan, jika satu jam dari sekarang, anda akan meeting Tuan, dan semua berkasnya sudah saya siapkan" ucapnya memberitahu. "Baiklah, aku akan bersiap-siap" ucap Daren. Kemudian Kayla pun mengangguk dan pamit undur diri, ia melangkah dan keluar dari ruangan Bos nya. Daren menatap wajah wanitanya, ingin memberi tahu jika ia harus bersiap-siap. Namun Shalom paham dan ia pun langsung menyela. "Yah, aku paham sayang, aku akan langsung pulang" ucapnya "Apa kau marah Baby?” tanya Daren khawatir. Pria itu begitu takut jika kekasihnya akan marah. "Tentu saja tidak sayang, ini kan menyangkut pekerjaan mu, jadi aku akan memakluminya" jawab Shalom menenangkan. Daren tersenyum mendengar jawaban kekasihnya, ia mengecup pelipis wanita itu. Ia pun bergegas merapikan penampilannya, sedangkan Shalom wanita itu memutuskan untuk pulang. . ... Jakarta Hospital "Bu...?" "Ibu, Khesya disini Bu" ucap Khesya pada sang ibu yang berbaring tak berdaya. "Syah" ucap Maria lirih hampir tak terdengar. "Kamu harus janji sama Ibu, apapun yang terjadi dengan Ibu, Ibu harap kamu terus melanjutkan hidup mu, Nak" pesan Maria pada sang putri. Tentu Khesya tak suka mendengar kalimat tersebut. Kalimat yang menyiratkan seakan Maria akan pergi meninggalkannya seorang diri. "Bu, Ibu bicara apa sih..?" tukas Khesya sedih. "Tentu kita akan melanjutkan hidup kita berdua, Bu, Khesya dan juga ibu" ujarnya berusaha menguatkan hatinya. "Khesya janji Bu, Khesya akan lebih semangat lagi untuk bekerja, biar Khesya bisa menabung dan dapat melanjutkan kulia Khesya lagi" "Bukannya Ibu mau liat Khesya kulia lagi kan Bu?" Iya kan Bu,.? Mulai hari ini, Khesya akan berusaha untuk segera mewujudkannya, tapi. Tapi Khesya mohon, bertahanlah, jangan tinggal aku sendiri. Aku gak bisa, Bu,.” ujar Khesya pada Maria dengan suara bergetar dan menahan air mata nya. Sedangkan di samping pintu Damian dan Jasmine berdiri mendengarkan pembicaraan Khesya dan juga Maria yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat lama mereka. Tan bisa menahan diri lebih lama, Jasmine pun melangkah ke arah ranjang dimana Maria sedang berbaring lemah. "Maria" panggil Jasmine lirih, dadanya sesak saat kembali bertemu dengan sahabat baiknya namun dalam keadaan seperti ini. Dia menangis, ternyata orang yang menyelamatkan nya dari maut adalah sahabat lama nya. Saat itu Jasmine tidak dapat mengenal wajah Maria karena bersimbah darah. Maria memandang Jasmine dalam dengan tatapan sayunya "Jasmine" ucapnya lirih. "Kau masih mengingat ku Ri?" Ucap Jasmine dengan menyebut panggilan akrab mereka. "Iya, tentu aku masih mengingat mu, Min" Maria beralih menatap Damian juga sahabatnya dan sahabat mendiang suaminya Arya Sagara "Dami" ucapnya lirih "Maria, aku minta maaf sudah membuat keadaanmu seperti ini" ucap Damian mewakili sang istri. "Dan karena kamu telah menyelamatkan nyawa Jasmine , kamu jadi seperti ini Ri, maafkan aku" lirih Damian. "Itu semua musibah Dami" ucap Maria. Sedangkan Khesya hanya diam menyimak pembicaraan Ibu dengan sahabat nya tersebut. Maria kembali berucap "Dami, Min" tolong titip putri ku" ucap nya terbata. d**a nya sesak sulit untuk bernafas. Dia merasa tidak akan bisa bertahan lama untuk putrinya. Sedangkan Khesya, dia terkejut dan langsung menangis mendengar ucapan Ibu nya. "Bu, tolong bertahan demi aku, Bu" ucapnya sambil menangis. Maria tidak mengindahkan permintaan putrinya. Dia terus menatap kedua sahabatnya seraya menunggu jawaban mereka. "Berjanjilah Dami, Min" ucapnya terbata. Tanpa berpikir lama Damia dan Jasmine langsung mengiyakan permintaan Maria. "Terima Kasih" ucap Maria. Dan detik selanjutnya mereka bertiga terkejut melihat Maria yang mulai kejang kejang, Khesya berteriak histeris melihat sang Ibu tercinta seperti itu. Dokter langsung masuk dan meminta mereka untuk keluar dari ruangan tersebut. Sedang diluar ruang Khesya terus saja menangis dipelukan Jasmine. Jasmine mengusap punggung Khesya tanda untuk menenangkan Khesya. Tak lama kemudian Dokter keluar dari dalam ruangan dengan raut wajah penuh sesal. Khesya dan Jasmine langsung berdiri. "Bagaimana kondisi Ibu saya Dok" tanya Khesya. Dokter tersebut menunduk sejenak, kemudian menjawab pertanyaan Khesya. "Saya minta maaf" ucap dokter tersebut Deg...! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN