Dering ponsel membuat Nayla beranjak dari kasur menuju ke meja tempat dia menaruh ponselnya, begitu menemukan nama Bagas di sana dia tersenyum. “Halo,” sapa Nayla. “Halo, kamu udah mau tidur? Maaf aku dari kemarin gak nelpon. Aku ada tugas jadi aku fokus ngerjainnya,” ucap Bagas. “Iya, jangan capek-capek, Gas.” Nayla menarik nafas panjang dan duduk di tepi kasur. “Iya, gak capek, kok. Benne mana?” Bagas merindukan anak itu. “Baru saja tidur, nih lagi di samping aku,” jawab Nayla. “Yah ... padahal pengen ngobrol,” ujar Bagas sedikit kecewa. “Besok nanti aku kirimin video dia,” bujuk Nayla. Bagas berdeham. “Anak-anak sanggar gimana?” tanya Bagas. “Mereka sudah sampai di babak penyisihan tahap dua, tinggal dua puluh peserta lagi,” jawab Nayla. “Mereka hebat,” puji Bagas. “Iya, sa

