Prolog

644 Kata
HAAAH. Entah sudah berapa kali helaan itu keluar dari seorang gadis yang sedang berdiri didepan sebuah rumah selama 10 menit itu. “Welcome home Rosé” Ucap seorang gadis berparas cantik dengan rambut coklat lurus yang dibiarkannya tergerai panjang. Seorang gadis yang menjadi poros utama cerita ini, dia adalah Roseanne Park. Panggil saja dia rose, cukup Rosé jangan ada yang manggil Roseanne atau Anne, karna seorang gadis yang lembut ini akan berubah menjadi singa dengan kemurkaannya. Kedua matanya tidak lepas dari rumah tingkat dua dengan design mewah yang ada didepannya. Entah mengapa rasanya kakinya enggan untuk memasuki rumah itu. “Setelah dua tahun gua tinggalin. Semuanya masih sama, gak ada yang berubah.” Ucap Rosé lirih dengan sorot mata yang tak tertebak. “Kecuali gua.” Sambung Rosé masih dengan nada lirihnya. ♥♥♥♥♥ Seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuk Rosé. Sejurus dengan itu, Rosé merentangkan tangannya sambil tersenyum kearah wanita paruh baya yang dipanggilnya dengan sebutan Mama. Setelah memastikan bahwa yang dilihatnya adalah putri semata wayangnya, wanita paruh baya itu memeluk Rosé. “Hai Ma.” Sapa Rosé lembut. “Kok gak bilang mau pulang?”  “Kan biar suprise Ma.” Jawab Rosé sambil terkekeh. “Kamu tu ya, udah 2 tahun Gak pulang. Sekalinya pulang gak ada bilang sama Mama.” “Maaf Mama, yang penting Rosé pulang kan.” Mama Rosé mengganggu setuju atas pernyataan putri nya itu. “Jadi gimana Rosé?” Rosé terdiam sambil mengambil nafas dalam. “Rosé.” Panggil Mama Rosé sambil menyentuh lengan Rosé pelan. “Hmm, Gak bisa nanti aja Ma?” “Kamu tinggal jawab ya atau tidak sayang.” “Rosé bisa nentang Ma?” Ucap Rosé membuat  Mamanya terdiam sambil menatap dalam Rosé. “Enggak kan Ma?” Tanya Rosé memastikan. “Jadi buat apa Mama nanya lagi?” Sambung Rosé “Ini semua untuk kebaikan kamu nak.” “Iya Ma, Mama udah bilang itu berkali-kali.” “Yaudah Ma, Rosé naik dulu ya Ma.” Mama Rosé hanya menggangguk mengiyakan Rosé  “Kamu gak mau makan dulu?” “Enggak Ma, Rosé capek, mau istirahat aja.” “Yaudah kamu istirahat sana.” Rosé pergi meninggalkan Mamanya setelah senyum mengiyakan omongan Mama nya. Dikamar, Rosé merebahkan tubuhnya ditempat tidur yang sudah lama ditinggalinnya. Rosé menatap  langit-langit kamarnya, matanya menerawang jauh entah kemana. Setelah beberapa lama berdiam diri, Rosé mengambil ponselnya dan mencari kontak seseorang. Rosé : P Rosé : P Rosé : P Lisa : Knp? Rosé : Gitu amat jawabnya Mbak. Lisa : Kesel gua sama lo! Rosé : Lah, gua kenapa? Lisa : Gua capek nyamperin lo ke New Zealand. Lisa : Eh, tau nya lo balik ke indo. Rosé : Hihi maaf maaf, gua juga dadakan banget ini pulangnya. Lisa : Kenapa? Ada masalah? Rosé : Hmm ya gitu. Setelah mendapat balasan dari Rosé tanpa pikir panjang Lisa langsung menelpon Rosé. Lisa? Lisa adalah  salah satu sahabat Rosé dari orok, sahabat yang ada dari Rosé mulai melihat dunia. Bisa dikatakan juga bahwa Lisa adalah salah satu saksi hidup bagaimana kisah hidup Rosé yang penuh dengan lika-liku itu. “Halo Rosé.” Sapa Lisa begitu Rosé menggangkat telponnya.  “Hmm, kenapa?” “Kenapa lo tanya?!! Lo bilang tadi lo ada masalah!” “Hmm itu.” “HMM ITU LO BILANG?!!” Teriak Lisa. Rosé langsung menjauhkan handphone nya dari telinganya. “Jadi gue harus apa?” “CERITA ROSÉ CERITA!!” Rosé menghela nafasnya berat. “Gue dijodohin!”. “APA?! DIJODOHIN? SAMA SIAPA? TERUS LO TERIMA?” Tanya Lisa beruntun. “Satu-satu Lisa nanya nya.” “Oke oke. First, lo dijodohin sama siapa?” “Eng..gak tau.” “Lo gak tanya sama siapa?” “Enggak.” “Kenapa gak tanya Rosé.” “Males, toh gua juga bakal tetap nikah, siapapun dia. “Dan lo terima gitu aja?” “Andai gua bisa nolak.” Ucap Rosé berat. “Ide Mama ya?” Tebak Lisa. “Iya.” “Tapi Rosé, masa lo gak penasaran apa sama siapa lo bakal nikah?” “Enggak.” Lisa berdehem mendengar jawaban Rosé. Tapi Rosé..” “Tapi apa lagi?!” “Denger dulu Rosé, jangan dipotong.” “Hmm apa?” “Hati lo apa kabar?” Rosé terdiam sejenak mendengar pertanyaan Lisa. “Emang hati gue kenapa? “Gak usah pura-pura b**o sama gua Rosé. Gua tau hati lo itu udah malfungsi!” “Sialan lo! Hati gua masih berfungsi dengan benar!” “Kalau masih berfungsi dengan baik, ken-..” “Gua gak mau bahas itu!” Potong Rosé. “Oke oke. Btw lo stay indo kan?” “Iya, kalau yang jadi Suami gue nanti stay di indo.” “Oke, tunggu gue. Seminggu lagi gue pulang!” “Ya ya ya.” “Bye Rosé.” Rosé hanya bergumam. Setelah menutup telponnya Rosé kembali menatap langit-langit kamarnya. Raga Rosé mungkin berada dikamar itu tapi pikirannya menerawang jauh.  “Hati gua ya?” Tanya Rosé datar. “Gue juga Gak tau masih bisa digunakan atau tidak..” Sambung Rosé lagi. ♥♥♥♥♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN