Guilty

1405 Kata
I'm finding ways to manipulate the feelin' you're goin' through But baby girl, I'm not blamin' you Just don't blame me too, yeah 'Cause I can't take this pain forever And you won't find no one that's better 'Cause I'm right for you, babe I think I'm right for you, babe _The Weeknd - Die For You_ _YMO_ Queensha sedang mencari pakaian yang akan dipakainya besok di hari pertamanya bekerja, dia mengeluh karena tidak ada satupun pakaian yang pantas dipakainya. Dia hanya memiliki beberapa celana bahan dan blazer. Celana kain mungkin pantas dipakai ke kantor, tapi tidak ke kantor yang dimiliki Terren, di perusahaan itu dia harus terlihat professional. Memakai pakaian yang biasa dia gunakan untuk mengajar hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. Perusahaan Terren adalah perusahaan raksasa di bidang keuangan dan investasi. Ibu Chris selalu menyanjung Karen yang merupakan salah satu pemilik sekaligus pengurus Anak Perusahaan itu. Chris pun menjadi salah satu staff akunting di perusahaan itu. Queensha melanjutkan pencariannya, dia kembali mendesah setelah tidak menemukan apapun yang pantas dia pakai. Sebuah rok kain akan sempurna. Tapi dia adalah tipe wanita bercelana, rok ukanlah salah satu favoritnya. Queensha beralih ke rak sepatunya dan melihat sepatu yang dia miliki tidak lebih dari slip on, sneaker dan sport shoes, tidak ada heels atau stiletto. Dia harus pergi berbelanja. Queensha menjatuhkan badannya ke tempat tidurnya. Menatap langit langit kamarnya yang didominasi warna navy dengan kerlap kerlip gliter. Dia harus memberitahu Chris mengenai kejadian yang menimpanya hari ini. Tapi, apa yang harus dia katakan kalau Chris bertanya kenapa dia bisa keluar dari West High? Tidak mungkin dia mengatakan kalau Queensha dipecat, itu akan membuat Chris marah dan kembali menyalahkannya. Queensha tidak pernah benar di mata Chris. Queensha menutup matanya sejenak. Tiba tiba bayangan Terren memenuhi benaknya. Bagaimana cara dia tersenyum pada Queensha, tatapan kepedulian pria itu, cara Terren memperhatikannya. Walau samar, dia merasa kalau Terren memujanya. Queensha menggelengkan kepalanya menghilangkan fantasi yang terlalu berlebihan itu.  Dan wajah Terren, pria itu lahir dari kesempurnaan, iris hitam kelamnya yang dingin dan terkadang misterius membuat Queensha selalu tenggelam di dalamnya. Hidungnya yang mancung sempurna. Tulang pipi yang kokoh sempurna bisa membuat para Dewa Olympus menangis melihat kesempurnaannya. Dan bibirnya, terlihat penuh dan menggiurkan, membuat sisi liar Queensha bangkit, membuatnya ingin merasakan rasa manis…. Astaga! Queensha membuka matanya segera. DIa menggelengkan kepalanya mengusir semua fantasi liar yang tidak bisa ditolerir itu. Queensha merutuki dirinya sendiri. Pernikahannya akan dilangsungkan tiga hari lagi. Tidak pantas dia memikirkan pria lain, apalagi Terren sudah sangat baik padanya. Queensha mengambil ponselnya dan menghubungi Chris. Tuuuuttt….. Tuuuuttt….. Tuuuuttt….. Tuuuuttt….. Maaf, telepon yang anda….. Queensha kembali mencoba menghubungi Chris lagi. Tuuuuttt….. Tuuuuttt….. “Halo?” “Chris, ak..” “Maaf sayang, aku sedang dalam rapat koordinasi penting dengan timku. Nanti aku akan telpon kamu lagi. I love you” Sambungan diputus. Queensha menatap layar ponselnya kecewa. Bagi Chris pekerjaannya adalah nomor satu. Ting Tong Queensha bangkit begitu mendengar suara bel flatnya. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, mendapati sosok sahabatnya yang menatapnya dengan tatapan khawatir yang sangat kental. “Katakan itu tidak benar” Karen masuk ke dalam flat dan segera menutup pintu di belakangnya. “Katakan semua itu tidak benar Queensha, jangan bilang semua yang dikatakan Terren itu benar, jangan bilang kamu dipecat dari West High!” Queensha menggigit bibirnya tidak mengerti dengan ekspresi Karen yang diluar ekspektasinya. Tapi tak ayal membuat Queensha kembali mengingat rasa kecewa yang dia alami. Dan ini adalah Karen yang bertanya. Sahabatnya tempat dia selalu bisa berbagi apapun. “Aku dipecat dari West High Karen, dengan tidak hormat”, Mata Queensha kembali berkaca kaca. “s**t! Sekolah b******k itu! Akan aku tutup sekolah sialan itu! Aku akan ubah menjadi pemakaman! b******k! Siapa mereka berani memecatmu! Mereka harusnya bersujud di kakimu karena kamu mau menjadi guru di sekolah itu!” Wajah Karen memerah karena amarah, matanya terlihat berkaca kaca. “Karen..” “Diam Queensha, aku akan cari tahu siapa dalang dari pemecatanmu ini.. “ “KAREN!” Karen terdiam dan menatap Queensha,”Kumohon hentikan. Aku tidak mau memperpanjang masalah ini. AKu juga sudah mendapat pekerjaan baru. Seperti keinginanmu, aku bekerja pada kakakmu” Karen mematung mendengar penuturan Queensha. Dia menatap Queensha tidak percaya, jadi ini alasannya Terren hanya memberitahunya kalau Queensha dipecat dan menyuruhnya untuk melihat sendiri keadaan Queensha. Ini rencana dari kakaknya itu. Terren pasti sudah memperhitungkan segalanya, dia pasti yang berada di balik semua musbah yang menimpa Queensha, dan maksud dari Terren yang menyuruhnya melihat Queensha adalah untuk memberinya peringatan kalau saat ini Queensha sudah berada dalam genggamannya. Air mata Karen jatuh. Terren tidak pernah berubah. Meski dia sudah kehilangan, meski dia sudah berjanji, dia selalu bisa memiliki cara untuk bergerak tanpa melanggar janjinya. Terren, kakanya yang sudah didiagnosa mengidap kelainan kejiwaan sejak kecil tidak akan pernah berubah. Karen menyesal atas keputusan ayahnya yang membuat Terren tidak dirawat di rumah sakit. Queensha menatap Karen dengan tatapan bingung yang kental. Kenapa Karen menangis? Apa dia membuat kesalahan lagi? Kenapa? “Karen?” Karen melepas pelukannya dan menatap Queensha,”Semoga kamu kuat menjalani semuanya Queensha.” Queensha merasa sedikit terharu karena Karen menangis untuk pemecatan dirinya. Queensha tersenyum menenangkan, “Aku pasti kuat, lihat sisi positifnya, aku tidak dikuntit lagi, mungkin benar katamu sejak aku bekerja di West High aku jadi dikuntit, dan sekarang aku tidak bekerja di sana lagi. Juga ada Terren, kakakmu bisa menjagaku” Karen kembali berkaca kaca. Justru itu yang kukhawatirkan Queensha, Terren.. Dia bukan pria baik yang kamu kenal. Semakin kamu menggali, semakin kamu akan ketakutan. Terren, dia iblis. “Kapan kamu mulai bekerja?” “Terren memperbolehkanku bekerja mulai besok” Karen menggelengkan kepalanya. Queensha harus menikah dengan Chris dulu sebelum dia bekerja di sana. Saat ini, dia tidak memiliki pilihan lain selain percaya pada pecundang itu untuk melindungi Queensha. “Kamu mulai bekerja setelah menikah saja, fokuskan dirimu untuk pernikahanmu Queensha. Tiga hari lagi hari pernikahanmu. Aku yang akan bicara pada Terren” Karen lalu tersenyum lebar mengingat sesuatu yang sudah dipersiapkannya,”Jangan lupa sayang, aku sudah mempersiapkan malam lajang yang sempurna untukmu.” _YMO_ Terren berjalan memasuki mansionnya. Kekosongan yang dingin menyapanya. Para pelayan hanya akan datang di saat dia tidak berada di rumah. Kenangannya terlempar ke masa beberapa tahun yang lalu saat rumah ini tidak sesepi sekarang saat ada seseorang yang menemaninya tinggal di mansion besar bak istana itu. Terren melangkahkan kaki menaiki tangga melingkar yang membawanya ke lantai dua. Sepanjang koridor dindingnya terbuat dari kaca, mengekspos pemandangan langit sunset dari taman belakang mansion. Terren terus berjalan ke ujung koridor menaiki sebuah tangga yang terpojok hingga tiba di sebuah pintu yang selalu dia kunci. Dia mengeluarkan sebuah kunci yang terbuat dari emas dari saku celananya. Dia memasukkan kunci ke lubang kunci dan memutarnya hingga pintu terbuka. Ruangan penuh dengan foto Queensha yang menempeli seluruh dinding. Dan tercecer di lantai. Dengan sebuah foto superbesar yang memenuhi salah satu dinding. Ini harinya. Hari ini adalah saat Terren kehilangan dia.  Terren mengambil sebuah handuk berwarna putih yang tersedia di ujung ruangan dan menaruhnya di depan foto yang paling besar. Dia lalu berlutut dan menundukkan kepalanya. Kenangannya terlempar ke beberapa tahun lalu, saat kejadian yang merubah seluruh hidupnya terjadi. Saat dia membuat janji yang tidak bisa dia langgar. Saat dia mengalami kehilangan. Terren membuka seluruh kancing kemejanya dan melepaskannya. Menampilkan badan bidangnya yang memiliki banyak bekas luka sayat yang sudah mengering. Terren mengambil sebuah pisau lipat yang berada di depan foto terbesar. Tatapannya lalu tepat menatap iris Queensha dengan penuh pemujaan yang kentara. Lengan kanan Terren mulai menusuk lengan atas kirinya begitu dalam dan membiarkan darah kental mengalir dari luka tusuk itu. Perlahan dia menyeret pisau it uterus menuju lipatan lengannya. Membuat lajur darah semakin deras dari luka sayat yang dalam dan panjang. Dia mengernyit merasakan perih yang menusuk hingga terasa ke dadanya. Otaknya ikut berdenyut merasakan nyeri yang amat sangat. Tapi dia tidak berhenti. Pisau itu beralih menyayat lengan kanannya. Setelah luka itu terbentuk, Terren mengambil botol alcohol dan menyiramkannya ke lengannya. Terren mengeraskan rahangnya menahan rasa sakit yang semakin menggila, dan dia tetap diam. Iris hitamnya terus menatap mata Queensha dalam dengan penuh pemujaan. Tidak sedikitpun suara rintihan atau raung kesakitan keluar dari bibirnya. Perlahan senyum penuh kepuasannya terbentuk. Ini adalah bentuk penebusan kesalahannya yang rutin dia lakukan setiap tahun sejak dia mengalami kehilangan itu. Semuanya untuk dia yang kini telah tiada.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN