Rencana Pindah

1153 Kata
Denis membuka pintu apartemen dan melangkah kecil untuk menuju ke kamarnya. Di ruang tamu, sampai menuju kamarnya semua barang tertata sangat rapi dan sangat bersih. Tidak ada debu di meja, ruangan itu juga sangat harum—khas dengan harum pengharum ruangan yang biasa dia gunakan untuk menghilangkan bau apa pun juga di dalam apartemennya. Biasanya dia menyewa seseorang untuk membersihkan apartemennya, akan tetapi karena belum sempat melakukan itu, Denis terpaksa membiarkannya selama dua hari dalam keadaan kotor. Sepulangnya dari kantor, dia sudah menemukan semuanya sudah rapi. Bahkan dia sempat ke kamar mandi khusus tamu sudah bergelantungan pakaiannya di sana yang sudah dicuci. Ketika dia membuka kancing kemejanya, dia melihat sosok Renata sedang membersihkan kamar mandi. "Kamu ngapain?" tanya Denis dengan raut yang tidak bisa ditebak. Kenapa perempuan ini justru melakukan pekerjaan yang harusnya tidak dilakukannya. Karena dia hanya ingin Renata berada di apartemennya untuk menjadi tamu. Bukan untuk menjadi pembantu. Gadis itu menoleh sambil menyeka keringatnya. "Kamarnya kotor, takutnya nanti Kak Denis alergi debu, jadi aku bersihin sendiri. semuanya aku bersihin, termasuk juga pakaian kotor yang ada di keranjang kamar itu," jelasnya dengan santai sambil tersenyum. Ketika pergi ke kantor tadi. Dia masih sempat untuk membelikan beberapa pakaian untuk Renata kenakan selama berada di sini. Pria itu berdiri tegak hanya terdiam, tidak mengatakan apa-apa. Sampai kemudian dia berkata, "Oh, terima kasih. Kalau kamu capek, jangan diteruskan!" perintahnya. "Aku mau mandi dulu," pamit Denis kepada Renata yang masih membersihkan kamar yang ada di sebelahnya. Mau tidak mau, nanti Denis dan Renata akan pindah apartemen jika gadis itu akan ikut tinggal dengannya. Tidak mungkin membiarkan Renata hidup sendirian di luar. takut jika terjadi apa-apa jika nanti Renata hidup sendirian karena tidak ada keluarga yang bisa dia mintai bantuan. Ayah Renata memang tidak bisa diandalkan karena ibu tirinya yang suah melakukan rencana busuk ini kepadanya. Maka, tidak mudah dia biarkan Renata pergi dari apartemennya walaupun hanya sebentar. Usai membersihkan dirinya dari keringat sepanjang hari yang sangat lengket ditubuhnya, dia menarik tirai putih yang ada di kamar mandi. Denis kembali ke kamarnya dan melihat spreinya juga sudah diganti. Jika dia berpikir akan tidur berdua terus menerus, tidak menutup kemungkinan sesuatu hal bisa saja terjadi antara dirinya dan Renata. Mengingat mereka adalah manusia normal pada umumnya. Walaupun sebenarnya tidak terlintar dibenak Denis untuk melakukannya, tapi suatu saat ia tidak tahu apakah akan terjadi atau tidak. Usai mengenakan pakaiannya. Dia keluar untuk menemui Renata. "Re, kamu udah selesai?" Renata keluar dari kamar mandi sebelah dan terlihat sangat kelelahan. "Sudah kak," "Udah nggak usah dilanjutin lagi, kamu mau menetap di sini atau bagaimana? Kalau aku ajak kamu pulang, otomatis pernikahanmu akan berlanjut," Renata menggeleng dengan cepat. "Aku nggak mau pulang, tapi aku janji setelah ini aku pergi dari sini. Aku bakalan kerja di luar," Denis menghela napasnya. "Menetaplah! Aku nggak mungkin biarin kamu keluyuruan di luar. aku nggak mau nyesel nanti setelah biarkan perempuan di luar sana diapa-apain sama orang. Kamu di sini saja," Renata mengangguk cepat dan tersenyum. "Aku janji bakalan jaga rumah dan rawat rumah dengan baik," "Hmm, terserah," ucapnya dengan dingin. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya untuk membuat kamar di sebelah menjadi kamar pribadi Renata. Atau justru mereka harus pindah apartemen karena penghuni disebelah nanti bisa saja mencari keberadaan Renata. "Kita pindah dari sini bagaimana?" Renata mendongakan kepalanya. "Maksudnya? Kita pergi dari sini?" "Iya, kita tinggal di rumah. Aku punya rumah, tapi nggak ada yang tinggali, di sana hanya ada beberapa asisten. Kamu mau ikut ke sana? Karena nggak mungkin kalau kita tinggal berdua terus seperti ini," Denis berbalik dan menghadap ke arah Renata lagi. "Tidak jadi, kita pindah ke apartemen yang lain saja. Jangan di rumah, karena nanti Mama bisa marah-marah kalau tahu aku tinggal sama perempuan," "Oh, berarti kakak dimarahi tinggal sama perempuan?" "Tentu, karena aku belum menikah. Mama bisa ngamuk nanti," ucapnya dengan santai lalu melangkah ke arah dapur. "Kamu sudah makan?" "Belum," "Kamu mau makan apa?" "Apa aja kak," kata Renata mendekati Denis. "Kalau gitu aku mandi dulu kak, semuanya sudah selesai aku kerjakan. Nanti kalau kakak pengin dibuatin kopi..." "... kamu mandi saja!" potongnya ketika melihat Renata sudah basah dengan keringatnya. Gadis itu mengangguk lalu pergi meninggalkan Denis. Sedangkan pria itu menumpahkan s**u dalam kemasan kotak yang ada di kulkas. Dia menuju ke arah ruang tamu dan menyalakan televisi, menonton acara action sambil menunggu makanan pesanannya datang. Dia sudah memesan makanan tersebut via aplikasi. Sembari menunggu dia asyik menikmati acara televisi yang memutar film action bertajuk romance. Dia sempat mengedarkan pandangannya kala melihat beberapa barang ditata ulang oleh Renata sendirian. Ada pula letak piala serta beberapa medali milik Denis dipindahkan agar terlihat jauh lebih mencolok di bagian samping televisi. "Ada-ada saja gadis itu," Renata keluar dari kamarnya sambil mengeringkan rambutnya. Makanan juga sudah tiba di tempat mereka tinggal. Kini dia punya tanggungjawab lagi harus merawat dan membiarkan gadis itu selamat dari ancaman. Denis membuka kota yang berisikan pizza, "Kamu makan ini, nanti kita makan malam bareng. Aku sudah beli beberapa makanan. Kamu nggak lagi diet kan?" Renata menggeleng sambil mengangkat satu potong pizza dan memasukkan ke dalam mulutnya secara perlahan. Pria itu terdiam setelah tahu bahwa Renata tidak ada program diet, sebab mungkin makanan yang dia beli adalah makanan yang mengandung lemak. "Re, kamu bisa masak?" "Bisa," "Mulai besok, apa nggak masalah kalau kamu yang masak? Karena nggak mungkin setiap makan kita beli makanan? Aku nggka tahu selera makan kamu, jadi alangkah lebih baiknya kalau kamu masak," "Itu lebih baik kak. Karena aku di rumah juga sering masak," ucapnya. Denis ikut memakan pizza itu. "Ya sudah, besok setelah kita pindah. Kamu yang masak, tapi di hari berikutnya, bukan besok ini," "Baik kak, aku pasti kerja dengan baik," ucap Renata dengan semangat. Yang penting saat ini adalah bukan mengenai dia yang menjadi pembantu di rumah pria tersebut. Tapi, dia bersyukur ada pria baik yang mau menampungnya hidup sementara waktu selama dia belum memiliki pekerjaan tetap atau bahkan keluar dari rumah ini dengan cepat. Di rumahnya, pasti ada orang tua yang sangat benci dengannya karena kejadian di hari pernikahan yang harusnya mewah itu, harus benar-benar batal karena insiden penculikan. Beruntungnya dia batal menikah dengan Damian yang memiliki hati busuk dan juga bisa menyiksanya nanti ketika pernikahan itu berlanjut. Renata sendiri tidak ingin mempermainkan ikatan sakral itu dengan cara menikah dan hanya disiksa oleh Damian. Dia ingin menikah satu kali dalam seumur hidupnya. Membahagiakan keluarganya dan memiliki anak yang lucu-lucu serta punya suami yang sayang kepadanya. Yang bisa mengerti dengan keadaan keluarganya yang berantakan itu. Apalagi ayahnya yang sudah terlanjur jatuh cinta atau lebih tepatnya buta karena kehadiran ibu tirinya di rumah itu. Tugasnya sekarang adalah mencari tahu di mana ibu kandungnya berada. Renata tidak mau pisah dengan ibu kandungnya. Namun, karena kejatahan ibu tirinya itu yang mengakibatkan dia harus benar-benar terpisah dulu. "Setelah kita tinggal di apartemen baru, apa aku boleh pergi keluar? Aku janji akan kembali sore sebelum kakak pulang. Aku beres-beres dan juga masak buat kakak," "Kamu mau ngapain?" "Mencari ibuku." 'Aku mau cari ibu aku kak, dia ninggalin aku di sini' ucap seorang gadis kecil yang dianggap oleh Damian itu adalah pengantin ciliknya dulu. "Kakak kenapa melamun?" pertanyaan itu menyadarkan dia dari lamunannya tentang gadis kecil yang dulu sempat membuatnya bahagia di kala hidupnya yang berantakan ini. "Nggak apa-apa. Lupakan!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN