"Hah?" Gladys tak dapat mendengar apa yang dikatakan Gibran. "Kamu mau terus di dalam mobil?" "Ohh ... sebentar," ujarnya kemudian mengambil tas lalu bergegas keluar. Gladys pun ikuti langkah Gibran menuju ke dalam sebuah kafe yang sebenarnya sudah cukup familiar di mata Gladys. Kafe yang mempunyai pemandangan menakjubkan di malam hari, karena bisa perlihatkan lansekap kota dari atas. Kerlipan lampu kota bertaburan bak bintang di galaksi. Sungguh membuat betah para pengunjung. "Kamu mau makan apa?" tanya Gibran. "Minum saja, Pak." "Kamu tidak lapar?" Gladys menggeleng, "tidak ..." Gibran mengerutkan keningnya, namun tampaknya ia enggan memaksa jadilah ia diam saja. Karena Gladys menolak untuk makan, maka Gibran pun hanya memesan minuman dan camilan untuk mereke berdua. "Bagus 'kan

