2. Bad Day

1328 Kata
Cukup dengan lo pergi dan menjauh, itu udah buat gue bahagia, simple kan? . . . Rafael Bramasta Kedua gadis yang memakai seragam SMA dengan nama yang sama itu berjalan menuju depan gerbang rumah mereka. "Kakak kenapa pergi ke tempat itu lagi? Kalo mami tau, kakak pasti di marahin" beritahu Jessica kepada Adel yang tetap melangkah menuju halte. Adel terus mengabaikan perkataan Jessica dengan wajah datar khas nya. "Kak" panggilan Jessica mampu membuat langkah Adel terhenti. Tubuhnya berbalik, menatap wajah Jessica yang selalu terlihat manis. "Lo yang nyuruh dia datang?" Jessica mengangguk, dia mengerti dengan pertanyaan yang di lontarkan Adel untuknya. "Dan lo pikir gue seneng?" Adel berdecih sinis. "Sama sekali nggak!! Gue gak suka sama sikap sok manis dan sok peduli dari lo itu" Adel menepis secara kasar tangan Jessica yang tadi sempat mencekal lengannya. "Dan gue, gak pernah berharap buat disukain sama Rafa, jadi lo jangan sok tau tentang perasaan gue" Adel pergi, meninggalkan Jessica yang lama-kelamaan menurunkan air matanya. Mengapa Adel selalu berpikir seperti itu? Tidak bisa kah Adel bersikap selayaknya seorang kakak pada adiknya? Jessica mendongakkan kepalanya, merasa jika ada seseorang yang tengah merengkuhnya sekarang. "Kak rafa" panggil Jessica dengan suara yang bergetar. "Lo kenapa hm? Di kasarin sama dia lagi?" Jessica menggeleng, gadis itu menghapus sisa air matanya yang berada di pipi lalu menarik tangan Rafa menuju mobil Rafa yang ternyata sudah terparkir rapi di depan gerbang rumahnya. "Nggak kok, yuk berangkat, nanti kita telat ke sekolah" ??? Seperti hari-hari biasanya, seorang gadis berjalan dengan angkuh di sepanjang koridor menunuju kelas XII Bahasa 3, mata tajamnya menatap orang-orang disekitar, aura dinginnya siap menusuk siapapun yang berani mengganggu ketenangannya. Siapa lagi jika bukan Adelia Kartika Ocean. Sampai ada seorang gadis yang tak sengaja menabrak bahu Adel, membuat gadis itu sedikit terhuyung ke belakang. "Maaf kak" cicit gadis itu lirih. Ah ya, jangan lupa dengan ekspresi ketakutan dari gadis tersebut. "Maaf kata lo? Cih, gak semudah itu, lo harus gue kasih hukuman" ujar Adel dengan nada yang meninggi. Gadis yang tadi tak sengaja menabrak Adel merosotkan bahunya lemas. "Aku bener-bener gak sengaja kak" Adel tersenyum miring ke arah gadis itu. "Mungkin dengan lo menjadi babu gue selama seminggu, udah cukup buat nebus kesalahan lo tadi" "Kak Adel" teriakan itu mampu membuat Adel mengalihkan pandangannya. Si drama queen udah datang.. batin Adel dalam hati. "Kak Adel apa-apaan sih, rara kamu bisa pergi" Jessica menyuruh Rara pergi, membuat Adel mendorongnya hingga menubruk dinding belakang dengan kesal. "Lo gak usah ikut campur deh" "Aku cuma gak mau kak Adel kena masalah" ujar Jessica berusaha berjalan menuju Adel, walau rasa sakit di punggungnya masih tersisa. "Gak ngerasa lo? Kalo kehadiran lo di kehidupan gue aja udah nimbulin banyak masalah" Jessica menahan air matanya, ia tak peduli jika sudah banyak anak yang menonton pertikaian antara Adel dan dirinya, ia hanya ingin kakaknya yang dulu kembali. "Aku minta maaf kalo selama ini selalu nimbulin masalah di hidup kakak, tapi plis kak, tolong kembali kayak dulu lagi" Adel perlahan berjalan mundur, tadi apa yang dikatan oleh Jessica? Kembali seperti dulu lagi? Oh ayolah, itu sangat tidak mungkin bagi seorang Adelia Kartika Ocean. "Kak plis..." "Lo gak ngerti gue, LO GAK NGERTI GUE SELAMA INI JESS" Adel menaikan nada bicaranya menjadi sebuah bentakan. Gadis itu tau jika Jessika tidak bisa di bentak sedikitpun, tapi harus dengan cara apalagi agar dia bisa membenci Adel seperti yang lain. Jessica tersentak, begitu juga dengan beberapa siswa-siswi yang sedang menonton mereka. Tanpa persetujuan siapapun, Jessika berlutut dihadapan Adel, membuat Adel yang tadinya berekspresi datar menjadi terkejut. "Aku gak tau kalo ngebuat kakak kembali itu sesulit ini, tapi aku bener-bener minta maaf sama kak Adel kalo aku selama ini cuma nyusahin kak Adel" Adel tak menyangka jika Jessica melakukan hal ini, dia luluh, bahkan sangat-sangat luluh terhadap perlakuan adiknya itu, tapi ada hal yang membuat Adel harus melakukan ini semua, agar orang lain membencinya, termasuk Jessica, adiknya ssndiri. "Tolong kak, sekali----" belum sempat Jessica menyelesaikan ucapannya, Rafa sudah menarik tangan Jessica dengan lembut dan mengajak gadis itu berdiri. Rafa menatap Adel nyalang, begitu juga sebaliknya. "Kakak macam apa lo del yang mempermalukan adek nya sendiri di tempat umum?" "Lo gak ada hati sama sekali ya ternyata" Rafa berjalan ke arah Adel. "Kurang baik apa Jessica sama lo?" "Mata lo buta apa gimana sampe gak bisa liat sisi malaikat dia del?" Ujar Rafa menggebu. Adel memejamkan matanya, meresapi setiap cacian yang dikeluarkan dari Rafa untuknya, Adel sangat menyayangi Jessica, sangat menyayangi, bahkan rasa sayang Adel ke Jessica lebih besar dari rasa sayang Jessica kepadanya. Tapi bukankah tadi sudah ia katakan bahwa ada hal yang harus membuat dia dibenci oleh semua orang? "Lo gak berhak ngatur gue, urus aja si drama queen lo itu" Ujar Adel lalu pergi meninggalkan koridor. Padahal bel masuk sudah berbunyi satu menit yang lalu, bukannya ke kelas, Adel malah memilih untuk membolos, terserah tempat apa saja, yang penting bisa membuat dia tenang. ??? Pilihan Adel jatuh ke perpustakaan, syukurlah karena tempat itu lumayan sepi, ia jadi bisa tidur dengan nyaman dan melupakan masalah tadi pagi. Adel mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk mencari tempat duduk yang kira-kira pas untuk dirinya, namun pandangannya terhenti saat melihat lapangan SMA nya dari jendela perpus. Disana ada Rafa dan teman-temannya yang sedang bermain basket, ah.. kenapa dia jadi lebih tampan saat berkeringat? Adel bukan orang munafik, gadis itu mengakui jika Rafa adalah orang yang hampir mendekati kata sempurna. Tampan, pintar, bertanggung jawab, berbudi pekerti luhur. Kurang apa jika dijadikan calon imam? Beruntung banget lo jess bisa ngebuat Rafa selalu stay di samping lo batin Adel tersenyum miris. "Kapan lagi bisa liat dia" ujar Adel lalu terkekeh pelan. Sebenarnya Adel sangat ingin mempunyai seorang teman, yah.. sekedar untuk berbagi cerita agar dia tak merasakan kesunyian dalam hidup. Namun siapa yang ingin berteman dengan gadis yang tak punya hati seperti dirinya? Adel cukup sadar diri dengan hal itu, dari kecil ia sudah paham jika dirinya dilahirkan hanya untuk merasakan kepahitan hidup. Adel tersentak saat Rafa tiba-tiba memandang ke arah jendela perpus, bukan! Lebih tepatnya ke arah Adel yang saat ini terkunci dengan netra hitam milik Rafa. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan ada notif yang masuk di hp nya. Rafa : Lo bolos? Adel : Klo iy knp? Rafa : Balik atau gue seret ke BK Adel membuang napas secara kasar, lalu ia segera keluar dari perpus, mematuhi ucapan Rafa yang tidak pernah main-main. Gadis itu melakukan ini bukan karena ia takut masuk BK, lebih tepatnya ia sudah malas jika disuruh debat dengan Bu Yuli, guru BK yang berbadan gempal, apalagi ucapan Rafa yang tak pernah main-main. Namun Adel ya tetap Adel, ia tidak akan terpengaruh dengan satu teguran dari siapapun. Buktinya, gadis itu malah duduk santai di kantin sambil meneguk es jeruk yang ia sempat pesan tadi. "Di bilangin jangan bolos, malah ngeyel, b***t juga ya lo" Ujar Rafa yang tiba-tiba datang. Adel memutar bola matanya jengah. "Urusan lo apa?" Jawab Adel sarkas. "Ya gue gak mau kalo masih ada siswi yang bolos disekolah ini, ya... lo tau kan bokap gue donatur disini?" "Wait, lo kek nya juga ngelupain sesuatu kalo bokap sama nyokap gue juga donatur di sekolahan ini" ujar Adel sambil menekan kata Donatur. Rafa menatap Adel sinis. "Yakin masih dianggap lo sama mereka?" Perkataan itu sangat menusuk bagi Adel, gadis itu tak suka jika ada orang lain yang membahas tentang masalah keluarganya. Oke, sekarang mereka impas. Rafa menyugar rambutnya ke belakang, membuat Adel langsung memalingkan pandangannya ke arah lain, bisa malu nanti jika Adel ketauan memperhatikan Rafa secara diam-diam. "Han, Rehan sini" panggil Rafa kepada Rehan yang kebetulan tengah melintas dihadapan mereka. "Lo anggota osis kan?" "Iya kak" "Nih, hukum dia, ketahuan bolos soalnya" Ujar Rafa. Adel melototkan matanya kepada Rafa, apa-apaan ini? Cih, dasar Rafa, bisanya hanya bersempunyi dibawah ketiak osis. "Ayo kak" Adel menatap Rehan sekilas, lalu berjalan mendahului osis junior itu menuju lapangan. _________________________________________ Hai!! Gimana ceritanya? jangan lupa buat vote dan komen ya . . . 25 Juli 2020
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN