Frank menyempal tangan ke dalam saku lalu mencondongkan tubuh ke depan. “Aku tidak menyita kebebasanmu. Kau sendiri yang menggunakannya untuk menjamin keselamatanmu. Lagi pula, kau mendapat kompensasi dua kali lipat atas jam lembur itu. Apa kau masih menganggapnya kurang?” “Ini bukan hanya soal uang, Tuan, tapi kebebasan.” “Kau ingin bebas dariku?” Frank menaikkan sebelah alis seolah menantang. “Silakan saja. Hadapi kakekku seorang diri dan jangan mencariku kalau kau sudah menjadi hantu.” Kara meringis kesal. Sudut bibirnya berkedut menahan emosi. “Anda bersikap seperti ini karena takut tersaingi, bukan?” Frank bergeming. Ia tidak menduga akan mendapat pertanyaan semacam itu. Apa mungkin Kara mampu menebak isi hati yang ia sendiri masih ingkari? Tiba-tiba, ia tertawa datar seolah yang

