Penghabisan

2233 Kata

Faritzal tercenung di satu-satunya tempat yang bisa ia raih. Bersembunyi di balik runtuhan pilar sambil menunggu pengawalnya, atau siapapun, datang menjemput. Dia terlalu tak berdaya dengan situasi ini. Situasi yang berkali-kali hampir menghentikan detak jantungnya ini sungguh di luar kendali. Bahkan sempat ia bertanya-tanya, kenapa bom tidak meledak saja tepat di kursinya sehingga dirinya tak perlu menderita dirunduh ketakutan seperti ini. Kenapa bom itu harus meledak dekat dengan tribunnya? Mereka pastilah ingin dia merasakan penderitaan yang lebih menyiksa dibanding kematian. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ia juga harus menyaksikan bagaimana rakyatnya dilempar ke udara dengan ledakan panas yang luar biasa, dijatuhi material beton dan pilar, dan dibakar hidup-hidup dengan dihujani

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN