PART 3 - RENCANA PERJODOHAN

1527 Kata
PART 3 – RENCANA PERJODOHAN Jam kantor baru saja usai. Beberapa karyawan PT Rajawali sudah mulai keluar kantor untuk kembali ke rumah masing-masing. Begitupun Clarisa dan Anggita. Mereka sore ini di jemput oleh Abdi Samudra, sang kakak. Dan jika itu terjadi, Clarisa akan ikutan nebeng ke rumah. Clarisa dan Anggita melangkah keluar dari lobby kantor. "Sebel banget dah hari ini si lampir. Ketahuan gue udah kasih berkas dari kapan tau sama dia. Eh ilang ama dia, nyalahin gue! Nyebelin banget," keluh Anggita dengan mulut bersungut-sungut. Lampir adalah panggilan Clarisa dan Anggita untuk atasan mereka Tiara. Tiara memang agak galak dan cerewet jika memberi perintah. Dan tidak mau menerima adanya kesalahan dalam setiap tugas yang di emban anak buahnya. Hanya karena Tiara itu tak lain dan tak bukan adalah keponakan bigbos, membuat Clarisa dan Anggita menaruh rasa hormat. Langkah mereka terhenti ketika melihat sosok yang begitu menyebalkan untuk Clarisa. Martin. Mau apa lagi dia kemari. "Clarisa, aku mau bicara." Terlihat wajah sendu Martin. Jika bisa di ulang, ia menyesal selingkuh dari Clarisa. Ia begitu mencintai gadis ini. Dona, teman kantornya merayu hingga Martin khilaf, dan ia menyesali. "Gak perlu, kita udah putus kan?" tantang Clarisa dengan dagu terangkat. Asli ia jijik tukang selingkuh. Lebih menjijikan dari kotoran burung yang sering Clarisa dapati diteras rumah. "Risa, beneran deh aku gak ngapa-ngapain kok sama dia. Aku ... cuma cicip dikit doang." Anggita yang mendengar ucapan pelan Martin, terbahak. "Cicip? Lo kata cendol!" Mendengar ledekan dari sahabat kekasihnya, Martin menoleh dan menatap Anggita dengan tatapan tak suka. "Lo gak usah ikut campur ya." "Wuih takut aku," ledek Anggita makin menjadi. Martin, Martin. Anggita menggeleng. Kenapa sekarang menatap mantan kekasih sahabatnya ini Anggita jadi emosi ya. Padahal selama ini Anggita selalu mendukung hubungan mereka. Ternyata aslinya Martin seperti ini ya. Tukang cicip sana-sini. "Clarisa, kasih aku satu kesempatan lagi. Aku akui baru kali ini aku nakal. Aku khilaf Ris," sesal Martin. Ia tak mau kehilangan kekasihnya. Clarisa calon tunggal dan bibit unggul untuk melanjutkan keturunannya nanti. Martin selalu membayangkan anak mereka nantinya pasti tampan dan cantik-cantik, seperti dirinya dan Clarisa. "Nakal? Tapi aku gak bisa tolerir kenakalan kamu, Martin." Clarisa mengibaskan rambutnya, dan itu membuat raut wajah gadis ini teramat cantik di mata Martin. Oh Tuhan, Martin menggeram dalam hati. Ia menyesal selingkuh jika harus kehilangan sosok Clarisa. Nyatanya gadis ini cocok untuk kandidat sebagai ibu dari anak-anaknya. Terbayang bagaimana buah hati mereka nanti jika mereka menikah. Perpaduan kecantikan Clarisa dipadu-padankan wajah tampannya, pasti bisa memunculkan generasi martin junior dan Clarisa Junior yang menggemaskan. "Please Clarisa." Clarisa yang mendengar rengekan Martin menoleh sebentar. "Maaf Martin, sekali putus tetap putus. Semoga kamu bisa setia sama pacar kamu yang baru." "Ris, dia bukan pacar aku! Kamu yang pacar aku, calon istri aku, calon ibu anak-anak kita nantinya." Martin masih berusaha memohon. Anggita makin bergidik mendengar rayuan basi Martin. Clarisa kembali menoleh ke arah Martin yang menampakkan wajah memelas. "Owh bukan pacar kamu ya?" Mata Clarisa melirik setengah hati. "Iya bukan! Pacar aku kan cuma kamu sayang." "Bukan pacar aja udah pake nginep-nginep segala." Kening Clarisa melipat. "Aku janji itu yang terakhir." Martin memberikan dua telunjuknya berbentuk huruf V. "Kalau gitu, aku juga mau kasih tahu kamu untuk yang terakhir." Clarisa menunjukkan jari telunjuknya dengan tersenyum. Martin menghela napas, sepertinya kekasihnya sudah tidak marah lagi, apalagi ia sudah tersenyum begini. Martin janji tidak akan selingkuh lagi. Ia tobat. "Jangan pernah ganggu gue lagi," bisik Clarisa tepat di depan wajah Martin. Lalu tanpa memperdulikan tampang Martin yang mengenaskan, Clarisa melangkah menuju mobil, dimana Abdi sudah menunggunya menjemput. Ia mau nebeng sama Anggita, karena jika Abdi jemput bukan hanya nebeng pulang tapi bisa berlanjut makan malam, free juga. Sayang kan kalau dilewatkan. "Martin, asal lo tahu. Clarisa bakal gue jodohin sama abang gue. Dah Martin," ucap Anggita. Mendengar perkataan Anggita, Martin menggeram emosi. Ia tak akan biarkan Clarisa pergi darinya. Ia sudah sabar selama dua tahun menghormati gadis itu. Tidak, Clarisa harus menjadi istrinya, ibu dari Martin junior. Lihat saja Clarisa, aku akan terus mengejarmu. Anggita menjadi ikutan benci sama Martin. Astaga tampang bolehlah dikit, tapi tukang selingkuh? Ke laut saja sana bang. Berendam sama ikan hiu. Biar popularitas cowok kang selingkuh lenyap di muka bumi ini. Mobil berjalan lambat, ditengah jalan ibukota. Sore begini memang jamnya macet. Wajah Jakarta dengan kemacetan tiada henti. "Mau makan dulu gak nih?" tanya Abdi. "Traktir kan bang?" tanya Clarisa yang duduk di kursi belakang "Di tembak nolak, tapi ngarep di traktir, murahan banget sih neng." Mendengar itu Clarisa menjambak rambut Anggita. "Yang niat traktir siapa, lo yang protes." "Abang, adikmu teraniaya nih." Anggita protes mengharap sang kakak membelanya. Abdi hanya tersenyum. "Abang traktir kok Ris, tenang aja." Anggita melotot tak terima. "Ya Tuhan, abang kena pelet deh kayanya, beneran." "Mau-mauan amat sih Bang, traktir cewek yang udah nolak abang berkali-kali." Sebelum menerima siksaan dari Clarisa, Anggita berbalik. "Jenggut gue lagi, gue tendang keluar dari mobil ya." Clarisa hanya mengembungkan mulutnya. "Kamu putus sama Martin Ris?" tanya Abdi. "Iya bang, dia diselingkuhi, hahaha. Ngaku cantik tapi diselingkuhin. Mending gue dong. Gak pernah ngaku cantik tapi gak pernah di selingkuhin," ucap Anggita dengan jumawa. "Lagian yang mau selingkuhin lo siapa Gi? Pacar aja gak punya." Ucapan pelan Clarisa kali ini membuat Abdi terbahak. Anggita dan Clarisa ini ibarat bayi kembar siam. Nasibnya selalu berdekatan. Dari mulai taman kanak-kanak hingga lulus kuliah, bahkan bekerja pun bisa di kantor yang sama. Jadi Abdi sudah terbiasa dengan sikap ceplas-ceplos Clarisa. Walau Abdi tahu, sikap gadis cantik ini hanya untuk menutupi suatu kisah yang hingga kini membuat perasaan bersalah Abdi, karena tak mampu menjaga gadis cantik ini. Beruntung peristiwa itu tidak terlaksana, kalaupun terlaksana Abdi berani pasang badan menanggung semuanya. Sayang Clarisa tidak pernah memberinya kesempatan untuk membuka diri. Mungkin karena gadis itu sudah nyaman dengan sosok sang kakak dari Anggita. Dan Abdi hanya berani mengagumi Clarisa seperti ini. Ia tak ingin memaksakan kehendaknya pada gadis cantik ini. Cukup Clarisa nyaman didekatnya itu sudah cukup. Mereka berhenti di sebuah cafe. Semua makanan yang dipesan Anggita dan Clarisa, dibayar oleh Abdi. Hingga mereka bebas pesan apa saja. "Eh ya Ris, gimana ortu lo saat balik kemarin. Mereka tanya si Martin gak." Clarisa mengangguk, mengingat bagaimana dia pulang kemarin. "Lho mana Martin yang kamu bilang kekasihmu itu?" Firman sudah menunggu sejak tadi, ingin melihat siapa gerangan kekasih sang putri. "Maaf yah," lirihnya. Ia seperti terdakwa yang akan kena hukuman. Helaan napas terdengar dari Firman. "Ayah tahu kamu bohong," tegas Firman. "Mak-maksud ayah?" Firman terkekeh. "Kamu belum memiliki kekasih kan?" Pertanyaan sang Ayah membuat Clarisa menggeleng. "Bukan seperti itu yah, tapi ...." Haruskah ia bercerita tentang sikap Martin yang membawa wanita ke kamar kosannya dan bahkan menginap. Gak, Ayah gak perlu tahu. Clarisa tersenyum kikuk. "Ayah benar, aku bohong. Maaf." Firman menggelengkan kepalanya. Ia menatap putri tunggalnya ini. Putrinya ini cantik, apa yang menyebabkan ia masih belum membawa satupun lelaki ke rumah? Apa Clarisa terlalu pemilih? Masalahnya usia Clarisa sudah dua puluh lima tahun. "Risa, sini duduk sama Ayah." Dengan ragu Clarisa melangkah mendekati sang Ayah dan duduk disampingnya. "Risa, ayah tahu mungkin kamu masih ingin bebas. Tapi sayang, usia kamu sudah cukup umur." Firman mengusap sayang kepala putrinya. Clarisa mengangguk. "Jika ayah jodohkan kamu dengan putra sahabat Ayah, kamu mau nak?" Wajah Clarisa terangkat menatap pada sang Ayah yang sudah mulai di penuhi keriput halus. "Kamu kenalan saja dulu ya, anaknya baik kok." Melihat bagaimana sang Ayah begitu antusias, Clarisa menjadi dilema. "Hmmm kalau gak cocok gimana Yah?" raut nada tak yakin terlihat di wajah Clarisa. Firman mengangkat bahunya. "Ayah gak memaksa, yang penting kamu ketemu saja dulu. Sementara ini orangnya sedang tugas luar kota. Nanti jika ia sudah kembali, kalian ketemu ya." Dengan menipiskan bibirnya, Clarisa mengangguk. Semoga tuh orang lama balik dari luar kotanya. Nisa yang sejak tadi mendengar percakapan suami dan putrinya, tersenyum. Semoga calon yang suaminya berikan bisa cocok untuk Clarisa. "Oh ya, Ayah sudah merenovasi rumah baru kita di Banten. Liburan ini kita kesana." Wajah Clarisa mendadak cerah. Suasana suram yang tadi menyelubungi hatinya mendadak sirna. Liburan! "Aku ajak Anggita boleh ya? Kasihan Yah, dia gak memiliki kampung halaman." "Tentu dong." Itu sebabnya Clarisa langsung mengajak sahabatnya turut serta. Mendengar tentang rencana liburan ke kampung di daerah Banten, Anggita antusias sekali. "Bang Abdi ikut ya?" ajak Clarisa. Tak mungkin Clarisa tidak menawarkan Abdi. Sejak dulu, jika keluarga Anggita pergi keluar kota menginap di Villa, Clarisa pasti ikut. Clarisa mendengkus. Kenapa pula aku ingat vila itu lagi. "Maaf abang gak bisa, kayanya abang ada kerjaan ke luar kota." "Wah sayang ya." Clarisa mencebikkan mulutnya. "Lain kali ya, Ris." Abdi berusaha untuk tidak membuat gadis cantik kecewa. "Kalau lain kali sekalian melamar ya bang," saran Anggita yang langsung mendapat lemparan mentimun dari Clarisa. "Kurang apa coba abang gue Ris, sayang iya ama lo. Kerjaan oke, tampang apalagi. Gue yakin, anak lo berdua nantinya akan sangat menggemaskan," puji Anggita. Clarisa memutar bola matanya. Selalu sahabatnya ini tak patah arang menjodohkan Clarisa dengan Abdi, walau sudah tahu jika Clarisa hanya menganggap Abdi sebagai kakak. Dan Abdi sendiri tak ambil hati akan ide adiknya itu. Judul : Benang Cinta Sang Duda. Romance 18+ Pen Name : Herni Rafael. https://m.dreame.com/novel/tOaXZ4PBN2yegw4OowaHVA==.html Semoga suka ya. Love Herni. 1 Juli 2021
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN