Costa terperanjat mendengar pekikan nyaring. Kepalanya langsung mendongak. Matanya membola melihat sebuah gunting hampir menancap di bahunya. Tangannya reflek menangkap pergelangan tangan Thalia dan memuntirnya hingga gunting itu terjatuh ke lantai. Gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat sambil meringis kesakitan. Tubuhnya gemetaran. “Kamu gila, hah?!” hardik Costa marah. Untung saja ia gerak refleknya dapat diandalkan. Kalau tidak, dapat dipastikan telah terjadi pendarahan dari bahunya. Thalia perlahan membuka matanya dan ikut terkejut. “Lho, Bapak?” “Pikirmu siapa?” “Saya kirain maling, Pak. Maaf.” Diam-diam napasnya berembus lega. “Mana ada maling di sini? Dasar norak!” “Mana saya tahu, Pak. Saya trauma kemalingan di kos. Celana dalam aja sering hilang,” sahutnya menjabarkan k

