Awalnya, Costa berniat membungkam mulut gadis itu saja, ingin membuktikan bahwa ia tidak main-main dengan ancamannya. Rentetan kata-kata tak berkesudahan dari mulut Thalia yang sama sekali tak mengindahkan peringatannya, membuat posisinya sebagai pria merasa diremehkan. Namun masalahnya sekarang, ia tidak kuasa menahan diri. Lembutnya bibir merah muda itu membuat jantungnya berdebar kencang. Seolah ada kekuatan yang menuntun tangan kirinya meraih pinggang Thalia dan menariknya mendekat, hingga tubuh mereka menempel erat. Perlahan-lahan ia menggerakkan bibirnya, mengulum bibir Thalia. Manis. Itulah yang terasa. Ketika bibir itu terbuka dan Thalia membalas ciumannya, Costa hilang kendali. Ia menyumpah dalam hati. Respons Thalia sama sekali tidak ia prediksi. Sebelumnya, ia berpikir Thalia

