2

800 Kata
Dia yang begitu tampan. Dia dengan senyuman yang menawan. Dan dia dengan jutaan pesona yang menerkam. Siapa pun penghuni jagad raya ini, pasti akan memujanya. Khususnya para wanita, mereka akan dengan senang hati memberikan tubuhnya pada pria dengan gelar 'ladykiller' ini. Harta, tahta, dan parasnya yang begitu memukau. Serta kasih sayang dari orang tuanya. Tak akan ada lagi kata kekurangan dalam hidupnya. Hidupnya sempurna. Bahkan sangat sempurna. Siapa pun pasti akan iri padanya. Pria itu sedang duduk bersantai di kursi dekat dengan kolam renang. Dia baru saja berenang. Menyegarkan tubuhnya serta melatih otot-otot kuat yang melekat pada tubuhnya. Dengan handuk yang terlilit pada pinggangnya. Membuat dirinya terbilang sangat sexy. Bayangkan saja, perut sixpack yang begitu indah. Rambut yang masih setengah basah. Rahang yang begitu tegas. Dan bibirnya yang menggoda. Yang pasti, satu kata untuk dirinya. PERFECT. "Ehem, maaf mengganggu waktu bersantai anda, Mr. Glorymos," "Ada apa?" "Ini dokumen tentang identitas gadis yang anda cari." Ucap pria berjas hitam itu sambil menyerahkan sebuah dokumen. Pria yang dipanggil Mr. Glorymos tadi, dengan segera membuka dan membaca isi di dalamnya. "Kenapa hanya ini saja?" "Maaf tuan, hanya itu yang bisa kami selidiki," "Bagaimana mungkin hanya ini yang kalian temukan?" Pekik Mr. Glorymos atau nama lengkapnya Aldrich Glorymos. "Tapi tuan, kami rasa identitas gadis itu memang sengaja ditutup-tutupi." "Aku tidak mau tahu, yang pasti kalian harus menyelidinya lagi. Kali ini harus lengkap, ingat itu!" Bentak Aldrich dengan handuk yang masih setia membungkusnya. "Tapi tuan— "Tapi apa? Percuma aku membayarmu sangat mahal. Tapi hasilnya masih sangat nihil." Aldrich melangkahkan kaki menuju kamarnya. Meninggalkan pria berjas hitam tadi sendirian dengan rasa takut yang mengancam. Tentu saja dia takut, bagaimana jika dia di pecat oleh Mr. Glorymos? Dimana ia akan bekerja? 'Identitasnya ditutup-tutupi? Siapa sebenarnya gadis itu?' Gadis yang bertemu dengannya di jalanan yang sepi. Gadis yang dikejar oleh 2 pria b******k dari club malam. Dan gadis yang menolaknya untuk b******a. Seorang Aldrich di tolak. Langka sekali terjadi. *** "Al, apa kau di dalam? Buka pintunya, Nak!" Itu pasti Rosalie, Mommy nya Aldrich. "Ya Mom, sebentar. Al masih berganti pakaian." "Don't be long time, Al. Mom ingin bicara penting sekali." Selalu begitu, padahal apa yang di bicarakan Rosalie sangat tidak penting. Pasti dia akan menyuruh Aldrich cepat menikah lah, cepat memberikannya cucu lah, dan lain-lain. Krek Suara pintu terbuka, tapi Aldrich tak melihat batang hidung Rosalie. Dimana dia? "Aku disini, darling." Sahut Rosalie seakan-akan mengetahui apa yang pikirkan Aldrich. Dengan segera, Aldrich menuju ruang tamu yang bernuansa putih dengan dekorasi yang sangat mewah. Aldrich sengaja memilih tinggal di mansion milik sendiri daripada tinggal dengan kedua orang tuanya. Bukan karena ia tidak mau bersama mereka. Tapi, kalian harus tau! Aldrich ingin menjadi pria yang mandiri dan bebas melakukan apapun yang ia suka. "Kau melamun, Al? Kau tidak mendengarkan Mommy bicara ya?" "Eh, maaf Mom. Aku tadi hanya hany— "Sudahlah, sekarang dengarkan Mommy dengan baik-baik. Tadi, Mommy mendatangi acara berkumpul dengan teman lama. Kau tahu, Nak? Teman-teman Mommy sudah banyak yang memiliki cucu. Mommy rasa, hanya Mom yang belum memiliki cucu. Jadi, inti dari pembicaraan ini. Kapan kau akan menikah dan memberikanku cucu?" 'Sudah kuduga' Gumam Aldrich menghela napas panjang. "Eh Mom. Dimana Dad? Apa dia tidak ikut?" "Jangan mengalihkan pembicaraan, Al." Tukas Rosalie sambil menatap Aldrich tajam. Aldrich akui mommynya memang sangat cerdik. Dia selalu tahu apa yang sedang Aldrich sembunyikan atau apapun yang Aldrich lakukan. "Bagaimana? Kapan kau akan menikah?" "Kau tahu kan Mom? Reputasiku sebagai ladykiller? Aku masih tidak ingin melepaskan reputasi itu. aku masih suka menghancurkan hati para wanita." "Al, apa-apaan kau ini. Kau tidak ingat! Mommy-mu ini juga perempuan. Bayangkan saja jika Mom di sakiti hatinya. Apa kau akan diam saja?" Diam. Hanya itu yang bisa Aldrich lakukan ketika ia sudah terpojokkan dengan kata-kata Rosalie. Jujur, Aldrich memang salah dengan kelakuannya yang suka mempermainkan wanita. Tapi kan, ah sudahlah! "Terserah apa yang kau lakukan, Al. Yang pasti Mommy akan memberimu waktu 1 tahun untuk memilih wanita yang kau cintai. Jika kau masih tidak mendapatkannya. Maka, terpaksa Mom akan menjodohkanmu dengan rekan kerja Daddy." "What? Tapi Mom, tolong beri aku waktu yang cukup lama." "Satu tahun itu cukup lama bagiku." Baiklah, ini yang dimaksud 'going to the hell'. "Kalau begitu, Mom harus pamit dulu. Daddy-mu pasti mencariku. Dan ingat kata Mommy tadi, oke?" Ujar Rosalie lalu memeluk Aldrich. Hanya Rosalie dan Viona yang memiliki pelukan hangat bagi Aldrich. Ya, Viona kakak Aldrich yang telah meninggal. Ia sangat merindukannya. Kemudian, Rosalie melepaskan pelukan. "Jaga dirimu baik-baik, darling. You're my sweety son." "Katakan aku tampan, Mom. Kata 'manis' itu terdengar menggelikan jika di sandang olehku." "Terserahmu saja lah." Sahut Rosalie kemudian berlalu meninggalkan mansion milik Aldrich. Dan disinilah Aldrich sedang bimbang dengan ucapan Rosalie. Menikah? Memberikan cucu? 1 tahun? Atau perjodohan? "ARGGHHH, what should i do?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN