Ira menghempaskan ponselnya ke atas bantal berlapis kain berwarna peach yang ada di samping kepalanya setelah membaca obrolan unfaedah dari grubchat angkatannya. "Dasar! Bacot aja! ngga guna!" Umpatnya sambil menutup matanya.
Tring!
Ira langsung meraih ponselnya saat mendengar notivikasi w******p. "Nah kalau begini kan enak.. jelas.." ujar Ira lalu kembali meletakkan ponselnya di atas bantal. Dan ia pun kembali memejamkan matanya yang sedang berdenyut-denyut itu.
Tidak butuh waktu lama untuk ira memasuki dunia mimpinya. Tapi mimpinya kali ini berbeda, mimpi yang setahun belakangan ini selalu ia usahakan agar tidak datang dan muncul dalam tidur lelapnya itu, kini datang lagi.
Yang kau beriii tak selalu jadi keinginan hati..
Ampuni salahku menilaimu
Salahku tlah jauh dari mu
Alhamdulillah wa syukron lillah
Terima kasihku atas sgalanya
Alhamdulillah wa syukron lillah
Tak pantas ku mengeluh kau tlah beriku sgalanya..
Ke enam orang yang berada di dalam mobil alpard itu bernyanyi bersamaan.. men-senandungkan syair-syair lagu Sabyan Gambus yang terdengar dari radio mobil sambil tersenyum dan tertawa riang.
Tin tiiiiinnn... Jgarrrrr!
Wiu wiu wiu wiu..
Riuh terdengar mengelilingi badan. Semua mobik yang lalu lalang tiba-tiba berhenti menepi. Hampir semua orang memegang ponsel mereka. Ada yang menghubungi pihak polisi, rumah sakit, ambulance, pemadam kebakaran dan bahkan hanya sekedar mengabadikan kejadian.
Kerumunan orang mencoba mnyelamatkan para korban sementara bantuan belum datang. Penduduk desa terdekat turut membantu.
Seorang gadis 14 tahun yang duduk di samping kursi kemudi sempat melihat orang-orang di sekitarnya. Terutama seseorang yang duduk di dekatnya. Ia melihat sang kakak yang terduduk lemas di kursi kemudi dengan tangan tergolai dan kepala yang tersandar di setir itu telah di penuhi darah, namun akhirnya dalam beberapa detik kemudian, gadis itu ikut jatuh dalam kegelapan.
Breaking news!
Terjadi tabrakan di jalan xxxx tengah malam tadi antara sebuah mobil truk batubara dan sebuah mobil arlpard berwarna hitam. Hal tersebut menyebabkan dua korban jiwa dan enam orang luka-luka. Tabrakan tersebut diduga terjadi karena pengemudi truk yang mabuk.
^♡♡♡♡^♡♡♡♡^
Gadis 16 tahun itu mulai gelisah dalam tidurnya. Keringat mulai membasahi tubuh tambunnya yang terbalut pygama Army dari sutera. Kedua tangan dan kakinya bergerak sembarang memukuli samping kanan dan kirinya yang kosong.
Greb!
Kedua tangan gadis itu serasa tertahan oleh sesuatu tapi kaki gadis itu masih bebas menendang. Dan sekarang badannya terasa di tindih sesuatu terasa hangat menjalar. Gadis itu terdiam. Mencoba meresapi hal yang tidak asing baginya ini. Perlahan tapi pasti nyawa gadis itu terkumpul menjadi satu lagi mengembalikkannya kedalam dunia fana.
"Astaghfirullah!" Jerit Ira, terkejut saat ada yang tiba-tiba memeluknya dari samping dan reflek mendorong orang yang memeluknya itu sampai terjerembab di samping kasur.
"Aaaw.." terdengar ringisan dari balik kasur yang berlapis kain peach itu. Yah siapa lagi kalau bukan otang yang memeluk Ira secara tiba-tiba. Ira segera melihat ke arah datangnya suara.
"Kualat lu!" Ujar orang itu sambil mengusap bokongnya yang berdenyut dengan mulut memanyun. Sedangkan Ira hanya nyengir-nyengir tanpa dosa. "Hehehe afwan lah broo"ujar Ira lalu beranjak dari kasur dan membantu lawan bicaranya untuk berdiri.
"Kasar amat sih jadi cewek" ujar seseorang yang beberapa detik lalu menjadi lawan bicara Ira. "Lagian lu sih! Main peluk-peluk aja! Jadi gue fikir gue mau diperkosa sama hidung belang" ujar Ira yang langsung memeluk erat lawab bicaranya itu. "Naah ini apaan nih? Bilangin gue main peluk aja, tapi lo nya sendiri? Hadeeeh" ujarnya memutar mata jengah.
"Gue kangen sama lo, kak.."ujar Ira sambil mengusel-usel kepalanya di d**a bidang pria yang ia panggil kakak itu. "Iya-iya.. gue tau.. gue ini emang ngangenin.." ujar pria itu sambil terkekeh lalu membalas pelukan Ira. "Lu ngga mau duduk gitu? nyender di kasur?" Ujar pria itu. Ira tertawa di d**a bidang itu lalu melepaskan pelukannya dan menjauhkan tubuhnya dari pria itu. Ira segera duduk sambil menyandar di atas kasur kesayangannya itu di ikuti oleh pria yang tingginya cukup jauh dari Ira.
Ira kembali memeluk pria itu dari samping saat pria itu sudah duduk di samping Ira. "Lo kemana aja sih kak?" Tanya Ira "gue kangen banget sama lo!" Sambungnya. Pria itu terkekeh "ngga kemana-mana kok.." ujar pria itu sambil mengelus lembut kepala Ira. "Kita berantem yok... rebutin rimot AC lagi.." ujar Ira tapi pria yang menjadi lawan bicaranya itu hanya terkekeh "dasar Princess Somplak" ujar pria itu. "Kak, ngumpat gih! Ledekin gue lagi" pinta Ira dalam pelukan pria itu. Pria itu kembali terkekeh lalu menggeleng "lu mau gue masuk pesantrennya eyang, hah?!?"
Ira terkekeh lalu tangan jahilnya mulai menggambar abstrak di atas d**a bidang itu. "Kak Zam" panggil Ira dan dijawab dehaman oleh pria itu. "Nyayi doooong.." pinta ira. "Lagu apa princess?" Tanya pria itu lembut. "Terserah Kak Neezam aja" ujar Ira dan di angguki oleh pria bernama Neezam itu. Lalu pria berambut ikal tebal itu pun mulai bernyanyi untuk Ira sambil mengelus lembut kepala Ira. "I have nothing to give you, so I give you my heart.. there are so many things I have received from you that I can not express them all... At the low greating, if I put so many my heart beautifully in it. And… if I give it to you, would it be possible for you to know even a little bit of my heart…."
"Ehmmh.. dek.." panggil Neezam di tengah-tengah lagu yang dibalas dehaman oleh Ira. "Gue mau ngomong" ujarnya "madza?" (Apa?) Tanya Ira.
"Sebentar lagi.."
"Sebentar lagi apa?"
"Malaikat penjaga kamu akan datang. Dengan sayap putih yang banyak dan istana putih yang megah"
"Apaan sih, Kak Zam.. ngawur lu akh!" Ujar Ira yang menggeleng dalam dekapan Neezam. Tapi Neezam hanya tersenyum "Kamu harus berlaku baik sama dia, nurut sama dia ya dek" ujar Neezam yang kembali mengusap-usap kepala Ira. "Lo ngomong apaan sih? Jangan ngelantur deh Kak Zam kuh zeyeng"
"Nah iya, mulai sekarang jaga lisan kamu ya dek. Attitudenya juga diperbaiki" ujar Neezam lalu mengecup puncak kepala Ira.
"Ih! Lo kenapa sih kak? Lo sakit? Gue telponin Tante Malsha ya?!" Ujar Ira yang sudah menegapkan badannya sesikit menjauh dari Neezam. Tapi Neezam menggeleng dan kembali merengkuh gadis yang resmi menjadi adik angkatnya belasan tahun yang lalu itu.
"Tidur, dek.." uhar Neezam sambil mengelus kepala Ira dan Ira mengangguk, menenggelamkan kepalanya di d**a bidang Neezam. "Bukankah kita saling cinta dan percaya atau kau merasa terpenjara beputar lah dunia teruslah berputar jatuh cinta lah slalu pada putaran sama namun titik berbeda.." Neezam kembali bernyanyi untuk adiknya dengan nada yang lebih lembut dan tenang sampai akhirnya Ira terlelap.
^♡♡♡♡^♡♡♡♡^
Keesokan harinya~
"Assalamualaikum cinderilla" sapa Nana pada Illa yang sedang fokus membaca nocel yang baru ia beli kemarin sore. "Eeh monyong-monyong" ujar Illa yang latahnya kambuh.
"Yaaah kok snow white dikatain monyong sih.." ujar Nana yang memanyunkan bibirnya sedangkan Illa hanya nyengir menahan malu karena latahnya yang tiba-tiba kambuh. "Hehee maaf.. waalaikumsalam princess fiona"
"Nah gitu kan enak di dengernya.. kata mba liqo gue.. kalau ada orang ngucap salam ke kita.. harus di jawab.." ujar Nana yang mengambil tempat duduk di sebrang Illa. "Iyaaa afwan ya ukh"
"Ira mana?" Tanya Nana dandibalas gelengan oleh Illa "ngga kelihatan batang idungnya dari tadi" ujar Illa. "Lo udah chat tuh kanjeng ratu?" Tanya Nana lagi "udah tapi ngga di bales. Ngga di baca malah" jawab Illa yang kemudian menunjukkan forum chat nya bersama Ira ke arah Nana dan di angguki oleh Nana. "Yaudah deh kita tunggu aja. Mungkin lagi ada urusan"
"Excuse me" ujar seseorang yang sekarang tengah berdiri di dekat Illa dan Nana "eh? Kak Rendi? Ada apa kak?" Tanya Illa pada seseorang bernama Rendi itu. "Kalian liat Ira ngga? Dari tadi gue cari tapi ngga ketemu juga" tanya rendi pada Illa dan Nana "waah.. dari tadi kita cuman berdua kak.. ngga tau si Ira peegi kemana. Dipanggil guru kali kak" ujar Illa
"Memangnya ada perlu apa ya kak?" Tanya Nana yang ikut nimbrung "ah ngga ada apa-apa kok. Oh iya.." Rendi tampak mengambil sebuah kotak kecil dari saku celana dasarnya "ini, tolong kasih ke Ira ya, Na" ujar Rendi pada Nana dan di angguki oleh Nana.
"Yaudah.. kalau gitu gue pergi dulu ya adik-adik. Semangat belajarnya, dan tolong pastikan itu sampai ke Ira yah. Bye.. assalamualaikum" ujar Rendi.
"Ternyata kak Rendi bisa ngomong panjang lebar gitu,ya , Na" ujar Illa saat seniornya itu sudah tak terlihat lagi. "Lah iya doong.. kita aja yang jarang liat"
"Ohiya.. ira kan pernah cemburu sama Nadia karena kelihatan akrab banget sama Kak Rendi.." ujar Illa yang di iringi kekehan pada akhirnya.
Triiing!
Terdengar deringan memekakkan dari mileanya Nana dan seketika mata nana membulat sempurna. "Innalillahi.. astaghfirullah.. allahu akbar.. kenapa niih.." ujar nana yang tampak resah, tegang dan kebingungan saat melihat nama yang tertera di layar milea. "Kenapa lu?" Tanya Illa yang bingung atas tingkah nana.
"Ada telpon tuh! Angkat!" Ujar illa dan di balas gelengan cepat oleh Nana "kenapa? siapa sih?" Ujar illa penasaran, Nana menyerahkan ponselnya ke illa dan disambut baik oleh illa.
Seketika tangan illa gemetar raut wajahnya pun tak karuan "astaghfirullah, astaghfirullah.. lailahaillah.. allahu akbar.." ujar illa.
"Angkat giiih!"
"Kok gue? Kan yang ditelpon lo!"
"Tapi lo kan bias ituuu..."
"Haish apa hubungannya?"
"Loadspeaker aja deh" ujar nana yang di angguki oleh Illa.
Banyu Zam-zam
0821 8888 9999
Terima | Tolak
"Halo woey! Babon! Lama amat ngangkatnya!" Ujar seseorang dari sebrang sana.
"Ra?" Panggil nana dan illa bersamaan.
"Ra-ra apaan! gue Neezam! Lu lagi sama Illa kan? Buruan dah ke sini! Kesian adek gue lagi sakit sendirian"
"Ra? Lu kambuh ya?"
"b***k lu? Gue Neezam, Alvinna Shalsadita.. buruan kesini deh! Batuin gue"
"I-iya.. lu dimana b-bang?"
"Rumah"
Di perjalanan~
"Na!" panggil Illa dna dijawab dehaman oleh nana yang sedang mencari celah di dalam kemacetan ibukota.
"Ira.. emang suka begitu?" Tanya illa dan di angguki oleh Nana. "Sejak kapan?" Tanya illa lagi. "Yah sejak kejadian itu" ujar Nana sekenanya. "Kejadian apa? Yang mana?kok gue ngga tau?"
Nana menghela nafas berat tepat saat syakir tidak bisa bergerak di tengah kemacetan ibu kota. Nana menyenderkan tubuhnya ke kursi syakir lalu menolehkan pandangannya ke arah illa. "Lo jangan lola deh laa.." ujar nana jengah. "Gue beneran ngga tau. Memori gue udah overload! Susah nyarinya"
"Sejak Kak Zam meninggal ditambah ortunya makin gencar striming telenovella"
"Wait! Lo tau kan kalau kak Zam udah ngga ada"
"Ya lo fikir? Gue gemeter pas lihat layar si milea tadi kenapa? Aneh lu!"
"Kali aja kan lu cuman ngikutin gue aja" ujar Nana lalu bergegas menginjak gas syakir karena kemacetan sudha reda.
Tak lama mereka sampai di kediaman keluarga Ira. Nana dan illa segera tuun dari syakir dan mengetuk pintu jati berwarna coklat tua yang mengkilat itu lalu mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam" balas seorang wanita 44 tahun dengan jas putih dan tas yang bertengger manja di tangan kiri. "Eh ada nana sama illa" ujarnya setelah itu dan hanya di senyumi oleh naa dna illa dengan anggukan yang samar.
"Cari Ira kan ya?"
"Iya tante"
"Langsung ke kamarnya aja yah.. iranya masih betah di kamar kayaknya.
Yaudah.. tante kerja dulu yah.. titip ira"
"Oiya tante.."
Illa dan Nana bergegas ke kamar ira tapi mereka tidak mendapati sahabtnya itu di dalam kamar. Mereka hanya melihat selimut pueach yang tersingkap dan tidak ada tanda-tanda sandal rumah kesayangan Ira di atas ambal bulu.
Mereka lalu berpencar mencari ira. Illa melihat ke kamar mandi dan nana melihat ke ruangan yang berisi baju-baju Ira. "Ngga ada" ujar mereka bersamaan saat sudah bertemu lagi di delan meja belajar berwarna putih gading itu.
"Aduh nih anak dimana sih?" Ujar Ia yang mulai tidak tenang dan nana mulai berfikir sambil menggigit kukunya. "Kak Zam!" Ujar Nana yang mengingat sesuatu.
"Kenapa?"
"Ira pasti lagi di kamar kak zam!" Ujar nana yang di angguki oleh illa yang baru ingat sesuatu. Mereka langsung bergegas pergi keluar dari kamar Ira menuju sebuah ruangan berpintu hitam bertuliskan "Pincenya Ira".
Saat mereka hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu sudah terbuka dan menampakkan sosok Ira yang sedang mengenakan kaos dark grey dengan celana pendek warna krem yang tampak kebesaran.
"Kalian lama banget sih!" Ujar Ira yang menatap tajam illa dan nana sedangkan yang ditatap hanya melihat miris ke arah Ira. "Cepetan masuk! Gue mau bikin bubur dulu buat Ira" ujarnya lalu melangkah melewati Illa dan Nana.
Prangg!
Illa dan Nana terkejut saat mendengar suara barang jatuh dari arah dapur. Mereka langsung bergegas ke arah suber suara setelah saling pandang selama beberapa detik seakan saling mengkode.
Illa dan Nana terkesiap saat melihat Ira yang sudah tergolai pingsan di lantai dapur dengan pecahan piring di dekatnya. Dengan sigab mereka berdua memopong sahabat mereka itu ke sofa di ruang keluarga yang untungnya tidak jauh dari dapur.
"Ada yang luka ngga?" Tanya nana pada illa setelah gadis itu mengecek tubuh Ira. Dan dijawab gelengan oleh illa. "Ya allah Ra.. kok lo jadi gini sih?" Ujar Illa smabil menatap sahabatnya miris.
"Kok dia bisa jadi gini sih, Na?"tanya illa pada Nana. Nana menghardikkan bahunya "gue juga tau kalau Ira suka begini tuh dari Keysha sama Ayu sahabatnya Ira dari SMP a.k.a. pacarnya kak Zam"
"Gue rasa, ira jadi kayak gini itu karena rasa kesepian dan frustasi nya dan juga rasa kasihan Ira ke Ayu"
"Ya lo bayangin aja.. waktu kecelakaan itu Ira duduk di samping Kak Zam dan setelah kecelakaan itu pembokatnya mulai gencar striping telenovella di tambah lagi Ayu yang pada dasarnya sahabat Ira jatuh terpuruk pada bulan-bulan pertama kepergian Kak Zam"
"Yah walaupun Kak Zam itu cuman kakak angkatnya Ira, tapi princess gue ini sayang banget sama dia" ujar Nana yang di angguki oleh Illa.
"Lo kan sahabatnya dari TK.. masak yang begituan lo ngga tau sih La" ujar Nana sambil mengambim minyak kayuputih dari tas ransel polo homenya dan mengoleskannya di bawah hidung Ira. "Yah gimana.. kita kan losecontact cukup lama"
Illa yang duluan menyadari pergerakan jari ira, memberikan isyarat pada Nana. "Ra.." panggil Nana "Ira.." panggil illa setelahnya.
Ira yang mulai sadar langsung memegang kepalanya yang berdenyut. Illa dan Nana membantu sahabat mereka jtu untuk duduk bersender di senderan sofa. "Lo ngga kenapa-napa kan Ra?" Tanya Nana -ngga mungkin Ira pingsan kalau dia baik² aja-
"Apa yang sakit Ra?" Tanya illa "kepala gue pusing" ujar Ira lemah "kita pijitin yah?" Tawar nana yang di tolak oleh Ira. "Gue ambilin obat yah?" Ujar Illa lalu mulai beranjak dari duduknya tapi di tahan oleh Ira.
"Ngga usah. Pusing dikit doang kok, bentaran juga sembuh" ujar Ira yang mencoba tersenyum. "Kalian ngapain ke sini? Bukannya pesantren kilat juga" ujar Ira.
"Lu yang ngapain? Pake sakit segala. Kita kan jadi ngga ada temen. Sepi tauk!" Protes Nana dan di angguki oleh Illa.
"Kok lo ikut jengukin gue sih, La?" Tanya Ira yang berhasil membuat dahi Illa mengkerut "ngga boleh?"
"Bukaan.. lo kan jadi ngga bisa liat Doni. Host nya gari ini kan Doni" ujar Ira yang mulai jahil.
"Haish apaan sih lu!"
"Haduh mangkanya zeyeng.. jangan sakit.. biar lu ngga ketinggalan berita.." ujar Nana yang setah itu mendapat cubitan kecil dari illa "berita apa?"
"Itu loh Raa.. si illa udha punya gandengan baru.." ujar Nana sambil manaik turunkan alisnya dan dengan sigap illa mencubit pelan lengan kanan nana. "Heeh main cubit-cubit aja. Bukan mahrom ih!" Ujar Nana sambil mendelik ke arah illa.
"Nggak kok Ra.. gue sama Tara itu temanan doang.." ujar Illa sambil mengacungkan kedua jari kanannya.
"Oooh jadi namanya Tara, heemm??" Tanya Ira sambil menaik-turunkan alisnya. Menjahili Illa yang tidak sengaja keceplosan mengatakan siapa nama anak lelaki itu. Nana terbahak melihat illa yang tertunduk dengan pipi bersemu. "Bukan gue yang ngomong yaah" ujar Nana sambil mengangkat kedua tangannya.
"Lo juga sih! Pake mancing segala. Kan jadi keceplosan" ujar illa yang berhasil mwmbuat nana tambah tertawa sedangkan illa hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mslihat Nana sakit perut karena tertawa.
"Yaudah sih laa.. cerita kali.. gimana sih si Tara ini? Kok bisa sampe buat lo cepet move on dari dedemit itu.." ujar Ira sambil menoel-noel pinggang Illa. "Geli tau raa"
"Eits bentar gengs.. ada yang lupa" ujar Nana yang segera merogoh tas polo home merahnya dan mengambil sebuah kotak kecil dari dalam sana lalu memberikannya ke Ira. "Nih! Titipan dari Kak Rendi" ujar nana.
"Eh? Ooh oke.. thanks udah amanah yah Na.." ujar nana dan dibalas acungan jempol oleh Nana. "Huwih? Apa tuh? Bukak gih!" Ujar Illa yang pura-pura antusias untuk mengalihkan topik.
"Ngga ada. Ngga penting. Cerita lo lebkh penting dari ini! Lets go back to the laptop!" Ujar Ira. "Yaaah gagal deh pengalihan topiknya" ujar nana yang sok sedih padahal snow white mau ketawa itu. Sedangkan Illa hanya memanyunkan bibirnya saat mendengar perkataan Nana. Dengan malas illa menceritakan pertemuannya dengan Tara di arena hiburan milik keluarganya dan bertemu lagi di sekolah kemarin.
"Dasar bocah. Masih bau kencur gini udah cinta-cintaan. Gini yah gue ingetin ke kalian. Jangan mudah percaya dan mudah terpesona sama cowok. Jaga diri! Jangan sampai kalian mengecewakan suami masa depan kalian karena dapet bekasan orang. Semua cowok itu maunya yang bagus luar dalem. Yang masih tersegel HQQ!" Ujar ira yang suaranya tiba-tiba berubah.
"Dan iya. Siapa nama lo? Illa ya? Nah lo kan sahabatnya Ira so pasti lu gue anggep jadi adek gue sendiri. Jadi dengerin kata-kata Kakak Neezam lo ini!"
"Gue udah denger semua ceritanya. Jadi gue saranin, eh repeat, gue tekankan ke lo, just kick him out from your mind dear! Lupain Raffa itu! Tendang dia jauh-jauh dari fikiran lo! Jangan mudah tergoda rayuan cowok! Jangan mudah fall in love! Apalagi kalau tipe orangnya kayak Raffa. Just let them out and then go to hell! Yang terpenting untuk kalian saat ini adalah do some hard working to reach your dreams. For your amazing future. Kalau kalian sudah sukses nanti, kalian tinggal pilih cowok yang mana yang mu kalian jadiin laki! Beres!"
"Eh? Kok kalian pada bengong sih? Lanjut ceritanya.." ujar Ira yang kembali menjadi dirinya sendiri. Poor Ira..
Jadi sebeneenya Ira itu punya saudara angkat. Cowok. Namanya Neezam Sultan. Seorang pengamen berumur 7 tahun, sedang sakit dan terlantar di emperan toko tengah malam sendirian. Belasan tahun lalu. Setelah di rawat oleh keluarga Ira anak lelaki itu tumbuh menjasi pria tangguh, percaya diri, cerdas, bertalenta, agamis, wah perfect lah pokoknya. Ia tidak pernah melupakan semua jasa dan pengorbanan meluarga Ira untuknya. Suatu hari, satu minggu setelah kepulangan Neezam dari pendidikannya di Amerika, kecelakaan itu terjadi.