Chapter 1 My Story

1333 Kata
  Namaku Kanaya Abigail Ricard, kalian bisa memanggilku Naya, Kana, atau Nay. Tapi orang terdekatku biasa memanggilku cukup Nay, aku lahir di New York. Aku dibesarkan kedua orangtuaku dalam lingkungan yang sangat baik. Aku menghabiskan masa kecilku seperti anak-anak kebanyakan di kota besar itu. Aku pun menempuh pendidikanku di sekolah yang tidak begitu jauh dari tempat kediaman kedua orang tuaku. Tapi kemudian setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, aku mengikuti program student mobility atau istilahnya pertukaran siswa yang kemudian aku pun ditransfer ke Jakarta Indonesia, tepatnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Indonesia. Indonesia, Negara yang begitu jauh dari tempatku dilahirkan. Bahkan aku sama sekali belum pernah melihat negara itu. Tapi dengan tekad yang kuat untuk masa depanku, maka aku harus menjalaninya walau harus jauh dari kedua orangtuaku. Disinilah aku bertemu Abymanyu Putra Herlambang, Mahasiswa fakultas Bisnis, salah satu aktivis kampus, dengan segudang prestasi, karena pembawaannya yang ramah dan humble serta jangan lupakan wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang kekar membuatnya banyak digilai para mahasiswi baik dikampus ini ataupun diluar kampus, apalagi dengan prestasinya yang gemilang ditunjang nama besar keluarganya yang kaya raya, orang tua Aby termasuk pengusaha sukses di Indonesia khususnya di Jakarta. Tapi yang membuatnya berbeda adalah dia tidak sombong. Meskipun kami berbeda fakultas tapi karena dia termasuk aktivis jadi kami sering bertemu, karena aku juga aktivis dari fakultasku, kesamaan kami itulah yang membuat kami dekat, dan akhirnya saling jatuh cinta. Tapi sepertinya Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu dengannya, aku tidak percaya dengan cinta pada pandangan pertama, tapi ternyata aku sendiri mengalaminya. Saat itu ada acara kampus, Penggalangan Dana korban Banjir  wilayah Jakarta, Aku termasuk panitianya begitupun dengannya, aku sudah sering mendengar namanya disebut oleh teman-teman sekampusku. Aku tidak terlalu memperdulikannya, tapi saat aku bertemu di ruang panitia, dia datang dengan mengenakan kaos polo warna putih dan celana Jeans belel, tapi sangat pas ditubuhnya. Aku sampai tak berkedip melihatnya, dan saat itulah aku sadar bahwa aku sudah terpesona pada seorang Abymanyu dan dari sanalah kedekatan kami dimulai. Dia sering menjemputku di kampusku, mengantarku pulang ke asrama, mengajakku jalan. Tak   terasa kami semakin dekat, banyak mahasiswi yang iri dengan kedekatanku dengannya, tapi siapa yang perduli?  Suatu hari dia mengajakku jalan, dia menyiapkan dinner romantis dan menyatakan perasaannya padaku. Ternyata dia juga jatuh cinta padaku pertamakali saat pertemuan kami, tapi dia baru berani menyatakannya saat dinner itu, dan aku menerimanya tentu saja. Kami saling jatuh cinta dan pacaran, dia lelaki tampan asal Indonesia dan aku jatuh cinta padanya karena sikapnya yang romantis dan perhatian. Kami selalu bersama, kadang dia menemaniku di tempatku kadang aku yang menemaninya,  sampai akhirnya kami melakukan hubungan suami istri dan akupun hamil, dan karena itu kami akhirnya menikah, bukan karena kami mau tapi lebih karena ini keharusan. Disaat seharusnya aku sibuk dengan kuliahku aku malah dibuat kalut karena kehamilanku, aku bersyukur Aby mau bertanggung jawab akan kehamilanku begitu juga dengan kedua orang tuanya yang mau menerimaku dan janin dalam kandunganku. Aku akhirnya menjadi nyonya Abymanyu, usia kami masih sangat muda untuk suatu hubungan yang bernama pernikahan. Kami yang sama-sama labil, membuat pernikahan kami penuh dengan pertengkaran, tapi karena anaklah yang menyatukan kami. Sampai akhirnya lahirnya anak pertama kami seorang putra yang sangat tampan dan kami memberinya nama Daffa Cakka Dipta. Berselang tidak berapa lama setelah kelahiran putra pertama, kami pun diwisuda. Ya, dalam keadaan hamil membuatku termotivasi untuk menyelesaikan skripsiku meski sulit. Pada akhirnya aku dan suamiku berhasil menyelesaikan kuliah kami. Setelah lulus, aku tidak langsung bekerja karena harus mengurusi anakku, sedang suamiku bekerja di perusahaan keluarganya. Dia dipercaya sebagai Manager sesuai jurusan  kuliahnya. Kehidupan kami seperti rollercoaster yang naik turun, kadang senang kadang sedih, tapi kami melaluinya bersama. Dari rumah yang masih menumpang keluarga suami sampai sekarang punya rumah sendiri. Dari yang kemana-mana masih memakai mobil punya orangtua suami sampai bisa beli mobil sendiri. Tiga tahun setelah kelahiran anak pertama kami, lahirlah anak kedua. Seorang putri yang sangat cantik dan kami memberinya nama Issabella Putri. Kalau Daffa sangat mirip suamiku yang sangat Indonesia, sedang Bella dia lebih mirip aku, bahkan rambut dan mata coklat gelapku pun ditirunya. Setelah kelahiran putri kami ini, kemudian aku memutuskan mengabdikan hidup dan waktuku buat suami dan anak-anakku sampai-sampai aku kurang memperhatikan penampianku. Kupikir Mas Aby sangat mencintaiku dan anak-anakku seperti aku mencintainya. Apalagi selama ini dia bisa memegang kepercayaanku padanya. Sampai dua bulan terakhir mas Aby mulai berubah. Sering pulang larut dengan alasan lembur. Pergi keluar kota berhari-hari alasannya dinas. Dan penampilannya semakin dandy. Entahlah aku merasa ada yang aneh dengannya. Tapi sejauh ini aku masih berpikir positif padanya. “Sayang, hari ini aku ada dinas ke Bandung, mungkin tiga atau empat hari, semoga urusannya cepat selesai, jadi aku bisa pulang cepat ya,” katanya saat aku membenarkan dasinya yang kurang rapi. “Pergi sama siapa saja mas?” tanyaku sambil mengelus lembut dadanya, memasangkan jas yang sesuai dengan celananya, dia semakin tampan batinku bangga. “Sama team yang biasanya kok sayang,” sahutnya sambil mengecup lembut keningku. Kucium bibirnya lembut, dan dia membalasnya tak kalah lembut, itulah yang membuat pemikiran negatifku tentangnya menjadi tak beralasan, Kuciumi aroma tubuhnya yang tidak biasanya di pakainya. “Kamu ganti parfum ya sayang?” tanyaku sambil mengendusinya, dia terkekeh geli. “Kamu ini kebiasaan mengendus, aku cuma bosan sama aromanya, pingin ganti suasana aja kok, kamu nggak keberatan kan?” jawabnya sambil mengecupi pucuk kepalaku, kujawab pertanyaannya dengan gelengan. “Aku suka aromanya kok,” jawabku sambil mengulum senyum, dikecupnya lembut bibirku “Ya sudah aku berangkat dulu,” pamitnya “Ini kan masih pagi mas, nggak nunggu anak anak turun, paling bentar lagi mereka siap,” cegahku, entahlah perasaanku agak tidak enak untuk melepasnya kali ini. “Aku buru-buru, kalo nunggu mereka takutnya malah terlambat.” “Ya udah hati-hati di jalan ya, jangan capek capek, makannya jangan sampai telat, ingat maagnya!” Dia pergi setelah mengecup keningku lembut, dia melambaikan tangannya dengan senyuman di bibirnya. Tanpa menunggu kedua buah hati kami untuk pamitan, dia memang akhir-akhir sering pergi pagi hari dan pulang larut malam. Kulambaikan tanganku mengantar kepergiannya, ya begitulah aktivitasku sehari-hari, “Mom, daddy sudah pergi ya?” tanya Daffa sudah siap dengan seragam sekolahnya, dia memandang bayangan mobil Mas Aby dengan pandangan nanar, kubelai pucuk kepalanya dengan sayang. “Daddy sedang buru-buru tadi jadi tidak sempat menunggu kalian selesai bersiap,” kataku menenangkannya, dia tersenyum kecut. “Tapi Daffa kangen maen sama dad lagi mom, kenapa sih akhir-akhir ini dad selalu sibuk, Daffa jarang bisa ketemu sama dad,” ucapnya dengan nada gusarnya, aku bisa memaklumi apa yang diinginkannya, karena itu juga yang kupikirkan, aku merasa jika mas Aby terlalu sibuk hingga tidak bisa meluangkan lagi waktunya untuk kami. “Perusahaan dad sedang banyak proyek, makanya dad sibuk banget, nanti jika proyeknya selesai pasti dad punya waktu lagi untuk kita,” jawabku berusaha meyakinkannya. Dia cuma menggangguk, kami masuk kedalam rumah menuju ruang makan, disana sudah ada Bella sedang duduk manis menunggu kami. Ah keluarga kecilku, kuharap tidak ada hal buruk yang akan menimpa keluarga kecil kami Tuhan, doaku selalu. *** Waktu dia berpamitan untuk tugas luar kota, Aku tidak mau berprasangka buruk, tapi kemudian aku mendapatinya berpelukan dengan seorang wanita dengan penampilan sexy di salah satu mall. Waktu itu aku dan sahabatku Angela sedang berbelanja di tempat Angela biasa berbelanja yang jaraknya memang agak jauh dari rumahku. Jadi mungkin Aby berfikir aku tidak akan mengetahui perbuatannya. Aku tidak habis pikir, Bagaimana mungkin dia membohongiku? dia sudah merusak kepercayaanku. Awalnya aku ingin melabrak mereka, tapi Angela melarangku. Dia berpikir mungkin itu saudaranya. Yah, walau aku tidak percaya, tapi aku menurut juga. Tapi sebagai gantinya dia harus mau mengikutiku melihat kegiatan suamiku itu. Jadilah kami seperti stalker dan melihat tingkah menjijikkan mereka. Bagaimana mereka berciuman di depan umum, saling b******u, sangat memuakkan. Aku memfoto semua moment menjijikkan mereka sebagai bukti untuk di pengadilan agama karena seketika itu juga aku berfikir untuk bercerai. Ya, karena setelah ini tidak sudi aku menjadi istri dari tukang selingkuh sepertinya. Jijik rasanya jika nanti bibir dan tubuh itu mengenaiku. Aku bukanlah tipe wanita yang bisa berbagi suami. Bagiku tidak ada jalan buat kami bersatu, tidak juga demi anak. Lebih bagus aku menjadi single parent saja. Tuhan, rasanya  sangat menyakitkan. Lelaki yang kita perjuangkan, yang kita puja, bagaimana bisa tega menyakitiku. Kuhilangkan rasa sesak di dadaku. Setelah puas bermesraaan di mall, mereka mengunjungi restoran bintang lima di Jakarta. Bahkan suamiku tidak pernah mengajakku dan anak- anak kesana... ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN