Chapter 2 - Calon Perebut Laki Orang

1900 Kata
“Kenapa, Anastasia? Kok mukamu jadi kaget begitu? Seperti habis melihat hantu saja,” tanya Erika penasaran. “Kamu kepikiran soal James, ya?” rayunya. Anastasia langsung menggelengkan kepalanya. “Ah, tidak. Buat apa juga aku memikirkan dia? Dia tidak ada bedanya dengan laki-laki lain yang biasa datang ke club ini,” bohongnya. Padahal jauh dalam lubuk hatinya, Anastasia merasa sangat bahagia. Sudah lama memang dirinya mencari waktu dan alasan yang pas untuk bertemu sekaligus menggoda James—mencoba memasukkannya ke dalam perangkap ‘rayuan maut’nya. Dia hanya masih tak menyangka saja ternyata tanpa harus bersusah payah pun, semesta sudah bersedia membawa James ke dalam ‘pelukannya’. “Tentu saja dia berbeda,” sanggah Erika. “Dompetnya tebal. Dia tidak cuma punya wajah yang tampan dan tubuh yang seksi, tapi dia juga gagah, berwibawa dan banyak yang bilang dia boss yang baik. Ya, meskipun kelihatan sempurna di depan, tapi katanya sih kehidupan rumah tangganya bobrok.” “Bobrok bagaimana maksud kamu?” tanya Anastasia sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, pura-pura tak tahu. “Gosipnya dia tidak pernah mencintai istrinya,” jawab Erika usai memperhatikan sekelilingnya untuk sejenak, memastikan kalau tidak ada siapapun yang mendengar ucapannya. Dia lanjut berbisik tepat di depan telinga Anastasia, “Aku pernah baca berita di internet, katanya dia menikah dengan istrinya karena wasiat dari mendiang ayahnya saja.” ‘Oh, William Alden Wesley, ayah k*parat bernama James itu? Ck, tanpa harus baca berita pun, ayah sudah banyak menceritakan soal dia padaku,’ kata Anastasia dalam hati. Dirinya tersenyum manis setelahnya. “Kamu kebanyakan baca berita gosip,” candanya. “Tapi katanya berita itu benar? Duh, aku tidak tahu deh. Kenapa ya kehidupan orang kaya itu selalu rumit?” “Tidak cuma orang kaya saja yang hidupnya rumit. Hidupku juga rumit,” ucap Anastasia getir. Dia terdiam sejenak untuk berpikir. “Memangnya besok James datang jam berapa?” tanyanya. “Kata boss dia baru datang sekitar jam empat atau jam lima sore. Dia sengaja menyewa club ini dari siang karena akan ada tim party planner yang mendekorasi tempat ini terlebih dulu,” jawab Erika. “Ooo,” gumam Anastasia sambil mengangguk. “Oke lah kalau begitu.” ***** Sebatang rokok yang sedang dihirup James mengeluarkan asap nikotin tebal yang ngebul ke udara. Ditatapnya gedung-gedung besar pencakar langit yang terpampang melalui jendela kaca kamar hotel yang sedang disinggahinya itu dengan dahi yang terlihat sedikit mengerut. Terus dinantikannya dengan sabar kedatangan Lana, wanita penghibur yang biasa memuaskan hasratnya. “James? Kamu di dalam?” tanya Lana dari balik pintu kamar hotel sepuluh menit kemudian. “Aku sudah di depan.” “Masuk,” perintah James usai membukakan pintunya untuk Lana lalu menutupnya kembali dengan cekatan. “Aku kira kamu sedang kerja,” ucap Lana sambil meletakkan handbag-nya ke atas meja besar yang terletak di seberang ranjang. “Istrimu .. Tidak akan curiga kalau kamu menemuiku sekarang kan?” “Tidak, aku yakin Sharon tidak akan mencari tahu,” tutur James sambil mendekati tubuh Lana dengan perlahan. “Aku tidak bisa lama-lama karena setelah ini aku harus balik ke kantor lagi,” sambungnya sambil membuka ritsleting bagian belakang gaun hitam mini yang sedang dikenakan Lana. “Jadi kamu ingin ‘dipuaskan’ dulu sebelum lanjut kerja lagi?” rayu Lana. “Kamu benar-benar nakal, James. Kenapa tidak memintaku supaya aku datang ke kantormu saja?” tuturnya sambil memainkan jari-jari tangannya yang lentik di d**a James yang bidang. “Kita bisa ‘melakukannya’ di kamar mandi atau di parkiran mobil kalau kamu mau.” “No, terlalu riskan,” sanggah James seraya menggeleng. “Aku tidak mau kalau sampai orang-orang tahu aku sering tidur dengan perempuan lain selain dengan istriku.” Usai menanggalkan gaun hitam mini beserta bra dan panties yang dikenakan Lana, James langsung mengecupi puncak gundukan kembar milik perempuan penghibur itu secara bergantian. “Ahhh ..,” desah Lana—lalu gantian membuka ikat pinggang yang dikenakan James kemudian menanggalkan celana panjang hitam beserta boxer-nya. Tiga bulan setelah kematian William Alden Wesley, James yang memang anak laki-laki satu-satunya di keluarganya itu otomatis berubah titelnya jadi pewaris Alden-Wesley Company. Hanya dua bulan berselang setelah menjabat sebagai CEO, dia dinikahkan dengan Sharon, wanita pilihan William yang usianya enam tahun lebih tua dari dirinya. Kehidupan keluarganya dingin, nyaris tidak pernah tersentuh dengan yang namanya kehangatan cinta. Selepas suaminya meninggal, Helena Alden Wesley, ibu kandung James, lebih memilih untuk menetap di Swedia sampai sekarang. Mengasingkan dirinya jauh dari peradaban dan hiruk pikuk kota, termasuk dari kedua anaknya—James dan Yuri. Tidak ada yang tahu apa alasan jelas Helena meninggalkan kedua anaknya. Sementara itu, Yuri Alden Wesley, kakak James yang juga lahir di negara sakura Jepang itu, hampir tidak pernah bicara dengan James. Keduanya bahkan tak tahu apa warna dan makanan favorit masing-masing. Yuri pun tambah naik darah dengan adik laki-lakinya saat dia tahu kalau dalam surat wasiat yang dibuat William, William lebih memilih James untuk memimpin perusahaan dibanding dirinya. Sejak saat itu Yuri jadi semakin malas berhubungan lagi dengan keluarganya. Dia merasa kehadirannya tak pernah dianggap, dan kini hanya kembali jika dia sedang membutuhkan uang. Ibunya pun jarang dia hubungi, sama seperti adik laki-lakinya. Walaupun statusnya sudah jadi suami istri, James nyaris tidak pernah menyentuh Sharon. Dia lebih suka ‘jajan’ di luar, dengan dua wanita penghibur yang biasa jadi langganannya, yaitu Lana dan Alicia. Justru karena Alicia sedang sakit dan tidak mungkin ‘memuaskan’ dirinya hari ini, makanya James menghubungi Lana. Alasannya klasik: karena James tidak pernah mencintai Sharon. Dia rela menikahi Sharon hanya karena permintaan terakhir William yang ditulisnya dalam surat wasiatnya. Sepanjang pernikahannya, keduanya juga baru dua kali bercinta. Pertama, saat malam pertama, dan kedua, saat keduanya sedang sama-sama mabuk dan tak sadarkan diri. Bahkan James lebih banyak bercinta dengan Alicia dan Lana dibanding dengan istri sahnya sendiri. Meskipun kehidupan keluarga dan percintaannya payah, James dianugerahi fisik nyaris sempurna. Rambutnya hitam dan tebal—sedikit ikal, kontras sekali dengan kulit tubuhnya yang pucat dan nyaris tanpa celah. Matanya berwarna biru terang, sama seperti warna mata ibunya. Hidungnya lurus dengan tulang yang tinggi menjulang. Garis rahangnya terpahat tajam dengan dagu yang terbelah di bagian tengahnya. Kalau dia senyum, ada lesung yang menghiasi pipi kirinya. Dan sampai detik ini, baik James ataupun Yuri sama sekali tidak ada yang mengetahui tentang rahasia kelam masa lalu yang sudah ‘dikubur’ dalam-dalam oleh Helena—yang dikuburnya bersamaan saat dia mengubur jasad William waktu itu ... “Ride me now, Lana. Aku sedang malas bergerak,” perintah James yang sedang berbaring di atas ranjang sambil memegangi sebatang rokok yang belum habis dihisapnya. Sama sekali tak peduli meskipun abu dari rokok itu sudah bertebaran ke atas ranjang. “Okay kalau memang itu yang kamu mau,” goda Lana sambil meremas perlahan batang kenikmatan milik James yang sudah berdiri tegak. Lana duduk mengangkang tepat di atas paha James, lalu dengan perlahan dia mulai memasukkan batang kenikmatan milik James yang besar dan berurat itu ke dalam lipatan kenikmatannya yang basah. “Ohh .. Ahh ..,” desahnya lalu mulai menggenjot milik James dengan tempo lamban. Tangan kanannya bergerak liar memainkan satu gundukan kembarnya yang ikut naik turun, sementara tangan kirinya sibuk memainkan klitorisnya sendiri. “Damn, lebih cepat, sayang, waktu makan siangku tidak banyak,” erang James usai menghisap kembali sebatang rokoknya. Bercinta sambil merokok memang hal unik yang gemar dilakukan oleh seorang James Alden Wesley. “Ahhh .. Seperti ini, James sayang?” desah Lana yang genjotannya terasa bertambah cepat. “Oh, yes, baby,” erang James sambil menutup kedua matanya erat-erat. Diremasnya gundukan kembar milik Lana yang ranum itu dengan tangan kanannya. Dicubitnya dengan gemas puncaknya yang menegang. Keduanya mendesah hebat di saat yang bersamaan kala mencapai puncak pelepasannya masing-masing. James lalu menyingkirkan tubuh Lana dengan perlahan kemudian bangkit berdiri untuk melepas dan membuang ‘alat kontrasepsi’ mirip ‘balon’ yang tadi membungkus batang berurat besar nan panjang miliknya. “Aku menyewa hotel ini cuma untuk sehari. Kalau kamu masih mau tinggal di sini, kamu bisa check out sendiri besok. Semua sudah aku bayar lunas, termasuk ‘pembayaranmu’ untuk hari ini,” sambung James usai merapihkan kembali boxer dan celana hitam panjangnya. “Aku balik ke kantor dulu.” “Tunggu,” cegat Lana. “Hati-hati di jalan, James,” katanya sambil menangkupkan wajah tampan James dengan tangan kanannya. “Kamu juga. Jaga dirimu baik-baik,” ucap James seraya tersenyum tipis. **Esok siangnya** Karena tangannya licin, dua buah piring dan gelas kaca yang sedang dibawa Erika jatuh ke atas lantai. Untungnya hanya satu piring yang pecah, sementara satu piring dan dua gelas kaca yang lain masih bisa diselamatkan. ‘Setidaknya biaya ganti ruginya jadi tidak mahal-mahal amat,’ pikirnya. “Aduh .. Ketiban sial apa sih aku ini ..,” gumam Erika seraya mengambil pecahan piring itu dari atas lantai. Suara seorang perempuan terdengar dari kejauhan setelahnya. “Mau aku bantu?” tawarnya ramah. Erika langsung menoleh ke arah sumber suara. Didapatinya Anastasia sedang berjalan menghampirinya sambil terus menunjukkan senyum manisnya. “Loh? Perasaan hari ini bukan jadwalnya shift kamu deh?” tanyanya sambil mengernyitkan dahinya dengan heran. “Memang bukan,” jawab Anastasia enteng sambil membantu Erika merapihkan pecahan piring tersebut. “Aku menggantikan Edo hari ini.” “Memangnya Edo ke mana? Sakit?” “Tidak,” ujar Anastasia sambil menggeleng. “Aku sengaja menukar shift-ku dengan s**t-nya dia.” “Hmm ..,” gumam Erika curiga. “Apa jangan-jangan ini ada hubungannya dengan kedatangan tamu spesial kita hari ini?” “Sudahlah. Let’s go, kita harus beres-beres. Banyak yang musti dikerjakan,” tutur Anastasia yang  langsung mengalihkan topik pembicaraan. Waktu menunjukkan pukul empat lewat empat puluh lima menit sore saat Anastasia sedang memulaskan sebuah lipstik yang warnanya merah burgundy itu ke atas bibirnya yang lembut. Dia berusaha tampil semenggoda mungkin hari ini. Dipakainya push up bra renda kesayangannya—mencetak indah gundukan kembarnya yang bentuknya proporsional dan ranum itu, dari balik kemeja hitam ketat yang dua kancing bagian atasnya nyaris terbuka. Anastasia tidak memakai celana hitam panjang yang biasa dikenakannya hari ini, tapi menggantinya dengan sebuah rok span ketat yang panjangnya cuma sampai batas tengah paha mulusnya saja. Rambutnya yang biasanya dikuncir satu atau dicepol asal-asalan itu digerainya dengan bebas hari ini. Dia bahkan menyemprotkan parfum bvlgari pemberian Davien untuk hadiah ulang tahunnya waktu itu di bagian tengkuk dan leher jenjangnya. “Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini,” gumam Anastasia. Setiap orang memberikan aplausnya saat melihat kedatangan sang empunya acara, James Alden Wesley beserta sang istri, Sharon, yang kebetulan juga ikut hadir hari ini. “Oh, jadi itu istrinya James? Sepertinya dia lebih tua daripada James, ya?” bisik Erika pada Anastasia. Anastasia tak menjawab. “Selamat sore semua,” sapa Sharon pada seluruh pengunjung club, termasuk pada jejeran kru dan bartender. Dipandanginya deretan bartender dan kru club itu untuk sejenak, dan pandangan James tiba-tiba terhenti pada Anastasia. Diperhatikannya Anastasia Hameldon dari ujung rambut hingga ujung kakinya, terutama di bagian bibirnya yang dihiasi lipstik warna merah burgundy itu. ‘Perempuan yang menarik,’ pikirnya dalam hati. Namun fokusnya seketika buyar saat Sharon bicara padanya kembali. “Sayang? Duduk dulu yuk di sana, aku capek,” pintanya sambil memegangi lengan kanan James yang berorot. Anastasia tidak lupa mengeluarkan senyum dan tatapan menggodanya sebelum James dan Sharon pergi meninggalkan dirinya. ‘Berhati-hatilah, Sharon, karena tidak lama lagi suamimu akan segera jatuh ke dalam perangkapku,’ benaknya. ♥♥TO BE CONTINUED♥♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN