***
Gemerintik hujan yang turun membuat sore ini terasa begitu sendu. Hyena memandangi setiap tetesan hujan yang turun dari jendela cafe Gladenys, tempat berteduhnya saat ini. Hyena memperkirakan hujan akan berlangsung lama, sehingga ia akan meminta kekasihnya untuk menjemputnya.
Hyena Marvine
Yang, bisa jemput gak?
Rey Hutomo
Kamu dimana emangnya?
Hyena Marvine
Di kafe Gledenys nih. Aku nunggu hujan berhenti. Tapi kayaknya sih bakalan lama. Bisa jemput gak?
Rey Hutomo
Bisa sih. Tapi setengah jam lagi aku baru bisa cabut dari sini. Tugas kelompokku belum selesai soalnya.
Hyena Marvine
Yah lama...
Rey Hutomo
Kamu pesen taksi aja kalo mau cepet. Aku gak enak sama yang lain kalo cabut sekarang.
Hyena Marvine
Yaudah aku tunggu kamu aja.
Sambil mengaduk milkshake strawberry yang dipesan olehnya, Hyena memandangi chat Line terakhirnya yang belum dibaca oleh pacarnya itu. Kemudian tiba-tiba Hyena teringat akan buku novel yang ada didalam tasnya. Ia memutuskan untuk membacanya sambil menunggu kedatangan Rey.
Setelah beberapa halaman novel dibalik olehnya karena telah dibaca, tiba-tiba ada keributan yang terjadi di meja sebelahnya. Tentu konsentrasi membaca Hyena menjadi terganggu, sehingga ia melihat kearah sumber keributan itu. Pelanggan disebelahnya telihat sedang memaki-maki seorang waiter yang melayaninya.
"Kamu itu d***u atau i***t sih?! Saya udah bilang kalo jangan pake black pepper dipasta saya! Kenapa ini malah ada?!" teriak pelanggan wanita yang terlihat seperti sosialita.
Hyena mengenali tas yang ditaruh oleh pelanggan wanita itu diatas meja. Tas mewah edisi terbatas yang tidak bisa dibeli oleh sembarang orang.
"Mohon maaf, Bu. Tapi ibu memang sebelumnya tidak bilang tentang hal itu. Menu yang ibu pesan juga disini tertulis seafood black pepper pasta," kata waiter itu sambil menunjukan bon pemesanan.
"PRAAAAKKKKK!"
Wanita itu langsung menjatuhkan piring pasta itu dengan kasar, sehingga membuat pelanggan lainnya yang ada disana kaget termasuk Hyena. Wanita itu menatap tajam waiter yang ada dihadapannya dan berbisik padanya.
"Saya paling tidak suka ada yang membantah perkataan saya! Sekarang kamu bereskan ini dan bawa pasta seperti yang saya minta!"
Namun waiter itu membalas tatapan tajam wanita itu dan tersenyum sinis padanya. Hyena yang menyaksikan kejadian itu juga ikut menjadi tegang.
"Bersihkan sampah yang anda sebabkan ini sekarang juga!" perintah waiter itu.
"Kamu... berani-beraninya memerintah dan berteriak ke saya! Kamu belum tau siapa saya?!"
"Saya tau kok. Anda adalah wanita yang tidak bisa menghargai manusia. Mungkin anda hanya bisa menghargai sesama kaum anda. Kaum binatang!" ucap waiter itu dengan nada kasar dan tatapan yang merendahkan.
"Kamu... benar-benar kurang ajar!" teriak wanita itu sambil mengayunkan tangannya untuk menampar.
Namun dengan sigap waiter itu menangkap tangan wanita itu dan mencengkram tangannya begitu kuat. Kemudiannya waiter itu mendekati wanita itu dan berbisik kepadanya dengan nada yang menusuk, "Binatang seperti anda tidak pantas menyentuh saya,".
Hyena yang sudah tidak tahan dengan pertengkaran yang ada dihadapannya, memutuskan untuk ikut campur dan membantu untuk menengahi. Karena sejujurnya ia juga mulai terganggu dengan keributan yang disebabkan oleh wanita itu.
"Mbak... mending mbak cari kafe lain aja. Kalo gak puas sama pelayanan dan makanan yang disajikan disini. Cari kafe lain aja yang cocok sama, Mbak," saran dari Hyena.
"Kamu gak perlu ikut campur!" ucap wanita itu dengan nada ketus.
"Mbak mending pergi aja. Mbak gak liat kalo seluruh pelanggan disini mulai terusik dengan keributan yang situ sebabin." ucap Hyena.
Wanita itu terlihat mulai sadar dengan situasi yang kini dihadapinya. Ia melihat sekeliling kafe dan mendapati semua orang sedang melihat kearahnya. Wanita itu mendongakkan kepala, mengambil tas mewahnya, dan bangkit berdiri dari kursinya.
"Udah ah. Ini kafe yang aneh. Isinya orang-orang aneh dan gak berkelas. Saya mending buru-buru cabut dari sini. Daripada saya juga ikut-ikutan jadi aneh," Kata wanita itu sambil berjalan dengan angkuh.
Semua pelanggan yang ada di ruangan kafe itu mengiringi kepergian wanita itu dengan sorakan cemooh. Mereka ikutan kesal melihat tingkah angkuh wanita itu. Kemudian Waiter itu terlihat mulai membereskan pecahan piring dan makanan yang berserakan di lantai.
Hyena yang merasa aneh dengan tingkah waiter itu mulai menatapnya dengan heran. "Lo gak say thanks gitu ke gue? Kan, lo udah gue belain tadi," tanya Hyena.
"Emang gue minta lo buat ikut campur? Tanpa bantuan lo juga sebenernya gue bisa nyelesaiin sendiri," jawab waiter itu ketus.
"Dih, kok situ ketus sih. Emang susah ya buat ngucapin terima kasih?!" ucap Hyena heran.
Namun waiter itu tidak menggubris dan berjalan melewatinya, sambil membawa sampah pecahan kaca dan makanan yang ia sapu. Seketika Hyena langsung menjadi kesal, karena menerima perlakuan seperti itu. Tidak ada waiter yang pernah sekurang ajar itu kepadanya. Mengabaikan dirinya dan perkataannya.
"Ganteng-ganteng tapi nyebelin Ckckck," gumam Hyena dalam hati.
***
"Kringgggg!" Bel SMA Pelita Abadi berdering, menandakan waktu masuk sekolah telah dimulai.
Hyena dengan santai berjalan menuju kelasnya, XI IPS 1. Hyena selalu tiba disekolah tepat waktu. Datang selalu tepat ketika bel berdering. Benar-benar tepat pukul 07.00, tidak kurang dan tidak lebih.
Hyena melangkahkan kakinya perlahan memasuki ruang kelasnya. Namun tiba-tiba terdengar suara pelan namun menusuk dari belakang telinganya. Suara yang membuat bulu kuduknya mulai merinding.
"Hyena..."
Hyena pun menoleh ke arah sumber suara tersebut dengan penuh kewaspadaan. Ia sepertinya mengenali asal sumber suara tersebut. Hyena menggigit bibirnya ketika menyadari siapa yang akan dihadapinya saat ini.
"Sudah berapa kali saya bilang. Jangan pakai rok yang panjangnya diatas lutut! Dan baju apa ini?! Kenapa seragam kamu ketat sekali!" kata Pak Rinaldo, guru sejarah.
'Aduh. Gue lupa hari ini pelajaran pertamanya itu si bapak kolot ini. Tau gitu, gue lari deh tadi. Gak nyantai!' gerutu Hyena didalam hati.
"Ya ampun, Pak. Ini bukan seragam ketat, tapi seragam yang nge-pas dibadan. Masa saya mau pake yang gombrong-gombrong. Kayak emak-emak dong saya, gak cantik. Dan rok dengan panjang segini itu gaul pak," ucap Hyena untuk membela diri.
"Kamu ini... berani sekali menjawab. Ini bukan lagi ulangan. Jadi saya gak butuh jawaban kamu. Kamu hanya perlu mengikuti peraturan ketika berada di sekolah. Lain kali kamu tidak akan saya ijinkan masuk ke kelas saya dengan pakaian seperti ini," ucap Pak Rinaldo dengan tatapan tajam.
"Oke pak," jawab Hyena dengan santai. Kemudian ia berjalan menuju tempat duduknya.
Pak Rinaldo langsung mengambil posisi berdiri dihadapan anak muridnya. Hanya dengan tatapan tajamnya selama beberapa detik, suasana kelas menjadi hening. "Baik. Sebelum memulai pelajaran, saya akan menginformasikan bahwa hari ini akan ada murid baru yang berasal dari Bali," kata Pak Rinaldo.
Suasana kelas seketika langsung menjadi ribut mendengar informasi yang diberikan Pak Rinaldo. Semua anak-anak kelas menjadi penasaran akan sosok siswa baru tersebut.
"Tenang! Tenang semuanya! Saya belum selesai! Dengarkan saya!" teriak Pak Rinaldo sambil memukul meja agar keributan di kelas berhenti.
Mendengar nada suara Pak Rinaldo yang cukup tinggi dan ekspresi wajahnya yang sangat galak, suasana kelas menjadi hening kembali. Tidak ada siswa yang berani berbicara ketika guru galak ini telah memberi perintah untuk diam.
"Saya akan meperkenalkan murid Tersebut. Andrew silahkan masuk," kata Pak Rinaldo sambil menatap kearah pintu.
Seorang siswa dengan paras tampan, kulit putih, tinggi 175 cm, badan atletis, dan dengan ekspresi yang dingin berjalam memasuki ruangan kelas itu. Ia berdiri didepan kelas dengan rasa percaya diri. Tanpa keraguan ia mulai memperkenalkan dirinya.
"Hai. Nama saya Andrew. Sebelumnya saya dari SMA Harapan Mulia di Bali," kata Andrew memperkenalkan diri.
Beberapa wanita langsung berbisik mengomentari penampilan murid baru tersebut. Ketampanannya membuat banyak anak perempuan yang ada di kelas itu terpesona. Namun, Hyena jusru malah mengerutkan dahinya. Hyena merasa tidak asing dengan sosk murid baru tersebut.
Wajah Andrew sepertinya pernah Hyena lihat disuatu tempat. Hyena terus berpikir dan menggali ingatannya, berusaha mengembalikan memory tentang sosok siswa baru yang sekarang sedang berdiri di depan kelasnya.
'AAHH! Aku ingat! Dia pelayan kafe minggu kemarin! Astaga, kok bisa sih dia masuk sekolah ini,' ucap Hyena dalam hati kebingungan.
SMA Pelita Abadi adalah sekolah untuk golongan ekonomi atas. Bahkan siswa-siswa nya sebagian besar adalah calon pewaris dan pemimpin perusahaan keluarga mereka. Sekolah ini tidak pernah menyediakan beasiswa. Untuk apa beasiswa bagi kalangan orang kaya?
Hyena bukan tipe orang yang memandang dan membedakan status sosial ekonomi seseorang. Namun, ia benar-benar penasaran dengan latar belakang Andrew. Pelayan yang ia lihat di kafe Gladenys minggu kemarin dan hari ini sedang berdiri di hadapannya sebagai siswa baru dikelasnya.
"Hai Andrew. Mau tau dong tentang perusahaan keluargamu dibidang apa?" tanya Hyena dengan tersenyum.
"Iya dong mau tau kita," tanya Mirna dengan senyum menggoda.
"Saya hanya seorang pelayan kafe," jawab Andrew dengan ekspresi datar dan tanpa beban.
Semua orang di ruangan itu menjadi terkejut mendengar jawaban Andrew, termasuk Hyena. Hyena melihat Andrew benar-benar tanpa beban mengucapkannya. Seolah fakta itu memang bukan menjadi sebuah masalah baginya.
'Gila nih orang! Jujur amat! Beneran gak sih dia pelayan?' tanya Hyena didalam hati.
"Ah mana mungkin pelayan bisa sekolah disini. Jangan-jangan lo gak mau share aja. Lucu ah bercandaan lo," kata Redi.
"Saya hanya seorang pelayan kafe." Andrew mengulangi jawabannya.
"Terus nama keluarga lo siapa? Emang di akte kelahiran lo cuma satu kata doang?" tanya Mirna penasaran.
Mirna sengaja menanyakan hal ini, karena latar belakang seseorang bisa diketahui hanya dari nama belakang keluarganya. Misalnya seluruh sekolah bisa langsung kalau Hyena merupakan pewaris Marvine Group hanya dari nama 'Marvine' yang disematkan dibelakang namanya.
"Ya. Nama saya hanya Andrew. Satu kata saja," jawab Andrew singkat.
Pak Rinaldo langsung menghentikan perbincangan tentang latar belakang Andrew. Ia memukul meja dengan penggaris yang ada ditangannya untuk menenangkan kembali suasana kelas yang berisik.
"Sudah-sudah. Kalian jangan memandang manusia hanya dari status sosial ekonominya. Cukup tanya-tanya tentang hal itu. Baiklah, Andrew silahkan kamu duduk disamping Hyena. Itu tempat duduk kamu," kata Pak Rinaldo sambil menunjuk kearah kursi disamping Hyena yang kosong.
'Oh My God!' kata Hyena yang terkejut akan takdir yang ia terima. Bisa satu kelas dan bahkan satu meja dengan waiter yang ia temui seminggu yang lalu di kafe Gledenys.
Andrew berjalan dengan ekspresi yang dingin menuju meja Hyena yang terletak dibarisan paling belakang. Dengan senyum manis, Hyena menyambut Andrew dan berusaha menyapanya dengan hangat. Meskipun tidak ada tanda-tanda keramahan diwajah Andrew.
"Hai. Wah benar-benar kejutan lo ada disini dan satu meja dengan gue," kata Hyena sambil tersenyum ramah.
Andrew hanya diam dan tak menghiraukan perkataan Hyena. Matanya fokus menatap dan mendengarkan Pak Rinaldo. Andrew benar-benar terlihat tidak tertarik meladeni Hyena.
"Gue benar-benar bingung, kenapa lo bisa bersekolah disini. Bukannya gue merendahkan pekerjaan lo sih, tapi gue cuma bingung aja kenapa pelayan bisa sekolah disini," kata Hyena.
Andrew masih tetap tak menghiraukan Hyena dan fokus pada Pak Rinaldo.
"Atau jangan-jangan lo kabur dari keluarga lo di Bali dan nyamar jadi pelayan? Emphhh... atau lo jadi pelayan cuma iseng-iseng aja, belajar hidup susah? Atau lo lagi kena hukuman jadi pelayan dari keluarga lo?" tanya Hyena dengan kalimat pertanyaan bertubi-tubi.
Andrew akhirnya merasa terusik dengan perkataan Hyena dan akhirnya mulai meresponnya dengan sebuah kalimat singkat. Kalimat yang menggambarkan semua yang ia ingin sampaikan kepada Hyena.
"It's not your business," jawab Andrew dengan tatapan tajam.
"Oke baiklah." Hyena pun menyerah. Ia menangkap maksud Andrew kalo dia tidak ingin diganggu dan menjawab pertanyaannya. Dengan ekspresi cemburut dan kesal, akhirnya Hyena mulai memalingkan tatapannya kedepan dan memperhatikan pelajaran Pak Rinaldo.
Selama pelajaran berlangsung Hyena hanya diam dan merasa bosan. Andrew tidak mau diganggu. Andrew tidak mau diajak ngobrol maupun mendengar suara obrolan. Karena hal itu, Hyena benar-benar merasa bosan.
'Belajar memang penting sih. Tapi kalo belajar diem kayak patung gini, mana asik!' gerutu Hyena dalam hati.
Dengan tidak sabar hyena menunggu jam istirahat tiba. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu Rey, pacarnya selama hampir satu setengah tahun ini.
"KRIIIIINNNGGG!" Bel tanda istirahat berbunyi.
Hyena langung segera merapikan buku-buku di mejanya dan pergi menuju ke kelas pacarnya di XI IPA 1, kelas Rey Hutomo. Hyena meninggalkan Andrew sendirian yang terlihat masih sibuk merapikan buku-bukunya.
Kekasih Hyena merupakan pewaris dari Hutomo Group, Perusahaan yang bergerak di manufacturing soap & detergent. Wajahnya tampan, tinggi 170 cm, badan atletis, dan latar belakang keluarganya konglomerat. Rey tentu saja menjadi sosok pacar yang sempurna di sekolah. Gadis mana yang tidak mengidamkan menjadi kekasihnya.
Hyena sudah berpacaran sejak mereka mulai masuk SMA Pelita Abadi. Mereka bisa dibilang pasangan yang ideal. Hyena memiliki wajah yang cantik, tinggi 165 cm, dan badan bak top model. Hal ini bisa dianggap wajar, karena keluarga Hyena memiliki Perusahaan media televisi dan cetak, sehingga Hyena sangat mempedulikan penampilannya.
"Hai sayang. Makan yuk," ajak Hyena yang langsung duduk dihadapan Rey.
"Yuk. Sebentar... Aku beresin buku-buku dulu." Rey mulai membereskan buku-buku nya. Setelah menunggu beberapa menit, Rey langsung menggandeng Hyena menuju kantin.
"Mau makan apa?" tanya Rey.
"Emmphhh. Mau makan apa ya," kata Hyena yang mulai berpikir.
"Bakso?" tanya Rey.
"Boleh deh," jawab Hyena sambil merangkul manja pacarnya itu.
Hyena dan Rey langsung duduk dikursi yang selalu mereka tempati seperti biasanya. Seluruh murid telah mengetahui hal ini dan tidak ada yang berani menempati kursi itu. Padahal mereka tidak pernah mencap kursi itu dan melarang orang lain menempatinya.
Rey membawa makanan yang dipesannya dan menaruhnya diatas meja. Mereka mulai menikmati santapan bakso hangat dengan kuah sedikit pedas. Seperti biasanya, Hyena menceritakan apapun yang telah terjadi hari itu kepada Rey.
"Yang, kamu tau gak ada anak baru di kelasku?" tanya Hyena.
"Tau kok. Kenapa?" tanya Rey balik.
"Orangnya aneh deh. Jutek gitu. Aku ajak kenalan dan Tanya-tanya tentang dia, eh dia gak mau jawab," cerita Hyena dengan ekspresi kesal.
"Mungkin dia tipe orang yang tertutup, yang. Makanya malas cerita," kata Rey sambil mengaduk orange juice miliknya.
"Masa sih. Menurutku Dia malah punya wajah yang sombong. Padahal gak ada yang bisa di sombongin juga."
"Kok gitu?" Rey mulai terlihat bingung. Namun belum sempat Hyena menjawab, tampak di sudut kantin terjadi keributan.
Seluruh orang yang ada dikantin menatap kearah sumber keributan itu, termasuk Hyena dan Rey. Mereka tertarik melihat apa yang sedang terjadi disana.
"Hai waiter tampan. Layani kita dong," rayu Linda yang diiringi tawa murid-murid yang lain.
"Kok diam aja sih. Aku pesan Spagheti ya. Tolong antar ke meja yang disana," ucap Linda.
"Cantik-cantik tapi gak punya otak yah," kata Andrew dengan nada ketus dan tatapan yang tajam.
"What?! Siapa lo berani-beraninya ngatain gue kayak gitu?!" Linda mulai emosi mendengar perkataan Andrew itu.
Andrew bangun dari kursinya, mendekati Linda, dan mulai berbisik kepadanya dengan nada pelan tapi menusuk. "Kalo lo punya otak, harus nya lo tau sekarang gue lagi di sekolah, bukan tempat kerja. Kalo gue lagi jadi murid, dan bukan lagi jadi waiter. Dan kalo lo punya otak, harusnya lo tau gue gak mau diganggu," bisik Andrew yang kemudian langsung berjalan pergi meninggalkan linda.
Seketika semua mata langsung menatap sendok di meja linda yang dipatahkan Andrew. Mereka takjub dengan kekuatan cengkraman tangan Andrew dan emosi yang ditunjukannya. Semua yang melihat itu langsung bisa merasakan kharisma kuat yang dipancarkan Andrew.
"Guys, coba lihat! Sendok linda itu bengkok dan hampir patah! Wah, tangan tuh orang kuat banget!" kata Tina dengan takjub.
"Wah sepertinya dia benar-benar emosi, Lin. Untung bukan tangan lo yang dipatahin sama dia," ucap Mario.
"Aiissshh. Diam kalian semua!" Linda marah dan mulai pergi meninggalkan kantin. Linda terlihat kesal karena justru malah ia yang menjadi bahan ledekan orang-orang.
Hyena menatap Rey dengan padangan bergidik. Hyena tidak pernah bertemu dengan orang yang bersikap seperti Andrew. Dingin, tidak banyak berbicara, tidak ramah, dan menjaga jarak dengan orang lain.
"Yang, orang aneh itu duduk semeja denganku lho di kelas. Gimana kalo semua pulpen ku dipatahkan sama dia?" tanya Hyena takut.
"Makanya kamu jangan cari perkara sama dia. Kayaknya sih dia bukan tipe pria yang marah tanpa alasan dan gak nyakitin wanita. Kenapa juga dia gak nyakitin Linda aja? Kenapa juga sendok? Itu cuma hanya buat peringatan aja, supaya mereka jangan mengganggunya," kata Rey sambil tersenyum.
"Kamu ngomongnya kayak kenal sama dia aja," ucap Hyena yang mulai curiga. Rey hanya tersenyum dan menghabiskan sisa makanannya.
"Yuk kita balik ke kelas, sebentar lagi waktu istirahat habis," kata Rey sambil menarik tangan Hyena untuk beranjak pergi dari kantin.
Hyena diantar Rey ke kelasnya, walau sebenarnya ia masih ingin berlama-lama berdua dengan Rey. Namun, Hyena hanya bisa melambaikan tangan ketika Rey pergi meninggalkannya. Setelah menatap beberapa detik punggung kekasihnya yang telah pergi menjauh, ia mulai masuk kedalam kelas.
Sementara Rey mulai mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan chat Line ke seseorang sambil berjalan menuju toilet.
Rey Hutomo
Ada yang ingin gue sampaikan. Gue tunggu didepan toilet pria sekarang.
Pesan yang dikirimkannya hanya dibaca tanpa dibalas. Namun, Rey memutuskan menunggu orang itu dan berdiri disamping toilet pria. Ia menyenderkan punggungnya ke tembok sambil memandang ke sekeliling. Siapa tau sosok yang ditunggunya muncul dan menghampirinya.
Beberapa saat kemudian seseorang yang ditunggu Rey muncul dan berjalan ke arahnya. Rey tersenyum menyambut kedatangan orang tersebut. Orang yang ia rindukan kehadirannya selama ini.
"Hai bro! Kenapa lo gak bilang-bilang kalau masuk sekolah ini? Parah lo! Kalo gue tau, pasti gue bakalan nyambut lo dengan pesta. Oh ya, gimana kabar lo?" tanya Rey sambil menepuk pelan pundak orang itu.
"Kalau gue tau lo ada disini, gak mungkin gue masuk sekolah ini," jawab orang itu ketus.
"Please, Ndrew. Kita udah tiga tahun gak ketemu. Gue happy banget bisa ngeliat lo dan satu sekolah sama lo," kata Rey.
"Tapi gue gak happy ngeliat lo. Gue bersedia ketemu lo saat ini cuma pengen bilang satu hal. Jauhi gue dan anggap lo gak pernah kenal gue!" ucap Andrew dengan penuh amarah.
"Lo masih kayak gini ke gue gara-gara kejadian tiga tahun lalu? Cuma gara-gara itu? Kita sahabatan dari kecil, Ndrew." Rey mencoba merangkul pundak Andrew untuk membujuknya berbaikkan. Akan tetapi Andrew justru menjauh dan menepis tangan Rey dengan kasar.
"Gak usah lo deket-deket gue! Kesalahan lo itu udah ngebuat hidup gue berubah total. Buat lo itu cuma, tapi buat gue kejadian itu berdampak besar. Udah lah, males gue ngomong berlama-lama sama lo!" kata Andrew sambil mendorong tubuh Rey menjauh darinya.
"Tapi Ndrew...."
Andrew meninggalkan Rey sendirian tanpa mendengarkan kelanjutan ucapannya. Sementara Rey hanya bisa menatap kepergian sahabatnya itu dengan sedih.
Rey berjalan kembali ke kelasnya dengan ekspresi murung. Rey sedih melihat dan mendengar respon Andrew seperti itu. Dibenaknya ia masih tidak bisa memahami alasan kenapa Andrew begitu membencinya.
"KRINGGGG!!!!" Bel tanda istirahat telah selesai berbunyi.
CONTINUED