Touch

1212 Kata
Niel kembali berbaring sambil memegangi perutnya. " Sakit banget ya pak? Saya panggilin dokter ya pak?" tanya Bella sendu. " Ambilkan saya obat pereda nyeri saja. Kotak obat ada di dapur" ujar Niel. Bella lalu menuju dapur dan mencari kotak obat yang Niel maksudkan. Ia lalu mencari obat yang telah dikelompokkan ke dalam kotak-kotak kecil yang telah diberi label sesuai fungsinya. " Obat sakit gigi, obat mual, obat demam. Ah, ini kayaknya aku butuhin. Obat pereda nyeri yang mana ya?. Ah, ini dia." racau Bella sendirian. Ia lalu berlari menuju Niel yang masih nampak kesakitan. " Ini pak. Bapak udah makan malam?" Niel.menggeleng. " Tapi tadi di rumah mama, saya sempat makan." " Sebelum bapak ke kafe?" " Tadi sepulang dari supermarket" " Itu bukan makan malam pak. Itu makan siang menjelang sore. Bapak makan dulu ya" " Nggak ada makanan" " Tapi kan ada saya, bentar ya. Obatnya jangan di minum dulu. Saya nggak lama kok" Bella berjalan setelah mendapat persetujuan dari Niel yang mengangguk lemah. Tak lama kemudian, Bella muncul dengan sepiring nasi goreng di tangannya. " Ini pak. Makan dulu" " Perut saya sakit." " Dan akan semakin sakit kalau bapak nggak makan. Makan dulu, trus bapak minum obatnya. Ayo pak, buka mulutnya" ucap Bella sambil menyodorkan sendok berisi nasi goreng ke depan mulut Niel. " Ayo dong pak, kalau bapak nggak mau makan, bapak akan kesakitan. Nanti lambung bapak akan makin sakit" " Saya nggak sakit lambung. Saya nggak maag. Perut saya----" Dengan sigap Bella langsung memasukkan satu sendok nasi goreng tadi ke dalam mulut Niel. " Kok nggak di kunyah?" Kening Niel berkerut. " Apa? Bapak kira saya ngeracunin bapak? Ya ampun pak, saya nggak sejahat itu. Nih, lihat. Saya juga makan" tutur Bella sambil menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya tanpa sadar jika Niel memeprhatikannya memakai sendok bekas miliknya. " Kan, saya masih hidup. Bapak kunyah aja. Ini enak kok. Saya cukup kompeten kalau soal masak- masak sih" Niel kemudian mengikuti saran Bella dengan memakan makanannya. " Bentar ya pak, say ambilin sendok yang baru" " Nggak usah. Itu saja" " Tapi ini bekas saya pak" " Saya mau minum" ucap Niel hendak menghentikan perdebatan masalah sendok. " Suapin saya lagi" ucapnya setelah meneguk air hangat dari Bella. Bella pun dengan hati-hati kembali menyuapkan makanan kepada Niel bahkan menyeka sudut bibir Niel yang sedikit basah. Entah mengapa hati Niel menghangat dengan perhatian dari Bella saat ini. Bella terlihat telaten mengurus dirinya. " Saya sudah kenyang" " Dikit lagi ya pak. Sayang loh ini masih ada satu suapan lagi" " Saya sudah kenyang. Saya nggak bisa lagi. Perut saya bisa makin sakit" Bella nampak sedih lalu memasukkan satu suapan terakhir tersebut ke dalam mulutnya dengan santai. " Sayang kalau harus di buang" ucapnya lalu kembali mengambilkan minum untuk Niel. " Sekarang, bapak minum obatnya ya. Ini obat demam, ini pereda nyeri" " Kamu yakin?" Bella nampak tersenyum. " Bapak kok nggak percaya banget sih sama saya. Memangnya saya kelihatan jahat ya pak?" " Iya" Bella lalu melirik sinis pada Niel. " Sini obatnya" ucap Niel kemudian memasukkan obat yang Bella serahkan padanya. (" Ya ampun ni orang lagi sakit aja ganteng gini. Minum air aja udah kayak iklan aja!") batin Bella menatap leher Niel yang bergerak menengguk air putihnya. " Ya sudah, bapak istirahat ya. Saya beresin dapur dulu“ Bella lalu meninggalkan Niel yang nampak mulai memejamkan matanya meski tangannya masih berada di atas perutnya. Setelah membersihkan dapur dan bekas makan milik Niel, Bella lalu nampak senyum-senyum menatap sendok yang tadi ia dan Niel gunakan untuk makan. " Sadar, Bella... Sadar. Dia cuma lagi sakit. Nggak sadar dengan apa yang dia lakuin" ujar Bella sambil menggeleng- gelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran anehnya. Bella lalu kembali ke ruang tengah dan mendekati Niel yang nampak sedang tertidur. Ia mematikan lampu ruangan yang ada disitu dan menyalakan lampu baca yang berada di sudut sebelah kursi di depan Niel. Bella lalu sedikit membungkuk untuk memeriksa kening Niel dan kemudian menyeka keringat halus yang ada di kening pria tersebut dengan lembut. " Pak, saya pulang dulu ya. Kalau bapak butuh sesuatu, bapak boleh telepon saya kalau mau. " bisik Bella pelan. Entah di dengar oleh Niel atau tidak tapi ia hanya ingin pria tersebut istirahat. Bella sebenarnya tidak tega untuk meninggalkan Niel, hanya saja ia tidak ingin kehadirannya malah mengganggu Niel yang nampak butuh istirahat. Bella lalu kembali menegakkan tubuhnya hendak pergi, namun belum lagi kakinya sempat melangkah, tangan besar Niel tiba- tiba menarik tangannya. " Temani saya" ucapnya. " Tapi pak. Saya-- Saya nggak mau mengganggu bapak" " Tidak mengganggu" jawabnya singkat masih menahan tangan Bella. " Ba-- Baik pak" " Bisa bantu saya?" " Apa pak?" " Bisa tekan perut saya yang sebelah sini?" ucap Niel sambil menunjukkan bagian perut yang ia maksudkan. Bella menelan ludahnya dan nampak salah tingkah duduk di sisi Niel. " Kalau bapak...Bapak masih kesakitan, kita bisa ke rumah sakit aja pak. " " Saya sudah agak mendingan. Dan saya rasa lebih enakan kalau perut saya agak ditekan seperti ini. Kamu bisa kan?" " Atau bapak mau saya panggilin asistennya?" " Kenapa?" tanya Niel dengan kening berkerut. " Kamu nggak mau? Rumah Rully jauh dari sini. " " Ba-- Baik, pak. Saya bisa...Saya bisa" Bella dengan ragu meletakkan tangannya di atas perut rata dan keras milik Niel. Jantungnya di dalam sana bahkan berdetak tujuh kali lipat dari biasanya karena membayangkan apa yang ada di balik kaos putih yang tengah ia sentuh tersebut. " Be-- Begini pak?" tanya Bella memastikan bagian perut yang ia tekan adalah yang Niel maksudkan. " Sebelah sini. Dan tekan agak keras kayak gini" ujar Niel sambil meraih tangan Bella dan menumpuknya dengan telapak tangannya agar tekanan yang Bella berikan lebih terasa. Bella kembali menelan ludahnya saat merasakan Niel seperti menggenggam telapak tangannya. *** Cahaya matahari memasuki ruangan yang di d******i kaca tersebut dan membangunkan Bella yang masih merasa sedikit mengantuk. Namun, betapa terkejutnya Bella saat mendapati dirinya duduk sambil bersandar pada d**a bidang Niel dengan tangan yang memeluk pinggang pria tersebut dengan nakalnya. Ia lalu melirik pada satu lengan Niel yang juga melingkar manis di balik pinggangnya. Bella menutup mulutnya dengan telapak tangan dan mata yang membelalak. Bella lalu melepaskan pelukannya dan juga pelukan Niel dari tubuhnya dengan gerakan sehalus dan seperlahan mungkin agar tidak membangunkan pria tersebut dan membuat mereka berdua akan sangat malu. Bella lalu berjalan menuju dapur dan membuatkan segelas teh hangat untuk Niel dan juga beberapa roti bakar. Bella kemudian membawanya dengan nampan dan meletakkannya di meja dekat Niel yang masih tertidur. Bella nampak mencari keberadaan tas dan jaketnya semalam dan dengan cepat mengenakannya. Dan setelah memesan ojek online, Bella bersiap untuk meninggalkan rumah tersebut. Baru saja Bella hendak meninggalkan ruangan itu, ia lalu kembali dan mendekati Niel yang masih tertidur. " Jangan sakit lagi ya pak" ucapnya sambil memberikan satu kecupan manis di kening Niel. " Ya Tuhan, gue kenapa sih?" ucap Bella sambil berjalan sangat cepat meninggalkan rumah milik Niel. Setelah mendengar bunyi pintu yang tertutup rapat, Niel langsung membuka matanya dengan senyum manis yang sekuat tenaga dikulumnya. Ia lalu melirik pada secarik kertas yang Bella tuliskan di dekat sarapannya. --" Makan ya pak. Nanti saya datang lagi. Saya ada urusan sebentar. Jangan sakit lagi ya pak"-- Dan seketika mood Niel berubah menjadi sangat baik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN