“Pagi, Bun!” ucap Faro pada Rani.
“Pagi juga, Sayang.”
“Ayah sama Mbak Zella mana, Bun?”
“Kalau ayahmu masih sibuk dengan ikannya, kalau mbakmu gak tau deh tumben belum turun sarapan,” ucap Rani.
“Maklum saja Bun, ini kan hari libur. Pasti Mbak Zella tidur lagi setelah selesai sholat subuh,” ucap Faro.
“Benar juga. Kamu hari ini mau kemana, Ro?”
“Dirumah saja Bun. Pingin manja-manjaan sama Bunda,” ucap Faro.
“Sudah berseragam putih biru, masih saja manja sama Bunda,” ucap Ridwan yang baru saja datang.
“Lah mending Yah. Daripada Ayah, sudah tua kalau nyosor Bunda tidak tahu tempat,” ucap Faro.
Dan hal itu membuat Rani mendelik kearah suaminya, yang benar saja. Masa iya kelakuan sang suami pernah dipergoki oleh anaknya?
“Faro, kamu ngomong apa?” tanya Rani.
“Ish, tidak usah malu gitu, Bun. Mata kami ini sejak kecil sudah tidak suci. Kebanyakan melihat adegan dua satu plus plus,” ucap Zella seraya duduk disebelah Faro.
Kini giliran Huda yang melotot, untung saja ia sedang tidak makan atau minum saat anak gadisnya mengatakan hal seperti itu.
“Gara-gara kamu ini, Mas!” ucap Rani menyalahkan suaminya.
“Kok aku sih? Kamu juga menikmatinya kan, seharusnya kamu menghindar dong pas aku nyium kamu,” ucap Huda.
“Nah kan, apa lagi ini telinga. Sudah tidak perjaka lagi sejak kecil, selaku mendengar ucapan yang uwuuuwww dari kalian,” ucap Faro.
“Faro!” teriak Rani dan Huda serempak.
“Sok-sokan melarang kami pacaran, tapi setiap hari disuguhkan edukasi gratis,” ucap Fazella
“Awas kalau kalian–“
“Tenang saja, Yah. Kita tidak mau pacaran dulu. Pasalnya kita tidak semesum Ayah dan Bunda yang tidak tahu tempat ini. Ahh aku jadi ragu saat mengingat kisah cinta kalian. Yang benar saja dulu Ayah cuek sama Bunda. Sangat meragukan,” ucap Fazella menggoda kedua orang tuanya.
Sementara Rani dan Huda salah tingkah mendengar ucapan anak gadisnya. Ya mereka memang menceritakan bagaimana mereka bisa bersama hingga saat ini. Awalnya anak-anaknya tersentuh akan kisah mereka, tapi sepertinya sekarang anak-anak mereka sudah tidak tersentuh lagi. Sungguh memalukan ketika tertangkap basah saat tengah b******u, apa lagi anak-anak mereka yang melihatnya langsung.
“Duh, sepertinya kita salah momen Mbak, saat mengatakan itu,” ucap Faro.
“Ah iya, bisa-bisa kita kenyang sebelum makan, Ro,” ucap Zella.
“Aiisshh, kalian ini. Sudahlah ayo sarapan,” ucap Rani.
“Tunggu sebentar. Itu mata kamu kenapa sembab kayak begitu? Kamu habis menangis ya?” tanya Huda.
“Iya Yah. Anak perawanmu ini habis menangis. Karena patah hati sama Oppa Lee Dong Wook gak mau jadi suami aku,” ucap Zella asal. Jawabannya yang asal. Tapi kenyataannya dia patah hati itu nyata adanya, sayangnya ia tak bisa memberitahu hal itu. Bisa-bisa perang dunia kesepuluh yang ada.
“Heleh, jangankan Lee Dong Wook. Lemineral aja ogah dekat-dekat sama kamu,” ucap Faro.
“Ya jelas dong. Kan lemineral maunya dideketin bukan ngedeketin,” ucap Zella tak mau kalah.
“Bismillahirrahmanirrahim–“ ucap Huda tiba-tiba membaca doa untuk menyudahi acara saling ejek yang dilakukan kedua anaknya itu.
Hal itu berhasil menghentikan kedua anaknya yang tengah saling ejek.
“Mama ada telpon kamu gak, Zel?” tanya Rani saat mereka tengah mencuci piring.
“Tidak Bun. Memang kenapa Bun?”
“Katanya Mama mau mengajakmu ke bandara menjemput Mas Fay,” ucap Rani.
“Loh, Mas Fay, pulang hari ini Bun?” tanya Fazella dan diangguki oleh Rani.
“Katanya masih bulan depan.”
“Ya mana Bunda tahu, Zel. Coba kamu telepon Mama sana, tanyakan sudah berangkat belum kebandaranya,” ucap Rani.
Fazella segera berlari kekamarnya untuk mengambil ponsel miliknya dan mencoba menghubungi Ariana. Dan benar saja Fayez sang sepupu akan pulang hari ini, dan ia diminta ikut menjemput kebandara oleh sang Mama. Tentu saja Fazella senang mendengar sepupunya itu pulang, yang pasti oleh-oleh yang dia rindukan.
“Assalamualaikum,” ucap Ariana saat sampai dirumah Rani untuk menjemput Fazella.
“Waalaikumsalam.”
“Zella mana, Mas?” tanya Ariana pada Huda.
“Masih pakai belalai kali, Ma,” Faro yang menjawab pertanyaan Ariana.
“Ish, kamu ini apaan sih. Mau ikut gak?” tanya Ariana.
“Tidak mau, palingan juga kalau aku ikut kalah saing sama Mbak Zella,” ucap Faro. Ya benar saja remaja itu akan kalah dari Zella nantinya, jangankan meminta oleh-oleh. Bicara dengan Fayez saja tidak akan bisa, karena Zella akan memonopoli sang sepupu.
“Ya sudah kalau begitu, kamu di rumah saja,” ucap Ariana.
“Sudah dari tadi, Ar?” tanya Rani.
“Baru saja. Ini anak gadismu lama banget deh dandannya, heran aku,” ucap Ariana.
“Bentar lagi juga turun. Si upil gak ikut, Ar?”
“Ish kamu seperti tidak kenal dia saja, meskipun hari libur dia akan tetap mementingkan adik iparmu itu,” gerutu Ariana.
“Adik iparku berarti adik iparmu juga, Ar,” ucap Huda.
“Lagian kalian itu sudah tua, bukannya menikmati masa tua malah sibuk menumpuk uang,” ucap Rani.
“Ada kaca loh Bun, di rumah ini. Kalau Bunda lupa,” ucap Zella yang baru saja turun.
“Bundamu emang seperti itu, Zel. Dari jaman firaun selalu saja mengatai orang lain tanpa mengaca,” ucap Ariana.
“Sayang aku di ejek sama mereka,” adu Rani pada Huda.
“Aduh, Ma. Sebelum aku muntah ayo kita berangkat kasihan nanti Mas Fayez,” ucap Fazella.
“Ayo.”
Ariana dan Fazella pun pergi meninggalkan kediaman Huda, namun sebelumnya mereka ingin mampir dulu kerumah Viana untuk mengambil sesuatu. Mendengar kata rumah Viana hati Fazella kembali nyeri, mengingat ucapan Adnan kemarin masih terasa menyakitkan baginya. Penolakan secara tidak langsung yang dilakukan Adnan membuat Fazella enggan untuk menemui pria yang selama ini ada dihatinya.
“Zel?”
“Iya, Ma?”
“Kamu baik-baik saja kan?” tanya Ariana.
“Maksud Mama?”
“Kemarin kamu mendengar apa yang diucapkan oleh Adnan kan?”
“Ah, soal itu. Aku baik-baik saja kok, Ma,” ucap Fazella.
“Mama bisa melihat apa yang kamu rasakan Zel. Tidak biasanya kamu langsung lari seperti kemarin. Apa pun yang keluar dari mulut Adnan tidak pernah membuatmu seperti itu. Lalu kenapa kemarin kamu langsung lari tanpa mendengar alasan Adnan mengatakan hal itu,” ucap Ariana.
“Aku hanya sadar diri saja, Ma. Ternyata selama ini aku hanya sebuah pengganggu saja bagi Mas Adnan. Sikapku kemarin itu karena syok saja, Ma. Dan maaf jika aku kemarin membuat kekacauan saat dirumah Ummi,” ucap Fazella menyesal.
“Tadi malam Adnan pergi kerumahmu, tapi ridak ada orang. Bibi bilang kalian belum pulang,” ucap Ariana.
Fazella terdiam mendengar ucapan Ariana. Ya memang kemarin ia berpesan pada bibi siapa pun yang mencarinya bilang saja jika dia belum pulang.
“Apa Adnan tidak meneleponmu?” tanya Ariana.
“Iya, Ma. Hanya saja saat Mas Adnan telepon aku tengah mandi, jadi tidak sempat bicara,” ucap Fazella, tentu saja itu sebuah kebohongan.
“Apa kamu menyukai Adnan ya?”
“Hah! Enak saja, aku lebih menyukai Oppa Lee Dong Wook, daripada Mas Adnan,” ucap Fazella.
“Baguslah kalau begitu. Mama sama Ummi takut jika kamu diam-diam kamu menyukai Adnan.”