Bab. 10

1312 Kata
Entah apa yang membuat perasaan Fazella tidak nyaman, sejak ia pulang dari rumah Ariana, pandangannya terasa kosong. Pikirannya melanglang buana entah kemana. Namun perasaannya tertuju pada satu titik yaitu Adnan. Ia masih berharap kata maaf dari Adnan, tapi sepertinya hal itu adalah hal yang sangat mustahil, ibarat menunggu ayam jantan bertelur. Kini Fazella benar-benar sadar akan keberadaan dirinya di keluarga Setyo Anam. Ia hanyalah pengganggu kenyamanan bagi salah satu anggota keluarga itu. Ya ia juga sadar jika semua yang ada di keluarga itu sangat menyayangi dirinya melebihi anak dan saudara kandung. Namun ucapan Adnan saat itu menyadarkannya posisi dan tempatnya di keluarga itu. Sakit? Ya memang hatinya sangat teramat sakit saat mengetahui sebegitu tidak nyamannya Adnan saat ada dirinya. Jika boleh meminta ia memilih untuk tidak mendengar ucapan itu kemarin, agar ia bisa tetap bermanja dan dekat dengan Adnan. Namun mungkin ini sudah takdir untuknya agar bisa mencari kebahagiaan dilain tempat. Helaan napas mengurai semua pikiran Fazella. Ia mencoba bangkit dan tidak terpuruk oleh rasa sakit hatinya itu. Hingga suara deringan ponsel mengagetkannya. “Halo, Kak Cello. Ada apa sore-sore begini menelepon?” tanya Fazella. “Tidak ada, aku hanya ingin tahu kabarmu saja,” ucap Marcello. “Aku baik-baik saja, Kak.” “Oh iya, bagaimana kalau besok kita jalan-jalan setelah kamu pulang sekolah. Tentunya kamu boleh mengajak temanmu, karena aku juga akan mengajak salah satu temanku juga,” ucap Marcello. “Aku bilang sama Ayah dulu ya, Kak, takutnya tidak boleh,” ucap Fazella. “Oke. Ya sudah kalau begitu aku tutup dulu ya.” Fazella menghela napasnya setelah melemparkan ponselnya kesembarang arah, untung saja ponsel itu mendarat diatas karpet, jadi masih aman. Sebenarnya Fazella mengharapkan telepon dari Adnan, tapi yang sebenarnya malah pria itu sama sekali tidak menghubunginya sama sekali. “Apa aku harus mengubur perasaan ini?” gumam Fazella. “Sepertinya iya, lihat saja, sampai detik ini Mas Adnan tidak meminta maaf atau menjelaskan apa pun padaku. Mungkin semua yang dia katakan waktu itu ada benarnya juga. Dan hal itu juga memang yang dirasakannya. Baiklah Fazella, mulai saat ini kamu harus hidup dalam kenyataannya, kenyataan bahwa pria yang kamu cintai malah tidak melihatmu sama sekali, jadi kamu harus bisa kembali tersenyum seperti sedia kala. Anggap saja apa yang kamu dengar dari mulut Adnan adalah mimpi,” ucap Fazella menyemangati dirinya sendiri. Berbeda dengan Fazella yang mencoba menyemangati dirinya sendiri. Di kediaman Ragarta sudah ramai oleh empat orang pemuda, yaitu Azlan, Ayesha, Fayez, dan Adnan. Ah sebenarnya Adnan hanya duduk melihat kelakuan ketiga orang didepannya itu. Sesekali ia akan tersenyum saat ketiga orang itu melakukan hal konyol. “Itu si balok es kenapa? Meneng ae,” tanya Fayez yang sedari tadi melihat Adnan yang hanya diam tidak seperti biasanya. “Dia patah hati, Fay,” ucap Azlan. “Apa!” pekik Ayesha dan Fayez. “Kupingku masih berfungsi, anjir!” ucap Azlan. “Az! Mulutmu ya!” ucap Viana yang mendengar ucapan anak sulungnya itu. “Maafkan anakmu yang paling ganteng ini ya, Mi. Bibirnya khilaf,” ucap Azlan. “Mana ada ganteng? Gantengan aku juga kemana-mana.” Semua orang melongo mendengar ucapan Adnan. Mereka berpikir, ternyata es balok juga bisa narsis. “Kalau kamu ganteng, otomatis nih bocah juga ganteng. Jangan lupa kalian itu bak pinang dibelahan dunia,” ucap Fayez. “Dibelah dua Pak De. Bukan belahan dunia,” ucap Ayesha meralat ucapan Fayez. “Loh Yes. Belahan dunia. Azlan di garis khatulistiwa sedangkan Adnan di kutub Utara,” ucap Fayez. Semua yang mendengar ucapan Fayez pun tertawa. Benar juga apa yang diucapkan oleh anak semata wayangnya Ariana dan Ridwan itu. Meskipun Azlan dan Adnan saudara kembar tapi sikap dan watak mereka beda. “Mau ngumpat takut dosa,” ucap Adnan. “Sudah-sudah. Sekarang kalian makan sini. Ini sudah siap makanannya,” ucap Viana. Keempat anak muda itu pun berjalan ke meja makan, terkadang Azlan dan Fayez saling menggoda dan mengejek. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, anak Ummi yang imut dan cuaaanntiikkk tiada tara datang kembali setelah tiga hari tidak muncul, apa ada yang rindu?” teriakan seorang gadis membuat semua orang menoleh kearah gadis yang kini tengah tersenyum cerah. “Fa–“ Adnan tidak jadi melanjutkan ucapannya karena sang Ummi langsung mendatangi gadis itu. “Aduh Ummi, sakit Mi,” teriak Fazella yang mendapatkan sebuah cubitan di lengannya. “Kamu ya. Kenapa kapan hari main pergi saja heh? Gak sopan banget,” ucap Viana. “Sepurane Ndoro Ratu. Kulo kapan ndinten lagi syok,” ucap Fazella seraya menangkupkan kedua tangannya diatas kepala dan menunduk. “Heleh lambemu. Sudah sana ikut makan,” ucap Viana. Fazella pun berjalan dengan riang kearah meja makan. Melewati Adnan begitu saja tanpa menoleh dan tanpa menyapa. Sementara Adnan menghela napasnya melihat sikap Fazella. “Mungkin ini lebih baik,” batin Adnan dan melanjutkan memakan makanannya. “Tadi katanya besok ulangan dan tidak mau menginap disini,” ucap Ayesha. “Memang yang bilang aku mau menginap siapa, Mbak?” tanya Fazella. “lah. Ngapain kamu kesini kalau begitu?” tanya Ayesha. “Ayes, kamu apa-apaan sih? Masa Zella kesini ditanya mau ngapain,” ucap Ragarta. “Habis aku tuh kesel Bi. Masa tadi katanya gak mau nginep disini. Lah ini tiba-tiba muncul disini,” ucap Ayesha. “Aku melupakan seseorang disini Mbak,” ucap Fazella. Adnan menghentikan suapannya saat mendengar ucapan Fazella. Sekilas melirik gadis itu yang terus saja tersenyum, tapi bukan kepadanya. Sementara Azlan diam-diam melirik adiknya yang sedari tadi merasa tidak nyaman dengan Fazella. Mungkin karena adiknya itu belum meminta maaf pada Fazella. “Siapa?” tanya Ayesha. “Mas fayez, lah. Oleh-oleh untukku belum diberikan,” ucap Fazella. Seketika itu juga ada rasa kecewa dihati Adnan. Ternyata bukan dia seseorang yang dimaksud oleh Fazella. “Siapa suruh tadi langsung minta pulang? Untung aku membawanya kesini,” ucap Fayez seraya berdiri namun dicegah oleh Ragarta dan memintanya makan dahulu sebelum membagi oleh-oleh. Dengan sedikit perasaan tidak nyaman, Fazella tetap memaksakan untuk tersenyum agar terlihat baik-baik saja didepan Adnan. Sejujurnya ia sangat tidak nyaman dan tidak mau datang kerumah ini. Namun Fazella mengingat jika Viana dan Ragarta sangat menyayangi dirinya, hingga ia tidak bisa mencampur urusan hatinya dengan keluarga ini. Meskipun ada bagian dari keluarga ini yang membuatnya patah hati. Sejak pertama kali datang tadi, Fazella mencoba bersikap biasa saja, tapi dengan catatan ia bertekad akan menjauhi Adnan, agar pria itu tidak merasa terganggu dengan kehadirannya. Sesekali ia melirik kearah Adnan yang duduk disebelah Ragarta, dan yang Fazella lihat pria itu tidak melihatnya sama sekali. “Aku sudah selesai, dan perutku sakit. Jadi maaf aku haru ke kamar mandi dulu,” ucap Adnan. “Tuh bocah kenapa sih?” tanya Fayez yang sejak datang melihat sikap aneh Adnan. “Waktu dua tahun bisa mengubah seseorang, Nak. Mungkin dia tengah ada disebuah fase dimana dia sedang berada ditengah pusaran kehidupan,” ucap Ragarta. “Kayaknya dia benar-benar patah hati,” ucap Azlan. “Memang Adnan punya pacar?” tanya Viana. “Ada Mi. Tapi gadis tersayangnya sedang pergi menjauh darinya,” ucap Azlan seraya melirik kearah Fazella. “Memang dia siapa?” tanya Fayez penasaran. “Pokok ya gadis itu sangat cantik, tapi sayang dia pergi sementara dari hati Adnan,” ucap Azlan. “Siapa sih dia? Kasih tahu kami dong Az,” ucap Ayesha. “Gak usah kepo. Kalau aku kasih tahu kalian, bisa-bisa mobilku hancur berkeping-keping nanti. Tanya saja sama dia sendiri sana,” ucap Azlan. “Pelit!” cibir Ayesha. Sementara Fazella menggigit ujung bibirnya. Ia mencoba menekan sebuah rasa sakit dan perih yang ada dihatinya. Mendengar Adnan sudah mempunyai seorang gadis, hatinya kembali hancur dan sakit. Seolah tidak ada lagi tempatnya untuk mencintai Adnan. Ternya ia mencintai orang yang sudah mencintai orang lain. “Aku kekamar mandi dulu,” ucap Fazella seraya berlari menuju kamar mandi, sebelum air matanya jatuh dihadapan semua orang. “Kenapa sih mereka berdua? Apa habis keracunan? Kekamar mandi berjamaah,” ucap Viana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN