14 Mulai Inkonsisten

2006 Kata

“Al, aku tuh dukung apa pun keputusanmu asalkan kamu itu bahagia,” ujar Mila saat aku sudah balik ke meja. Belum juga jenak duduk, Mila lagi-lagi menyerangku dengan pertanyaan baru. “Kamu tadi pas cuci tangan lihat cermin enggak, Say?” “Kenapa? Jangan body shaming, ya! Aku yang jalani saja nyantai, kok.” Aku mulai menebak arah pembicaraannya. “Sudahlah, kamu jangan pura-pura baik-baik saja. Fisikmu beda banget, Al. Kapan hari pas jenguk Rheza, pipimu masih kelihatan berisi. Lihat sekarang! Kelihatan ompong, tahu enggak!” ucap Mila emosional. “Kamu berhak bahagia, Al.” “Maksudmu, Kamu menyuruhku bercerai, Mil?” Entah kenapa yang kutangkap dari pernyataan Mila barusan, perceraian sebagai jalan keluar agar aku bahagia. Padahal, saat memikirkan perpisahan, tiba-tiba dadaku terasa sesak. “E

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN