Bab 01 — Di Renggut Secara Paksa

1425 Kata
"Mmmphhh!" Oksigennya mulai menipis, Lily berusaha mendorong pria yang ada di atas tubuhnya dengan sekuat tenaga. "Lepa- mmhhh!" Tak sebanding dengan kekuatan pria itu, kedua tangan Lily sudah di tekan tepat di atas kepalanya. Sehingga tidak ada lagi bantuan untuk ia berusaha melepaskan diri dari pria bernama Ashvin. Mengetahui jika wanitanya mulai kehabisan napas, Ashvin melepaskan ciuman mereka. Meski sebetulnya ia enggan, karena begitu kecanduan akan bibir manis Lily. "Hah ... tolong! Tol- akhh!!!" Ashvin dengan mudah menarik celana jeans yang di kenakan Lily, menyisihkan celana dalam putih yang menutupi area k*********a. "Kumohon, biarkan aku pergi ...." Lily berusaha bangun, dan berharap Ashvin masih berbaik hati untuk melepaskannya. "Kamu mau kemana, Baby? Tempat kamu di sini," ujar Ashvin dengan lembut dan langkahnya mendekat ke arah Lily. "Apa salahku? Kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini?!" Ashvin tersenyum ramah. "Kesalahan kamu buat aku tergila-gila." Lily berdiri dan berlari ke arah pintu untuk melarikan diri dari kamar iblis tersebut. Melihat sang wanita berusaha membuka pintu, Ashvin sama sekali tidak menghalangi. Sebab pintu kamarnya sudah terkunci rapat. Hanya ia yang tahu dimana letak kunci itu. "Tolong! Tolong, aku!" Lily menggedor pintu menjulang tinggi itu, berharap ada seseorang yang mau membantunya pergi. Ashvin sudah mendekat, ia meraih pergelangan tangan Lily. "Lepas, sialan!" Wanita itu menepis kasar dan mengumpati Ashvin secara sarkas. Karena terus berontak, Ashvin memilih untuk membopong tubuh Lily. Dan melemparkannya ke tengah kasur. "Aaa!!!" Tidak sempat bagi Lily memberontak karena Ashvin bergerak sangat cepat. "Jangan terus memberontak, Ly. Supaya aku tidak kasar padamu." Ada kilatan khawatir di mata Ashvin karena sedikit melakukan hal kasar terhadap Lily. Dada Lily naik turun. Ia masih berusaha untuk kabur, meski sudah tidak ada lagi celah. Alaram peringatan pada otaknya terus berbunyi. Tatapan intens pria itu begitu menakutkan. Ashvin berhasil kembali naik ke tubuh Lily. Dan ia kembali menyerang bibir manis yang sudah menjadi candunya sejak tadi. Dikira Lily mulai pasrah, ternyata wanita itu masih berusaha memberontak. Ia menjambak rambut Ashvin, juga menggigit lidah pria itu. Mendesis kesakitan, Ashvin mulai kehabisan kesabaran. Ia menatap nyalang mata Lily. Mendapat tatapan itu, Lily tau jika ia semakin dalam bahaya akibat perbuatannya. "Lepaskan, aku!" Ia masih kekeh minta untuk di lepaskan. "Tidak akan pernah. Kamu akan tetap bersamaku!" Ashvin menahan kedua tangan Lily. Ia melepaskan dasinya yang ada di leher dengan cepat. "b******k! Lepaskan!" Meski terus meronta, tubuh mungilnya tetap tak sebanding dengan tenaga tubuh tegap sang Ashvin. "CUIH!" Lily meludah tepat di wajah Ashvin. Lagi-lagi Lily berhasil memancing amarah Ashvin. Tanpa mengatakan apapun, Ashvin membuka resleting celana dasarnys, seraya mengapit kedua paha Lily. "Mau apa, kamu?! Menyingkir!" Tangan Lily sudah terikat dengan dasi sehingga tidak ada lagi celah untuknya mengamuk lagi. Ashvin merobek sisi celana dalam milik Lily. Kemudian ia membuka kedua kaki wanita itu agar mengangkang lebar. Menggeleng ketakutan, Lily mulai menangis memohon. "Jangan! Aku mohon, jangan ... jangan lakukan ini ...." Ashvin semakin gelap mata melihat merah merekahnya kelopak kewanitaan Lily. Ia mengarahkan miliknya sudah sudah menegang sedari tadi, untuk menyusup masuk ke lembah surgawi itu. "Tidak! Tidak ... menyingkir! Tidak!" Tangan Lily di cekal lagi oleh Ashvin di atas kepala. Tangisan wanita itu sedikit memberi khawatir juga kasihan di dalam hati Ashvin. Akan tetapi ia harus melakukan ini. Agar Lily tetap bersamanya. "Akh! Tolong ... mmphh!" Ashvin memasukkan perlahan miliknya, seraya meraup lagi bibir Lily. Rasa perih dan tidak nyaman mulai terasa di area sensitif Lily. Benda tumpul dengan ukuran tak biasa mendesak masuk di area sempit miliknya. "Engghhh!" Karena kesulitan juga merasa tak sabar, Ashvin menekan pinggangnya sehingga menancapkan batang perkasanya dalam sekali hentakkan. "NNGHHH!" Lily memekik dalam ciuman Ashvin. Melepaskan ciumannya, Ashvin mengakkan tubuhnya sebentar untuk melihat ke bawah sana. "s**t!" umpatnya melihat ternyata belum masuk dengan sepenuhnya. Masih ada bagian miliknya yang belum masuk. "Sakit ... tolong hentikan ...." Lily sudah melemah, tak sanggup dengan sakit dan perih yang ia rasakan. "Maaf, Baby. Tapi ini belum sepenuhnya." JLEB! "AKH!!!" Lily melotot dengan bulir bening menetes deras. Ashvin menghentakkan lebih kuat dari sebelumnya, juga terasa seperti terjadi robekkan di area sensitifnya. "Hiks ... sakit ... sakit ...." Lily menangis pilu, meratapi nasibnya yang begitu sial. "Maafkan aku ...."Ashvin mengecup kedua mata Lily yang terus mengeluarkan air mata. Mendesis kesakitan, tubuh Lily melemah. Ia merasa jika badannya terbelah dua saat ini. Sangat sakit. Karena Lily yang melemah, Ashvin mengambil kesempatan untuk membuka kemeja hitam hitam yang di gunakan oleh wanita itu. GLEK! Betapa terkejutnya Ashvin melihat bongkahan d**a milik Lily yang di luar ekspetasinya. Wajar saja sejak tadi ia merasa gundukan itu begitu kenyal dan meggumpal. Bra penyangga kedua d**a Lily tidak menampung semua bagian. Mata Ashvin di buat tak berkedip. "Kumohon ... hentikan .... Hiks!" Lily masih memohon agar Ashvin menghentikan aksi gilanya. Di detik berikutnya, Ashvin mengeluarkan bongkahan kenyal itu satu persatu. Ia memainkan p****g bulat yang sangat kecil, dengan warna merah menggemaskan. Bagaimana bisa d**a sebesar ini, justru putingnya sangat kecil? Ashvin membatin lucu juga semakin terangsang. "Unghh!" Tubuh Lily menggeliat karena tindakan Ashvin. Melihat respon Lily, Ashvin pun meremas juga memilin p****g tersebut dengan sangat lembut. Milik mereka berdua masih menyatu, sengaja belum Ashvin gerakkan karena ia ingin membuat Lily menikmati rangsangannya terlebih dahulu. "Enghh ... geli ... ahh ...." Satu desahan lolos di bibir Lily, Ashvin tersenyum penuh arti mendengarnya. "Ahhh! Hentikan, apa yang- ahhh!" Lily menunduk melihat bagaimana Ashvin meraup salah satu buah dadanya. Pria itu menyedot bak bayi kehausan, serta meremas dan memilin sebelah dadanya. "Mmhhh! Stop ... stop ... ahhh ...." Ashvin semakin gencar. Ia juga menyisipkan gerakkan pinggulnya untuk membiasakan penyatuan mereka. "Ahhh!" Lily mengutuk dirinya sendiri, akibat mengeluarkan suara laknat yang tidak seharusnya keluar. Sentuhan Ashvin membuat tubuhnya menggelinjang dan menikmati. Tapi batinya menjerit tidak menerima, dan merasa jijik. Pergerakkan Ashvin semakin teratur. Ia melakukannya sesuai naluri pria dewasa, menikmati tubuh indah sang pujaan hati. "Mmhh! Ahh ... stop ... mmhh ...." "Ogh ... kamu sangat nikmat, Baby ...." Ashvin membisikkan kata-kata manis pada Lily. "Ahh ... ahh ...." Mendesah juga menangis, entah apa penjelasan yang di rasakan oleh Lily saat ini. Ia hancur. Mahkota yang ia jaga selama ini hilang di renggut secara paksa oleh pria yang sama sekali tidak ia kenal. "Agh ...." Ashvin semakin menghentakkan miliknya berulang kali. "Mmhh! Ouh ...." Lily merasa ada sebuah desakkan yang sepertinya akan melegakan jika ia keluarkan. Ashvin tidak lagi menekan kedua tangan Lily. Tangannya tergeletak pasrah di atas kepala, bersama dengan hentakkan nikmat yang di lakukan Ashvin. Kedua d**a montoknya terpantul-pantul seiring hujaman Ashvin. Pemandangan indah itu begitu memabukkannya. "Lily ... you're mine ... agh ...." "Ahh ... ahh ... ahh!" Lily menegang, mendapati sengatan yang begitu dahsyat ia rasakan. "Ogh ... mmhh! f**k!" Ashvin merasakan hisapan pada miliknya dengan sangat ketat. Hal itu membuat ia ikut serta meledak, menyemburkan cairan kental yang sangat banyak. CRRRTTT!!! CRRRTTT!!! Lily merasa hangat pada perutnya akan semburan yang di berikan Ashvin. Rasa sakit juga perih di awal itu seketika hilang, karena mereka melebur bersama. Ashvin menarik diri, ia menyaksikan bagaimana lelehan spermanya melubar keluar dari milik Lily. Terlihat begitu menyenangkan, juga mengangumkan. Merebahkan tubuhnya di sebelah Lily, keduanya sama-sama tersengal. "Terimakasih," ucap Ashvin menoleh ke arah Lily. "b******k! Berani sekali berterima kasih, setelah memperkosaku." Lily berkata tanpa sudi melihat wajah Ashvin. Ashvin tidak menimpalinya lagi. Ia bangun dan membenarkan celananya. "Aku pergi sebentar. Tunggu aku di sini, sampai aku pulang, oke?" ujarnya dengan lembut mengabaikan rintihan Lily yang kembali terisak. Ashvin meraih pergelangan Lily, melepaskan lilitan dasinya. Sedikit memerah, tapi tidak melukai kulit mulus wanitanya. "Aku mau pulang ...." Lily memohon dalam keadaan kacau akibat Ashvin menyetubuhinya. "Rumah kamu di sini, Ly." "Aku mau pulang!" teriak Lily bangun dengan wajah emosinya yang memerah. Ashvin membenarkan tatanan rambut wanita itu. "Jangan buat aku marah. Kamu mau, aku ikat lagi dan aku setubuhi?" Lily semakin menggeram marah. "Pria gila! Lepaskan, aku!" Mendapati Lily yang kasar tidak menurut, Ashvin ikut tersulut emosi dan menaikkan intonasi nada bicaranya. "Menurutlah, Lily! Bersikaplah baik denganku mulai saat ini. Karena kita akan hidup bersama selamanya." Mutlak Ashvin dengan tatapan mengintimidasi Lily. "Apa maksudmu, sialan!" "Besok kita akan menikah." DEG! Lily menegang beberapa saat mendengar ucapan Ashvin. Sadar pria itu beranjak pergi, Lily berdiri untuk mengejarnya. "Tidak! Lepaskan aku. Biarkan aku pergi!" BRAK! Pintu tertutup, Ashvin berhasil keluar dan mengunci Lily di dalam kamar. "TOLONG!" DUG! DUG! DUG! Lily memukul dan menendang pintu itu berkali-kali, demi mendapatkan pertolongan agar ia bisa keluar. "Tolong! Jangan kurung aku, aku mau pulang!" Bersama keadaannya yang kacau, Lily menangis meraung di depan pintu. "Buka pintunya ... aku mohon! Buka .... Hnn ...." Tenaganya terkuras habis. Lily runtuh di lantai, bersimpuh memeluk tubuh ringkihnya yang begitu mengenaskan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN