CHAPTER 3

1647 Kata
Cup Tatiana mencium pipi Damian. Lalu  setelah itu merutuki perbuatannya yang sudah berani berbuat lebih kepada Damian. 'Bodoh, bodoh.... Dasar bibir pengennya nyosor mulu.' Tatiana merutuki dirinya sendiri dalam hati. "Keponakan uncle sudah besar ya." Damian mengacak gemas Tatiana. Tatiana merengut mendengar ucapan Damian yang memanggilnya keponakan. Tatiana hanya berharap satu kali saja Damian melihatnya sebagai wanita, bukan keponakan kecilnya. 'Bodoh banget. Apa yang aku harapkan. Uncle Dami melihatku sebagai wanita, bukan keponakannya? Bangun Tiana, itu ngga mungkin terjadi.' ucap batinnya putus asa. "Hey... Kenapa merengut seperti itu. jelek tahu." canda Damian mencupit pipi Tatiana. "Aw.. Sakit tau." ringisnya, mengelus pipi yang di cubit  Damian. "Kamu ngegemesin. Perasaan baru kemarin uncle gantiin popok kamu. Dan sekarang kamu sudah menjadi anak remaja yang cantik." kata Damian membelai rambut Tatiana. Blush Pipi Tatiana terasa panas. Bukan karena malu karena Damian bilang pernah memakaikan popok untuknya, tap Tatiana tersipu malu mendapat pujian dari Damian yang menyebutnya cantik. Sederhana tapi sangat mengena untuk Tatiana.  Bukankah cinta itu gila? Itulah yang saat ini sedang di rasakan Tatiana.  "Apa sih uncle.... Bikin Tiana malu aja." katanya dengan malu-malu. "Yaudah ah, Tiana mau pulang ganti baju dulu." pamitnya.  "Uncle antar ya." tawar Damian.  "Eh.. ngga perlu. Tiana bisa pulang sendiri naik ojek." tolaknya. "Tidak, biar uncle saja yang antar kamu." kekeh Damian ingin mengantar Tatiana. "Tidak perlu..." Teriak Tatiana menggema.  Sadar dirinya bersikap aneh Tatiana pun meralat ucapannya. "M-mksud Tiana, hari ini uncle mau ketemu klien bukan? kalo gitu, Tiana di antar uncle Dani aja." usul Tatiana.  'Bisa berabe kalo uncle Dami yang antar. Ketauan sudah sandiwaranya.' Batinnya.  "Bener tidak mau uncle yang antar?" tanyanya lagi. "Bener uncle... Tiana pergi dulu ya." pamit Tatiana bergegas meninggalkan Damian sebelum memaksa untuk di antar. Tatiana mencium punggung tangan Damian. "Hati-hati, ingat pulangnya jangan malam-malam. Sepertinya uuncle juga akan pulang telat. Kamu baik-baik dirumah. jangan bukakan pintu selain uncle. Dan ingat jangan aneh-aneh. Atau kamu akan tahu akibatnya."  ancam Damian memberitahu.  Tatiana memutar bola mata malas. Tapi dari pada harus mendengar ceramah Damian, Tatiana memilih menurut. "Siap capten." gurau Tiana sambil hormat ala militer.                 *** Diperjalanan pulang Tiana tidak hentinya menyunggikan senyum membuat Dani yang melihatnya bingung. "Non baru dapet lotre ya." tanya Dani melihat keponakan atasannya seperti orang mengalami gejala kejiwaan. "Ini lebih dari dapet lotre. Dah uncle Dani menyetir saja yang benar ngga usah peduliin Tiana." Tatiana melanjutkan senyam-senyum seperti orang kekurangan asupan sesajen.  'Bisa keluar malem sepuasnya itu lebih dari dapet lotre. Terlebih uncle Dami hari ini pulang telat. Ngga pulang buat sehari juga ngga papa uncle. Maaf ya uncle sayang Tiana bohong kali ini aja. Lain kali Tiana janji ngga bohong-bohong lagi. Kecuali khilaf. Aduh nih bibir masih aja kedutan gara-gara nyium pipi uncle Dami. Baru pipi belom yang lain. Bisa kedutan semua badan gue.' kekehnya dengan memukul bibirnya. Dani yang memperhatikan lewat kaca bergidik aneh melihatnya.            *** Di tempat pesta ulang tahun Wella. "Hey guys." teriak Tatiana menggema di kerumunan saat baru sampai di rumah tempat acara ulang tahun yang di adakan Wela. Menghampiri teman-temannya yang sudah terlebih dahulu datang. "Gila lo, kecil-kecil suara lo kaya speaker dangdutan." celetuk Rio. "Boam.." Tatiana menjulurkan lidahnya tidak peduli. Teman-temannya hanya menggeleng dengan kelakuan ajaib temannya itu.  "Wella nya mana?" tanya Tatiana tidak melihat keberadaan sang empunya pesta .  "Tadi si bilangnya mau ke toilet, tapi sampe sekarang belom keluar." jawab Daniel dateng dengan membawa makanan dan minuman juice di tangannya.  "Eh panu, gue telpon dari tadi ngga diangkat. Ngga taunya udah disini." kesal Bastian yang baru datang.  "Hehe.. Sorry bas gue lupa kalo mau di jemput sama lo. Abis gue buru-buru takut ketauan om gue." jawab Tatiana sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.  "Sarap lo." kesal bastian. "Yaelah Bas, sorry dah, namanya juga lupa. Gitu aja ngambek kaya emak-emak ngga di kasih jatah belaian suaminya." gurau Tatiana. Bastian memutar bola mata. Ia memilih melihat-lihat wanita bergaun ketat dan tipis disekitarnya.  "Hai guys. Sorry nunggu lama, tadi ada problem dikit." kata Wela baru datang dengan cengir ala kudanya.  Bastian memandang Wella dari atas sampai bawah, menilai penampilan wela.  "Ngapain liat-liat, tar naksir baru nyaho." ketus Wella.  Bastian dan Wella, salah satu sahabat Tatiana yang tidak pernah akur satu sama lain. Selalu bertengkar seperti Jerry dan Tom yang memperebutkan sepotong keju bekas gigitan oppa korea. Padahal Tatiana yakin mereka memiliki perasaan satu sama lain. Tapi gengsi mereka yang besar menutupi perasaan mereka.  "Najis, mana mau gue sama lo. Badan kek triplek gitu. Ngga ada volume apa yang mau di pegang." ejek Bastian. Dan langsung di hadiahi tendangan maut tepat pusaka berharganya, masa depannya.  "Ah.. Gila lo, tar kalo biji gue pecah gimana? lo mau tanggung jawab. " kata Bastian sambil menutupi juniornya yang di tendang Wella, mengaduh sakit akibat tendangannya. Yang menendang menjulurkan lidah tidak peduli melihat Bastian mengaduh.  "Stop..." teriak Tatiana nyaring menghentikan perang antara Wela dan Bastian. Teman-teman nya menutup kuping mendengar teriakan Tatiana yang sangat nyaring.  "Gue kawinin juga lo. Ribut mulu." lanjutnya lagi.  "Uwek." ucap Wella dan Bastian bersamaan.  "Najis, mana mau sama playboy cap gayung kek dia. Janda tetangga gue juga mana mau sama dia." ucap Wella.  "Dih.... Gue juga mana mau sama lo tepos. Asal lo tau ya, jangankan janda. Perawan rasa janda juga pada ngejar-ngejar gue." kata Bastian tak kalah sengitnya.  "Paling ngejar gara-gara punya utang." lanjut Wella. "Kaga, kemaren gue nyolong kutangnya buat ngelap sepion motor lupa gue balikin."  "Pantes, dasar cowok m***m. Belum apa-apa udah ngambil kutang."  Tatiana jengah mendengar perdebatan mereka.  "Sekali lagi lo ribut, gue seret lo ke pos hansip biar dikawinin disana." kata Tatiana. Dan berhasil mengentikan perang mulut ala upin ipin.  Wella naik ke atas panggung kecil yang sudah disediakan.  "Tes.. Tes.." ucap Wella memulai untuk bicara. "Thanks buat kalian yang udah dateng ke acara ultah aku di waktu kalian yang sibuk dan yang pura-pura sibuk. Aku harap kalian menikmati hidangan yang ada. Pokoknya makasih banyak udah mau dateng. Sekarang, time to party guys." ucap Wella dengan semangat.  "Yeah.." sorak dari para tamu yang datang.  Musik pun di putar. Dari yang keras hingga yang mellow.  "Tiana, lo naik ke panggung dong nyanyi lagu pake piano noh yang udah disediain." pinta Wella. Ia tahu Tatiana sangat pandai memainkan alat musik dan suaranya pun tak kalah merdu. "Ogah ah, malu gue." tolak Tatiana. "Gaya lu nyet so-soan malu, biasa juga malu-maluin." celetuk Bastian. Tatiana melotot ke arah Bastian dan menendang tulang keringnya. "Aw... Lo sama Wela kek petinju tendangannya jirr." Bastian memegang kakinya yang di tendang Tatiana. "Gubluq, mana ada petinju pake kaki." ucap Daniel kesal dengan kebodohan temannya itu. "Emang udah ganti?." tanyanya dengan tampang sok polos. "Emang dari dulu begitu begok.." kesal Rio. "Oh...." Bastian ber oh ria tanpa beban.  "Makannya nonton radio." saut Rio. "Lu juga sama begoknya, radio lu tonton. Koran lu dengerin." sahut Bastian tak kalah konyolnya.  "Kalian sama begoknya." saut Wella kesal melihat kebodohan temannya yang sudah melampaui tingkat dewa.  "Ckckck!! Kalian gubluk. Heran kenapa gue mau bertemen sama kalian." kali ini Paris mencibir temannya. "Ayolah Tiana, please.... Mau ya." ucap Wella membujuk Tatiana untuk bernyanyi dengan memasang eye smile yang diyakini Wella tidak bisa di tolak oleh Tatiana.  "Fine. Tapi satu lagu aja." ucap tiana menyerah.  "Yeey.. Thankyu dear." ucap Wella bersorak senang Tatiana bersedia bernyanyi.  "Request lagu oplosan yak tin." ucap bastian asal. Wella pun langsung mengeplak belakang kepala Bastia. "Ini bukan acara dangdutan." kesal Wella. "Elah!! Dangdutan lebih seru. Buka sitik jos." jawabnya lagi. Tatiana menghiraukan Bastian dan melangkah naik keatas panggung kecil yang sudah di sedikan. Wella berlari mengikuti Tatiana yang sudah lebih dulu di atas panggung dan sudah duduk di depan piano yang ada di panggung  "Ok guys!! Sekarang kita tampilnya-" ucapan wella terpotong.  "Tampilkan woy. Gubluk di pelihara" teriak Bastian. "Kita tampilkan, Tatiana." ucap Wella dari atas panggung memanggil para hadirin untuk fokus ke atas panggung melihat Tatiana perform. Para tamu bertepuk tangan untuk Tatiana. Tatiana menunduk malu. Ini pertama kali bernyanyi di depan orang banyak. Tatiana memang suka bermain musik. Tatiana bisa memaikan beberapa alat musik, termasuk piano. Tapi ia lebih suka menikmati alunan musiknya untuk diri sendiri, bukan untuk khalayak ramai. Terkecuali untuk malam ini. karena sang empunya pesta memintanya langsung. Dan Tatiana bertekad akan meminta bayaran setalah ini selesai.  "Ehem..." Tiana berdehem menghilangkan gugupnya.  Tatiana mulai memainkan piano dengan sangat apik, dan mulai bernyanyi dengan sangat Indah.   Setiap bait yang ia nyanyikan seolah menggambarkan dirinya. I don’t want to hold your gaze 'Karena aku ingin kau menatapku.' I’m scared what I might see there 'Takut akan realita di antara kita.' Found myself in this place 'Tempat dimana aku lemah akan dirimu.' And I’m a burning fire Dan akulah api yang bergejolak 'Bergejolak karena cintaku padamu, Damian scott.' Setiap lirik yang Tatiana nyanyikan seolah hatinya menjawab bagaimana perasaan nya pada Damian. Peace may come 'Damai akan konspirasi hatiku.'  I hope it won’t take long 'Waktu agar kau menyadari betapa sulitnya menyimpan ini sendiri.' Just a faith I cannot see Bring me home 'Pulang ketempat dimana cinta tak memandang dimana ia berlabuh.'  I’m in here all along 'Disini menunggu akan cintamu, selama aku bisa.' Just me and my melody Hanya ada aku dan melodiku 'Tidak, bukan melodi. Tapi hanya ada aku dan cintaku yang terlarang.' Tatiana menghayati lagu yang ia mainkan. Tanpa ia sadari ada sosok pria sedang berdiri jauh dibelakang sedang memperhatikannya.  So free me Oh free me From this pain I’ve been running from 'Dari rasa sakit mencintanya.' I’m tired and I’m free falling 'Terjun bebas seperti merpati yang mencintai pasangannya.' Tanpa sadar bulir airnya mata menetes begitu saja. Tatiana pun menyelesaikan lagunya dengan sangat apik. Ia buru-buru menghapus air matanya yang jatuh di sudut matanya agar orang lain tidak melihat. Riuh tepuk tangan dari penonton membuat Tatiana bertambah malu. Saat melihat kedepan, Tatiana melihat sosok pria yang memperhatikannya. Ia tahu betul siapa pemilik tubuh tegap gagah yang sedang memperhatikannya.  'Mampus gue.' ucap batinnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN