Part 8

1503 Kata
Rania menikmati sarapan pagi bersama ibu mertua dan suaminya, Hartati memperhatikan anak dan mantunya yang saling diam, menyantap sarapan pagi dengan tak semangat, tak biasanya menantunya melamun,pulang dari rumah sakit Hartati perhatikan Rania lebih cenderung diam "Apa kalian sedang ada masalah? Mama perhatikan Rania banyak melamun, ada apa nak? Seharusnya kan kalian bahagia karena akhirnya akan punya anak" ucap Hartati memecahkan keheningan dipagi hari, Rania dan Adipati sama-sama menengok kearah Hartati "Gapapa mah, maaf ya Rania hanya gak enak badan" ucap Rania tak enak hati "Jangan bohong Rania, pasti ada yang kamu pikirkan, cerita sama mama ya?" Rania menatap ibu mertuanya sendu ingin sekali rasanya Rania menceritakan semuanya namun ia tak sampai hati membuat ibu mertuanya kepikiran "Rania hanya kepikiran resepsi nanti mah, hehe takut Rania mabok" ucap Rania berharap ibu mertuanya percaya, Adipati hanya bisa diam memandang istrinya "Oalah kamu nervous ya sayang? Ga usah dipikirin ya, kamu fokus sama kehamilan kamu saja" ucap Hartati menenangkan Rania "Adipati kamu gimana sih, jangan biarin istri kamu mikirin resepsi dong, insyallah resepsi besok lancar, kamu banyak istirahat ya sayang hari ini," "Iya mah makasih ya" Setelah sarapan Hartati langsung pamit pulang mau menyiapkan diri untuk esok hari, Rania menatap kepergian ibu mertuanya yang berpesan sebelum pulang menyuruhnya menghabiskan s**u berwarna putih di meja, ia masih duduk di meja makan bersama Adipati, ini pertama kalinya mereka duduk berdua dimeja makan, mungkin jika hati Rania sedang baik-baik saja Rania akan senang dan bahagia bisa duduk berdua di meja makan bersama sang suami Di meja makan masih hening Adipati masih menikmati kopinya sambil membaca koran hariannya. Tak memperdulikan Rania atau bahkan menganggapnya tak ada "Mas" panggil Rania, Adipati hanya melirik Rania sekilas "Mas" panggil Rania lagi "Apa?" jawab Adipati ketus melipat korannya lalu menatap Rania "Apa mas mencintai Anggun?" tanya Rania ia sangat sangat penasaran akan hal itu Adipati tak menjawab ia mengambil ponselnya dan hendak pergi "Jawab mas, apakah mas mencintainya?" "Haruskah saya menjawabnya Rania?" "Harus karena itu penting bagi Rania" "Anggun wanita itu setahun lebih saya mengejarnya, menurut kamu apa saya mencintainya?" Rania menatap sang suami, tanpa jawaban detail sang suami Rania pun tahu ternyata suaminya memang mencintai Anggun, sakit rasanya, ia mencintai suaminya tapi suaminya mencintai wanita lain dan wanita itu teman baiknya, setelah lama terdiam Rania menarik tangan sang suami yang hendak berjalan pergi "Tak ada sedikit pun cinta untukku mas?" tanya Rania pilu Adipati menengok, menatap sang istri ia teringat saat malam tadi istrinya mencintainya tak tega rasanya terus menyakiti wanita sebaik Rania namun apalah daya Adipati hanyalah seorang laki-laki biasa yang tak bisa mengendalikan ego "Jangan begini Rania, please jangan pernah berharap pada saya, saya sudah sering bilang hubungan kita hanya sebuah status, jangan menyakiti dirimu sendiri Rania" ujar Adipati Rania melepaskan tangannya apa ia harus menyerah, bagaimana dengan bayi dikandungannya? Apakah bayinya tak akan pernah mendapatkan kasih sayang ayahnya? Tentu saja Rania tidak mau, ia masih ingin mempertahankan rumah tangganya, untuk apa diadakan resepsi jika pada akhirnya berpisah, Rania benar-benar tak menginginkannya "Lalu apa yang mas lakukan setelah resepsi? Meninggalkan Rania dan anak kita mas? Lebih baik tak ada resepsi mas" "Ya setelah kamu lahiran Rania, tenang saja hak asuh anak dan harta gono gini ada untuk kamu" ucap Adipati santai, ucapan yang ringan begitu menyakitkan untuk Rania "jadi kamu benar-benar menyiapkannya mas? lalu setelah kamu menceraikan aku apakah kamu akan menikah dengan Anggun?" tanya Rania lagi, ia ingin segera menyelesaikan semua permasalahan ini, tak sanggup bila harus belama-lama menjadi beban pikiran untuk Rania, walau hati sakit namun mending dari awal daripada diakhir. "Mungkin" jawab Adipati membuat Rania mengangguk "Kenapa gak kamu nikahi Anggun sekarang mas? Aku ikhlas jika kamu bahagia menikah dengan Anggun, tapi tolong jangan ceraikan aku, cuma kamu, mama dan papa keluargaku sekarang mas, aku tak akan menuntut apapun dari kamu mas" ujar Rania akhirnya dengan derai air mata yang terus turun dari matanya, ia tak kuat membendungnya lagi, ada rasa iba saat melihat Rania menangis, istrinya wanita yang begitu kuat, Adipati akui ia hanyalah seorang laki-laki pengecut yang masih tak menerima takdir pernikahan. Rania mengambil ponselnya dikantong bajunya me-loudspeaker ponselnya "Assalamualaikum Rania?" terdengar suara wanita disebrang sana membuat Adipati terdiam menatap Rania "Waalaikumsalam" ucap Rania menahan tangisnya "Ada apa Rania, kamu baik-baik saja kan?" "Aku baik, Anggun.." jeda hingga akhirnya Rania menatap sang suami "Halo Rania? Ada apa kamu gapapa kan? Maaf ya kemarin aku ga bisa nemenin kamu dirumah sakit" ucap Anggun disebrang sana Anggun merasa tak enak dengan teman baiknya "Anggun menikahlah dengan suamiku" membuat Adipati menatap tak percaya pada Rania Terdiam sejenak suara panggilan telpon masih belum terputus "Haha maksud kamu apa Rania? Kamu ini ada-ada saja, mana mungkin, sudah dulu ya Rania aku ada rapat sebentar lagi" "Aku serius Anggun, suamiku mencintaimu akan kita bahas ini nanti, selamat bekerja Anggun Assalamaualaikum" Rania menutup telponnya lalu menaruh ponselnya di meja "Kamu gila Rania" ucap Adipati "Aku gak gila mas, bukannya kamu ingin menikah dengan Anggun kan? Aku ikhlas mas kamu nikah lagi, aku ridho kamu menikah lagi mas" "Kamu gila Rania, diluaran sana tak ada wanita yang ingin dimadu, kamu gila apa kata orang nanti?" ujar Adipati tak habis fikir "Kamu masih memikirkan apa kata orang mas? Kamu bilang sendiri kan kamu mencintai Anggun dan ingin menikahinya, ini semua jawabannya mas," "Sudahlah sebaiknya kamu istirahat Rania, ingatlah kamu sedang mengandung cucu mama saya" ucap Adipati lalu meninggalkan Rania "Bahkan mengakui anak kamu sendiri pun kamu tak mau mas, Ya Allah kuatkan lah hati hamba" ****** Rania menatap cermin besar di salah satu kamar hotel Bintang 5 di Jakarta, menatap wajah yang telah terias sempurna, wajah yang biasanya polos tanpa makeup sedikitpun kini tertutupi oleh berbagai makeup, Rania merasa tak percaya melihat penampilannya saat ini berbalut gaun pengantin, ya malam ini adalah malam resepsi pernikahannya, malam yang seharusnya membuat Rania bahagia namun sebaliknya hatinya begitu kelam, namun ia harus tetap tersenyum menghilangkan semua fikiran negatif yang menghantui pikirannya sejenak. Adipati membuka pintu kamar menjemput sang ratu malam hari ini, semenjak perdebatan mereka kemarin pagi, keduanya sama-sama tak ada yang berbicara sama sekali sampai detik ini, Adipati menatap tajam sang istri yang terlihat begitu cantik dan menawan "Cantik" kata itu terucap begitu saja yang tentu saja didengar Rania, Rania hanya menunduk malu tak ingin menatap suaminya Adipati mengulurkan tangannya, Rania mentap tangan Adipati dengan perlahan ia gapai tangan itu Adipati tersenyum tulus Rania melihat itu untuk pertama kalinya suaminya tersenyum tulus Adipati dan Rania bergandengan tangan memasuki ballroom hotel, berbagai jepretan foto langsung menghadiahi kedua pengantin, banyak kamera yang memotret saat mereka memasuki ballroom melewati red carpet, Rania tersenyum manis menampilkan kebahagiaan yang tertutupi Deg matanya melihat salah satu tamu di pinggir karpet, Rania menatapya lalu tersenyum manis melewatinya begitu saja, Anggun wanita itu sangat merasa tak enak hati, sebenarnya ia ingin tak datang namun desakan dari orang kantor membuatnya harus menghadiri resepsi pernikahan bos dengan teman baiknya "Bukankah pengantin wanita nya temanmu Nggun?" tanya seorang wanita berbusana biru yang berdiri disamping Anggun "Iya mba Rania sahabat kecil saya" jawab Anggun yang diangguki wanita itu Rania dan Adipati sudah berdiri dipelaminan mulai menyalami begitu banyak tamu undangan, Rania selalu mengaminkan setiap doa yang terlontar dari tamu undangan "Huekk" Rania menutup mulutnya ia merasa mual saat mencium bau parfum salah satu tamu yang baru saja turun, untung saja salam-salaman pengantin diberhentikan sebentar karena suara MC sudah terdengar memulai membuka acara "Mual?" tanya Adipati akhirnya dari kemarin mereka tak berbicara, Rania hanya mengangguk "Duduk dulu, saya ambilkan minum" ujar Adipati lalu turun dari pelaminan Tak lama Adipati kembali membawa air putih dan aroma theraphy "Minum dulu, ini aroma theraphynya saya lihat kamu sering gunakan itu saat mual" ucap Adipati memberikan gelas berisi air putih, Rania menerimanya lalu meminumnya "Terima kasih mas" "Kalau lelah duduk saja" Adipati kembali berdiri tersenyum diatas pelaminan saat sang MC menyebutkan tanggal akad nikah nya dan memberi tahu bahwa sang pengantin perempuan sedang hamil membuat heboh satu ruangan Dalam hati Adipati bergumam pasti ini kerjaan mama, padahal dirinya ingin sekali merahasiakan kehamilan istrinya pada public biarkan berjalan sendirinya namun tanpa diduga sang mama lah yang mempersiapkan semua kejutan hari ini. Salam-salaman pengantin dilanjutkan, kini giliran Anggun naik ke pelaminan, saat sampai dikedua pengantin, hening seketika "Selamat Raniaku sayang, bahagia selalu, sehat sehat ya bumil" ucap Anggun menyalami Rania, Rania memeluk Anggun "Terima kasih sudah datang Nggun, aku bahagia jika kamu mau menikah dengan suamiku" ucap Rania pelan namun dapat didengar Adipati yang berdiri disampingnya, Anggun tak bisa berkata "Kamu aneh Rania, sudah ya aku turun dulu, samawa ya" ucap Anggun tersenyum "Selamat pak atas pernikahannya" ucap Anggun melewati Adipati "Aku serius Anggun" ucap Rania sedikit teriak, Anggun menghiraukan ia turun dari pelaminan, pikirannya berkecamuk ada apa dengan teman kecilnya, pasti ada sesuatu yang salah. Acara pesta berlanjut meriah, dari salam-salaman dengan pengantin, lempar bunga, potong kue hingga berdansa semua berjalan sempurna, Rania dan Adipati terlihat sangat mesra dan romantis membuat banyak tamu yang jomblo iri betapa romantisnya sang pengantin. Namun tanpa semua orang ketahui sang pengantin perempuan sedang dilanda fikiran yang cukup berat, namun sebisa mungkin Rania menutupi itu semua dengan kebahagiaan diwajahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN