Paket makan siang

1097 Kata
“Zeline,” panggil Aksa yang telah berdiri di depan meja Zeline. “Ada apalagi, Pak?” tanya Zeline sambil memperhatikan wajah Aksa yang sangat tampan dengan alis tebalnya. Zeline yang sedang berkonsentrasi memahami semua pekerjaannya, merasa terganggu dengan suara Aksa. “Buatkan saya kopi!” Perintah Aksa cepat. “Baik, Pak,” ucap Zeline sambil berdiri meninggalkan mejanya dan berjalan menuju pantry. Setelah selesai membuatkan kopi untuk Aksa, Zeline segera kembali ke mejanya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda karena harus membuatkan Aksa minuman. Jam sudah menunjukkan pukul duabelas siang, saat meeting dengan dewan direksi selesai. Meeting pertama untuk Zeline. Zeline bersyukur karena semuanya berjalan dengan lancar. Sekarang waktunya untuk makan siang. Zeline keluar dari ruangannya untuk mencari makanan ke kantin perusahaan. “Hai. Karyawan baru?” tanya seseorang saat dirinya hendak melangkah memasuki lift. “Iya. Kenalin nama aku Zeline,” ucap Zeline sambil tersenyum manis dan mengulurkan tangannya. “Salam kenal, Zeline. Aku Jovanka, dan ini Kaila. Kami berada di divisi Keuangan, Zel. Sebentar lagi kita akan menjadi partner kerja baru,” ucap Jovanka. “Terima kasih. Nanti ajari aku, ya. Maklum aku kan masih baru di sini, baru juga setengah hari nyawaku di sini,” ucap Zelin sambil tertawa. “Itu mah gampang, Zel. Kami pasti akan bantuin kok dengan senang hati tentunya,” jawab Kaila sambil tersenyum. Zeline mendapatkan teman baru di tempat kerjanya. Mereka berjalan menuju kantin dengan beriringan. Sudah seperti teman akrab saja, padahal baru kenal beberapa menit yang lalu. “Gimana hari pertamamu, Zel?” tanya Kaila membuka percakapan mereka. “Aman terkendali, meskipun tadi ada sedikit masalah. Tetapi sudah selesai dengan tenang.” Zeline menceritakan semua kejadian yang dialaminya tadi pagi saat ditabrak Aksa. “Wow. Berarti kamu beruntung, Zel,” puji Jovanka. “Mengapa beruntung. Ya jelas rugi lah, Jov. Jelas jelas aku yang ditabraknya dan pakaianku jadi kotor semua,” ucap Zeline. “Kamu beruntung, karena tidak dipecat. Biasanya, yang berhadapan dengan si bos akan dipecatnya langsung jika berkata kata yang kasar,” jelas Jovanka. “Bagaimana mungkin dia akan memecat aku, belum juga lima menit aku menghuni kantornya,” ucap Zeline sambil tertawa. Mereka menikmati makan siang dengan saling bertukar cerita. Zeline yang merupakan karyawan baru hanya mendengarkan saja apa yang disampaikan oleh Jovanka dan Kaila. “Terima kasih, ya. Untuk semua informasinya,” ucap Zeline. “Sama sama, Zel. Nanti kalau ada kendala hubungi saja kami. Tetapi, kamu juga bisa tanya langsung sama Farrel sih,” ucap Kaila sambil mengaduk minumannya. “Farrel?” tanya Zeline berusaha meminta penjelasan lebih lanjut dari Kaila dan Jovanka. Seakan nama Farrel begitu hafal di kepala Zeline. ‘Apakah mungkin Farrel yang aku kenal?’ pikirnya sendirian. “Iya. Ntar kamu akan kenal dengannya. Dia Asisten CEO, tetapi sekarang lagi meninjau proyek luar kota. Mungkin besok sudah kembali. Orangnya sangat baik dan juga tampan,” ucap Jovanka. Zeline hanya mendengarkan saja penuturan kedua temannya tersebut. “Gebetan Kaila, Zel,” bisik Jovanka tepat di telinga Zeline. “Udah jadian?” tanya Zeline. “Belum. Sulit menaklukkannya, Zel,” ucap Kaila. “Yang penting usaha dahulu, Kai,” ucap Zeline. “Iya sih. Tetapi kalau enggak terbalas mendingan cari yang lain, Zel,” ucap Kaila sambil tertawa. Drt! Hape Zeline yang terletak di atas meja bergetar. Ada notifikasi pesan dari nomor baru yang tidak dikenalnya. Zeline membuka ruang chatnya yang ternyata chat dari Aksa. Aksa : Bawakan sekalian makan siangku ke ruangan Zeline : Baik, Pak. Zeline : Apa menu makan siangnya, Pak? Setelah menekan tombol send, Zeline menunggu balasan dari Aksa. Akan tetapi menunggu lima menit, tidak ada balasannya. “Si Bos biasa makan apa, Jov?” tanya Zeline kepada Jovanka. “Pastinya makan nasi, Zel,” ucap Kaila sambil tertawa lebar. “Ya jelas makan nasi lah, Kai. Tidak mungkin juga makan karet,” jawab Zeline dongkol. “Kenapa emangnya?” tanya Jovanka melihat kearah Zeline. “Si Bos minta makan siangnya dibawakan keruangannya,” jelas Zeline. “Wow, keren kamu, Zel,” ucap Jovanka dengan mulut terbuka lebar. “Kok keren sih, Jov?” tanya Zeline dengan alis yang bertaut. “Hari pertama masuk kerja sudah dapat chat pribadi dari si Bos,” ucap Jovanka menyipitkan matanya menggoda Zeline yang terlihat heran campur aneh. “Ya pastinya dia tau dengan nomor telepon aku, Jov. Kan biodata aku ada di atas mejanya,” ucap Zeline datar. “Biasanya si Bos orang yang sangat tertutup lho, Zel,” ungkap Kaila dengan nada menggoda. “Apalagi kalau untuk urusan pribadinya,” tambah Jovanka. “Ya sudah. Trus aku mau pesan apa untuk si Bos?” tanya Zeline lagi karena dia tidak tau makanan apa yang harus dipesannya. “Jika tidak ada balasan, maka pesan saja sesuai dengan apa yang kamu sukai,” ujar Kaila. “Trus kalau ntar si Bos tidak suka bagaimana?” tanya Zeline dengan nada bingung. “Bagus kalau si Bos enggak suka. Kan bisa kamu makan. Makanya pesan sesuai selera kamu saja. Cari aman karena sayang kalau dibuang jika si Bos tidak menyukainya,” terang Jovanka. “Ya sudah kalau begitu. Tunggu sebentar, ya,” ucap Zeline sambil berjalan kedepan memesan makanan untuk Aksa. Setelah memesan makanan untuk Aksa, mereka bertiga kembali ke ruangan kerja masing masing, karena waktu istirahat akan berakhir dalam limabelas menit lagi. Tok tok tok Zeline mengetuk pintu ruangan Aksa dengan pelan. “Masuk,” ucap Aksa tanpa menoleh kepada Zeline. Zeline langsung meletakkan makanan yang dibawanya di atas meja tamu yang ada diruangan itu. Setelah selesai, Zeline melangkah keluar. Akan tetapi, baru juga dua langkah berjalan, terdengar suara Aksa menghentikan langkah kakinya. “Mau ke mana lagi?” tanya Aksa yang masih sibuk dengan kertas di atas mejanya. “Kembali keruangan saya lah, Pak. Masih banyak kerjaan yang harus saya selesaikan.” “Duduk di sini dahulu. Temani saya makan siang,” ujar Aksa sambil memperhatikan wajah Zeline dengan saksama.  Kulitnya yang putih bersih, dipoles sedikit bedak dan lipstick tipis. Belahan dagunya seakan membuat Aksa melayang. “Baik, Pak,” ucap Zeline patuh dan membuka makanan yang dipesannya tadi, sambil menata semuanya di atas meja. Aksa memperhatikan Zeline dengan tidak berkedip dari mejanya. ‘Semoga dia bisa bertahan nantinya,’ gumam Aksa sendirian. “Sudah beres, Pak. Mau makan sekarang atau nanti saja?” ucap Zeline sambil melihat kearah Aksa. “Sekarang saja,” jawab Aksa sambil berdiri dari duduknya. Aksa meneliti semua makanan yang dibeli oleh Zeline tadi. Semuanya merupakan makanan kesukaan Aksa. Tidak salah Zeline menjadi sekretarisnya, Zeline mengetahui seleranya tanpa di kasih tau sekalipun. Sedangkan Zeline menunggu komentar Aksa dengan jantung yang berdegup kencang dan wajah yang memucat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN