Prolog

1161 Kata
Suasana di cafe Starbucks Plaza Senayan malam ini tampak ramai. Banyak pasangan muda mudi yang sedang menghabiskan waktu di sana, mereka itu orang - orang yang tidak peduli besok hari libur atau bukan. Waktu baru saja menunjukkan pukul delapan malam. Tadi Azki sudah minta izin untuk pergi ke cafe sampai pukul sepuluh malam untuk mengajak Dea hangout kepada uncle Di, daddy-nya Dea. Untung saja uncle Di tidak banyak pesan sponsor karena dia sendiri akan pergi dengan Ayu, maminya Dea. Azki memesan caffe Latte sedangkan Dea caramel macchiato, sepertinya mereka ingin begadang malam ini karena terlihat dari pilihan pesanannya, mereka minum kopi ketika hari beranjak larut malam. Nasib baik mereka dapat duduk sedikit pojok di saat pelanggan sebelumnya beranjak dari sana. Bagi Dea ini tempat yang enak untuk duduk tanpa banyak orang lalu lalang di depan mereka, sedangkan buat Azki ini merupakan tempat yang bagus untuk mengajak Dea ngobrol, yang perlu dicatat ini adalah pertama kali buat mereka jalan berdua menghabiskan waktu bersama. Sebelumnya mereka hanya pergi bersama dengan sepupu Azki yang lain. "Mas Azki nggak malam mingguan?" tanya Dea lalu menyeruput pelan kopi panasnya. "Ini lagi malam mingguan." "Maksud aku sama pacar mas Azki." "Nggak punya pacar." "Bohoong kaan ...? Mas Azki paling banyak pacarnya," tuduh Dea. "Gosip dari siapa sih De .... kalo menyebarkan berita bohong itu bisa di kenakan pasal berlapis lho." "Berapa lapis?" "Ratusan." "Kayak iklan wafer dong," sahut Dea lalu tertawa. Dari dulu Azki paling pintar bercanda di antara sepupunya yang lain. Kalau kata tante Sarah, anaknya ini kalau tidak diarahkan kuliah kedokteran, mungkin dia memilih jadi stand up komedian, profesi baru di keluarga Pratomo. Jeda sesaat di meja mereka. "Kamu serius sama mas Rezy De?" Dea melirik Azki, tumben nanya -nanya. "Emang kenapa mas?" "Nggak kenapa - kenapa, cuma iseng nanya," jawab Azki masih sambil menahan gengsi. "Nggak usah kepo kalo cuma iseng." "Putus aja De." "Hah?" "Hah ...hoh ... hah ..hoh. Mingkem! Ntar laler masuk lho." "Lha itu enak banget ngomongnya." "Ya enak, emang kenapa?" "Ya itu enak banget nyuruh orang putus." "Kamu nggak cocok sama dia. Udah tua De." Lagi - lagi Dea melongo mendengar ucapan Azki barusan.Bagaimana bisa Azki selalu bilang Rezy sudah tua? Demi menjaga stabilitas emosinya, Dea memilih mengabaikan Azki. Cukup sudah di dalam rumah daddy-nya yang agak ajaib, jangan sampai di luar rumah dia bertemu makhluk ajaib lainnya yang bernama Azkiasa ini. Dea bisa gila. "Kamu besok mau dikenalin sama orangtuanya ya De? Memangnya kamu sudah siap nikah?" "Memangnya dikenalin tuh berarti mau nikah ya? Maksudnya dikenalin itu biar orangtuanya tahu kemana aja mas Rezi itu pergi selain ke rumah sakit, jangan katanya ke rumah Dea, jemput Dea, pergi nonton sama Dea, tapi wujudnya nggak tahu ada beneran atau nggak. Nah ini dia mau kasih tahu ke orangtuanya, ini lho Dea itu." Azki mendengus kesal. "Emang kenapa sih?' tanya Dea heran. "Emang setelah ngasih tahu ini Dea trus apa?" "Ya nggak apa - apa." "Nggak mungkin nggak ada apa - apa, pasti dikawinin." "Emang aku si Ciki, maen dikawinin aja," sahut Dea cepat sambil menyebut kucing peliharaannya. "Kamu jangan kenalan sama orangtuanya kalo mau aman." "Aman dari apa?"tanya Dea heran, kok makin aneh nih mas Azki. "Aman dari pernikahan yang tak diinginkan." Fix ajaib nih orang, memangnya siapa yang mau nikah! Kepala Dea pusing menghadapi Azki saat ini. Mas Azki lagi mode ajaib. Mereka diam lagi, seharusnya tadi membeli croissant atau cemilan lainnya supaya ada yang dilakukan daripada hanya diam - diaman seperti ini. "Eh Azki ... tumben malam minggu di sini.." sapa seorang wanita cantik dengan rambut pirangnya yang pasti bukan dari ciptaan Tuhan tapi hasil kreasi mbak - mbak salon. "Memangnya harus di mana? Planet lain?" jawab Azki seenaknya. "Sama siapa?" tanyanya sambil melirik ke arah Dea. Dea langsung berdiri menyodorkan tangannya," Dea, adik mas Azki," ucapnya memperkenalkan diri tanpa diminta oleh Azki. "Nadia, mantan Azki," sahutnya percaya diri yang mengundang reaksi tatapan tajam Azki. "Oooh," hanya itu tanggapan Dea. "But wait ... sejak kapan punya adik cewek? Bukannya adik kamu cowok ya?" "Sejak lo nanya gue sama siapa, dia langsung mendadak ngaku jadi adik gue, ntar pas pulang mau gue masukin kartu keluarga bokap aja nih cewek satu," jawab Azki sambil melirik Dea yang tentu saja dibalas dengusan Dea lagi. Ini membuat Nadia bingung. Dulu juga Azki pernah melakukan hal yang sulit diterima yaitu saat memutuskan hubungan mereka dulu, tidak jelas dan bikin bingung! "Jadi maksudnya gimana?" "Lo sama siapa Nad? Temen lo nggak nungguin?" Azki malah tidak menjawab pertanyaan Nadia. "Eh iya, gue sama temen... gue duluan, sampe ketemu lagi ya," pamit Nadia dan di jawab Azki dengan anggukan saja. "Cantik," ucap Dea ketika Nadia sudah pergi. "Biasa aja." "Pacar ke berapa Mas? " "Nggak tahu , udah mantan juga," jawab Azki santai. Dea cuma bisa menggelengkan kepala. Dari dulu gosip soal mas Azki punya banyak koleksi pacar walau sudah mantan terdengar lebih santer dibanding sepupu - sepupunya. Azki itu playboy yang didukung semesta, wajah dan modal sejajar! Mereka selanjutnya ngobrol tapi tidak terlalu lama karena Azki akhirnya mengajak Dea pulang ketika waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sebelum jam sepuluh tepatnya jam sembilan tiga puluh mereka sudah tiba di rumah Dea, dan ternyata uncle Di belum pulang. " Uncle Di kemana?" "Daddy mau nonton sama Mami." "Owh." " Mas Azki mau langsung pulang atau mampir dulu?" "Pengen minum air putih dulu De." "Ya udah, masuk aja dulu," ajak Dea. Penjaga rumah yang tadi hanya membuka pagar kecil, sekarang sudah membuka gerbang utama supaya mobil Azki bisa parkir di dalam sesuai permintaan Dea. Sesampainya diruang dalam, Dea meminta mbak Emi untuk membawakan minuman berupa air putih hangat sesuai keinginan Azki. "De... duduk di sini dulu," ajak Azki sambil menepuk dudukan sofa disebelahnya. Dea menurut, dia duduk di sebelah Azki tapi agak sedikit berjarak. "Kenapa?" "Mas mau ngomong." "Dari tadi juga banyak ngomong, baru sekarang pake bilang." "ckk...serius ini." Dea terkekeh. "Kenapa?" tanya Dea mengulangi pertanyaan yang sama lagi. "Aku mau bilang..." Mbak Emi kembali datang mengantarkan minuman air putih panas dan membuat Azki diam. "Minum dulu mas." "Makasih." Azki langsung menghabiskan satu gelas air putihnya. Kini dia berhadapan lagi dengan Dea. "Mas bilang apa tadi?" "Boleh minta tolong nggak?" "Apa? " Kamu mau nggak jadi pacarku?" Azki berusaha menutupi gugupnya ... baru kali ini dia gugup saat nembak cewek. Dea semat kaget mendengar ucapan Azki, tapi setelah itu malah tertawa," Makin malam ternyata mas Azki tambah lucu." "Siapa yang bilang aku lagi melucu?" tanya Azki dengan mimik serius. "Eh ini tuh seriusan?" "Aku serius, kamu mau kan jadi pacarku De?" "Aneh banget sih mas...aku kan udah punya pacar. Katanya lagi nggak melucu ... kenapa jadinya lucu?" Dea bingung ... benar - benar bingung. "Putusin De... jangan sama Rezi, aku nggak rela." "Lho kok..?" "Please De, putus ya ... sama aku aja." Azki sepertinya mulai memohon. "Hah?" Tumben amat, ini bukan Azki yang biasanya. " Please De.." "Nggak ... nggak bisa," jawab Dea singkat tapi sukses membuat Azki terdiam. Dia ditolak!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN