Dejavu. Masuk ke rumah tanpa adanya ribut-ribut dari mama dan papa membuatku merasa kangen dengan mereka padahal baru saja aku bertolak dari bandara. Sebentar saja, aku sudah menitikkan air mata. Aku merasakan punggungku di tepuk oleh seseorang. Tenang, ini bukanlah setan, tapi Diko. Aku sudah mengatakan padanya untuk malam ini aku akan menginap di rumahnya. Mungkin saja untuk malam ini, atau selanjutnya. Aku belum tahu. “Sudahlah. Sekarang kamu beresin barang-barang yang akan kamu gunakan. Malam ini kamu tidur di rumahku saja. Aku juga tidak akan ke apartemen. Aku akan tidur di rumah” Bujuk Diko. Aku mengangguk dan naik ke kamarku. Berat sekali rasanya. Berat rasanya untuk tinggal sendirian, apalagi aku adalah perempuan. Ah, aku jadi rindu sosok mama. Aku beranjak ke meja samping

