6. Keraguan Rumi

1195 Kata
“ Terimakasih Mas, sudah mau antar saya sampai kosan. Sebaiknya Mas pulang sekarang, agar bisa segera istirahat. “ Rumi yang sudah berdiri di depan pintu kosannya menunduk tak berani menatap pria yang berdiri di hadapannya itu. “ Baiklah Rumi, saya pamit. Kamu sebaiknya segera masuk dan istirahat, jangan lupa diminum vitaminnya. Jangan telat makan juga! “ Abi melangkah mundur dan meninggalkan Rumi yang masih bergeming. “ Baik Mas. “ gumam Rumi pelan. Baru beberapa langkah Abi melangkah menjauh meninggalkan Rumi ia berpapasan dengan Stela yang hendak menjenguk Rumi. “ Abiyasa pratama ? “ teriak Stela sambil menutup mulutnya karena kaget. Abi menoleh pada Stela sambil tersenyum ramah. Stela yang salah tingkah melihat Abi segera berlari menuju Rumi. “ Rumi! Kamu pulang diantar dia? Abi? “ tanya Stela antusias dengan raut wajah tak percaya. Rumi hanya mengangguk malas. Ia sebenarnya malu diantar pulang oleh Abi. Dia tak ingin orang lain sampai salah paham jika melihat mereka. “ Kamu harus ceritain semua yang aku ga tau Rumi! Sepertinya aku ketinggalan banyak cerita tentang kamu, “ Stela mengedipkan sebelah matanya dengan senyuman menggoda yang ia ukir di bibirnya. “ baiklah , sekarang aku sedang butuh seseorang untuk diajak cerita juga El. “ Rumi membuka pintu kamar kosnya dengan kunci yang ia peganng. “ Janji? Kamu kok murung gitu sih Mi? Kenapa? Sedang ada masalah? “ Stela mengekori Rumi masuk kedalam kamar kosnya. “ Jadi kamu kenapa? “ setelah menutup pintu Stela membalikkan badannya ke arah Rumi yang sedang berjalan gontai menuju ranjangnya. Rumi duduk di lantai sambil memeluk lututnya sendiri, perlahan suara isak tangisnya mulai terdengar dari mulut mungilnya. Stela yang melihat sahabatnya sesegukan mulai panik dan mendekatinya. Perlahan ia mengelus punggung Rumi dengan kebingungan. “ Rumi, kamu kenapa? Ayo cerita dulu, biar aku tahu masalah kamu. Siapa tahu aku bisa kasih solusi untuk masalah yang kamu hadapi. “ Baru kali ini Stela melihat Rumi menangis pilu dan putus asa. Selama mengenal Rumi ia selalu melihat sisi ceria dan gigihnya tapi tidak dengan sisi rapuh dan putus adanya Rumi. Stela memeluk tubuh Rumi serta menepuk lembut punggung gadis itu, menenangkan Rumi dengan sabar. Setelah merasa cukup tenang akhirnya Rumi mengurai pelukan Stela dan mulai membetulkan letak duduknya menjadi tegak. Ia menghela nafas panjang sebelum bercerita. “ Stel, aku malu.“ Sesaat Rumi terdiam mengumpulkan keberanian. “ Aku bingung juga, apakah aku harus menerima dia atau aku pergi aja? “ Rumi memilin ujung bajunya sambil menunduk. Stela yang sedari tadi mendengarkan sontak mengerutkan dahi karena tak mengerti arah pembicaraan Rumi. “ Malu? Bingung? Kenapa? “ menatap Rumi dengan wajah penuh tanya. Rumi mengangguk, bulir bening kembali terjun dari sudut matanya. “ Iya. Aku malu stel, karena aku telah melakukan dosa besar. Aku takut, bingung dan aku ga tahu harus gimana lagi, “ tak kuat menahan sesak akhirnya Rumi kembali terisak dalam pelukan Stela. Stela yang sedikit lambat mencerna semua perkataan sahabatnya itu akhirnya mengerti maksud Rumi. Ia terkejut sampai tak bisa berkata-kata, sedetik kemudian ia ikut sedih. Ia memeluk Rumi erat tanpa banyak bertanya, berharap Rumi tenang kembali. Cukup lama Rumi menumpahkan semua kepiluannya pada sahabatnya itu. Setelah tenang Rumi mulai menceritakan semua detail permasalahan yang sedang ia hadapi. Tak lupa ia meminta pendapat stela tentang apa langkah yang harus ia lakukan. “ Jadi kalian terlibat skandal yang cukup besar? Tapi Abi mau bertanggung jawab? “ Stela kembali memastikan semua cerita yang ia dengar. Rumi hanya mengangguk mengiyakan. “ Jadi menurutmu, apakah aku harus menerima penawarannya? Atau aku pulang saja ke kampung El? “ Rumi menatap wajah Stela dengan khawatir. “ Rumi, dia itu lelaki baik menurutku. Dia bisa saja acuh saat kamu menjauhi dia, tapi dia malah mencoba mencari kamu dan mau bertanggung jawab atas perbuatan dia. Itu cukup membuktikan kalau dia lelaki yang gentel dan bertanggung jawab. Tapi semua keputusan kembali ke kamu, karena kamu yang akan menjalankan semuanya Rumi. Aku hanya berharap kalau kalian menikah kalian akan hidup bahagi.“ ucap Stela serius sambil mengelus lengan Rumi pelan. “ Tapi apakah aku bisa menjadi istri yang baik untuk dia? Apakah aku kuat menjadi istri dia? “ tanya Rumi penuh keraguan. “ Aku percaya kamu bisa Mi, karena kamu prempuan tangguh yang aku kenal. Jadi sebaiknya kamu shalat istikharah dulu sebelum memutuskan, sama seperti kebiasaan kamu saat kamu ragu.“ Rumi mengangguk mengerti dengan apa yang di maksud sahabatnya itu. Akhirnya dia sedikit merasa tenang setelah seminggu lebih memendam sesak seorang diri. Setidaknya ia tahu apa yang harus ia lakukan sebelum mengambil keputusan yang sangat penting untuk masa depannya itu. “ Udahan dulu sedihnya. Kita sekarang harus makan, dan kamu juga harus minum obat kan? Jadi aku akan pesan makanan dulu. “ Stela meraih ponselnya untuk memesan makanan. “ Kamu mau makan apa Mi? “ “ Apa saja deh, aku ga selera El . “ “ Ya sudah aku pesen ayam bakar aja. “ Setelah memesan dan meletakkan ponselnya Stela kembali menatap Rumi. “ Mi jujur sama aku, kamu sebenarnya suka jugakan sama si Abi itu? Kalau kamu ga suka kenapa kamu ikutin dia pas di bar itu? Terus kenapa kamu malah ngusir si cewe itu? “ matanya terus menatap lekat Rumi, ia ingin memastikan perasaan sahabatnya itu. Rumi yang mendapat pertanyaa dan tatapan mengintimidasi dari Stela langsung salah tingkah, ia bingung harus menjawab apa. “ Emm, aku ga tahu El. Saat itu ….” Rumi termenung sesaat mengingat apa yang ia pikirkan saat itu. “ Apa? Kamu khawatir sama dia? Iyakan?! Jujur aja deh Mi. “ Stela mencolek tangan Rumi gemas. “ Iya, karena walaupun dia nyebelin tapi dia baik kok. Memang kata-katanya suka bikin sakit hati tapi selalu masuk akal juga. “ pipi Rumi sedikit bersemu karena malu. Melihat tingkah sahabatnya Stela sudah bisa menebak apa yang Rumi rasa. “ Jadi kamu mau terima lamaran dia yang ga romantis itu? “ kembali tersenyum menggoda. “ Untuk itu aku harus mencari tahu dulu dong El, kata kamu tadi aku harus shalat dulu. Kalau memang dia jodoh aku, aku baru akan terima dia. “ “ Dia aslinya lebih ganteng ya Mi, terus ramah dan wangi lagi. Ya Allah sisain satu pria yang mirip dia buat jodoh hamba.aamiin. “ Stela mengangkat tangannya layaknya orang berdoa. “ Huss, mintanya yang serius dong El, biar di denger sama Allah. “ Rumi tersenyum. Akhirnya kerandoman Stela mampu mengembalikan senyuman Rumi yang hilang beberapa hari ini. Rumi dan stela akhirnya menghabiskan waktu dengan mengobrol ngalor- ngidul. Untuk sesaat Rumi mampu melupakan semua masalah yang sedang ia hadapi, dan Stela berencana menginap untuk beberapa hari kedepan demi menghibur sahabatnya itu. *** Di sebuah ruangan yang didominasi lampu terang benderan Abi terlihat gusar dan tak tenang. Sedikit- sedikit ia menatap jam yang melingkar di tangannya. Bagas yang sedari tadi memperhatikan tingkah sahabatnya itu malah mengulum senyum, ia tahu betul apa yang tengah Abi pikirkan. “ Bi, selesai shooting lu bebas. Mau ke suatu tempat? “ dengan senyum menyeringai Bagas memancing Abi. “ Hah? Gue ngga akan kemana- mana kok. Gue mau me time di kamar aja. Dan buat Lo jangan ganggu gue! “ Abi menunjuk Bagas dengan mata melotot penuh ancaman. “ Oke bos. Gue juga ada urusan. Emang kerjaan gue cuman ngurusin Lo doang! “ Balas Bagas tak terima. “ Bagus deh. “
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN