3. Ulang tahun Fenny

1931 Kata
Mungkin kalian merasa heran dengan jalan cerita ini. Biar Author perjelas sedikit ya guys, begini. Mungkin kalian merasa heran dan bingung. Mungkin juga kalian bertanya-tanya sebenarnya cerita ini itu gimana? Nah Author perjelas sedikit ya. Sebenarnya author mengambil beberapa cerita di masa lalu. Cerita yang mungkin gak ada di cerita Hug Me Just Once atau The Baby I Found. Dan justru aku tulis di cerita ini. Karena author memang sengaja, maksudnya dalam arti membuka lebaran lama terlebih dahulu agar tidak membingungkan kalian. Tentang, Pertemuan. Marvin, Fenny, Alvaro dan Steven. Sedikit author perjelas di beberapa bab. Oke itu saja yang ingin author katakan, semoga kalian memahaminya ya ****** Berjanjilah untuk selalu menjaga persahabatan kita? Aku tidak ingin persahabatan kita hancur karena ulah kesalahpahaman. Seperti di masa lalu yang di rasakan oleh kedua orang tua kita. *** 7 tahun kemudian Saat ini di dalam mansion Anidinto sangat ramai, bagaimana tidak ramai jika saat ini. Para pelayan dan pengawal tengah membuat hiasan di mana - mana karena hari ini adalah hari ulang tahun nona muda mereka. Ya, hari ini adalah ulang tahun Fenny Marcello Anindito yang ke-20 tahun. Membuat seisi mansion kasat kusut dengan dekorasi yang cukup sulit. Balon - balon berbentuk love berwarna - warni bergantungan di setiap sudut mansion. Membuat seisi mansion gempar karena harus bekerja keras, karena malam ini adalah ulang tahun majikan mereka yang ke-20 tahun. "Aku mau bunga - bunga yang ada di sana di pindahkan ke sudut sana akan lebih indah nantinya," Ujar Mommy dari Fenny Marcello Anindito. "Baik nyonya," Ujar pelayan segera mengikuti perintah majikan mereka dengan memindahkan bunga - bunga ke sudut yang nyonya mereka inginkan. "Mommy," Panggil seorang gadis dengan tubuh putih mulus dan rambut panjang miliknya, membuat senyuman wanita paru baya yang tetap cantik di usianya yang baru 37 tahun itu. "Hei baby. Kau sudah pulang sekolah?" Tanya wanita dewasa itu. "Sudah dong Mom. Kan hari ini kak Fenny akan ultah dan Fenia sudah tidak sabar lagi untuk menunggu malam tiba," Ujar gadis berusia kira - kira 13 tahun dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajah cantik dan mungilnya itu. "Tidak sabar menunggu ultah kak Fenny atau tidak sabar menunggu kak Marvin euhm?" Tanya wanita itu membuat wajah gadis kecil itu tiba - tiba saja bersemu memerah, sambil berlari meninggalkan sang Mommy tercinta yang tengah terkekeh geli menatap dirinya saat ini. ***** Saat ini kedua pria dewasa dengan wajah tampan mereka tengah duduk di sebuah restoran ternama. Dengan pakaian mahal yang melekat di tubuh keduanya. Membuat keduanya terlihat sangat tampan di usia matang mereka. "Apa kabarmu Van? Sudah 2 tahun kita berpisah karena kita masing - masing memiliki urusan yang amat sangat penting?" Tanya seorang pria yang tidak lain adalah Marvin Kevin Archelaus dengan jas mahal yang membungkus tubuh berototnya. "Aku baik Vin, bagaimana dengan dirimu? Apa kau berhasil mengambil gelar kedokteranmu di sana?" Tanya pria lain yang tidak lain adalah Stevan Hector dengan mimik wajah gembira. Keduanya sudah bersahabat sejak semasa SMP tidak di herankan lagi jika keduanya begitu akrab hingga sekarang. "Tentu, aku berhasil dan saat ini aku tengah memimpin perusahan papa yang berada di london dan juga perancis," Ujar Marvin sambil tersenyum manis ke arah sahabatnya. "Kau hebat Vin. Oh ya, kita bisa bekerja sama. Bukankah kau tengah mengurus perusahaan paman Alex sama halnya dengan diriku yang tengah mengurus perusahaan papa," Kata Stevan antusias. "Tentu saja kenapa tidak," Ujar Marvin sambil menyedot minuman miliknya sambil menatap seisi restoran yang terlihat begitu ramai saat ini. "Oh ya. Apa kau di undang ke acara ulang tahun Fenny yang ke 20 tahun?" Tanya Marvin membuat wajah Stevan yang tadinya bahagia sekarang terlihat murung. Jarangkan di undang. Setiap ia dekat dengan gadis itu selalu mendapatkan makian dari Daddy dari gadis yang ia cintai, membuat Stevan hanya mampu menerima takdirnya. Memang benar Stevan sudah mendekati Fenny sejak 5 tahun yang lalu. Tapi sayangnya, cintanya tidak mendapatkan restu dari ayah gadisnya membuat Stevan tidak tahu harus berbuat apa agar ia bisa mendapatkan restu dari pria tua yang berstatus sebagai Daddy dari gadisnya itu. Stevan ingin mencurahkan isi hatinya tapi sayangnya. Sahabatnya Marvin harus berkuliah di australia untuk mengambil gelar kedokteran membuat keduanya harus berpisah selama 2 tahun dan hari ini keduanya kembali di pertemukan. Sejujurnya Stevan maupun Marvin sama - sama tidak mengetahui jika keduanya menyukai gadis yang sama walau sudah 7 tahun mereka mengenal sosok Fenny. Keduanya pun sudah berjanji untuk tidak saling menyakiti satu sama lain dalam arti salah satu dari mereka harus bisa mengalah itulah janji keduanya sejak dulu. "Van. Ada apa?" Tanya Marvin yang melihat gerak gerik sahabatnya itu. "Ah, tidak apa - apa Vin. Aku tidak mendapat undangannya karena sudah lama aku tidak bertemu dengan Fenny," Bohong Stevan padahal hampir tiap hari keduanya bertemu tapi dalam arti mencuri - curi waktu. "Oh, tenang saja kau bisa datang bersama aku dan kedua orang tuaku. Kebetulan aku dan kedua orang tuaku di undang ke acara tersebut," Kata Marvin sambil menatap sahabat terbaiknya itu. Wajah Stevan semakin kusut saat dirinya mendengar ucapan Marvin. Bukan karena Stevan tidak suka mendengarnya, ia merasa sedih kenapa nasib sahabatnya begitu beruntung. Sahabatnya itu sangat di sayangi oleh ayah dari gadis yang ia taksir. Tapi sayangnya dirinya justru di benci dan di kuncirkan seperti seekor anak kucing yang tidak sudi untuk di tatap oleh semua orang. "Terima kasih Vin. Tapi tidak perlu aku kan tidak di undang apa kata orang nanti," Kata Stevan membuat Marvin tersenyum miring sambil menatap ke arah Stevan yang tengah memasang wajah kusutnya. "Sejak kapan sahabatku ini mengenal kata malu. Hei, kau itu mantan playboy jangan berpura - pura polos di depan ku," Ujar Marvin sambil terkekeh geli membuat Stevan menatap tajam sahabatnya itu. "Berhenti mengatai aku playboy. Vin, aku sudah sadar dan bahkan aku sudah menjadi pria baik - baik saat ini," Kesal Stevan membuat Marvin kembali terkekeh geli saat melihat kekesalan sababatnya itu. "Baiklah. Aku tahu kau sudah berubah dan aku bersyukur akan hal itu," Kata Marvin sambil menatap jam yang berada di pengalengan tangannya," Sepertinya aku harus pergi ada pasien yang tengah menunggu ku hari ini," Kata Marvin sambil berdiri dari duduknya. "Tetaplah di sini. Setidaknya sebentar lagi, aku ingin menceritakan sesuatu, aku ingin mengenalkan dirimu pada kekasihku kau tidak mau tahu siapa kekasih ku?" Tanya Stevan dengan nada sedikit kesalnya. Pasalnya baru 15 menit keduanya bertemu dan sahabatnya harus pergi secepat itu. "Kekasih?" Tanya Marvin dibalas anggukan kepala dari Stevan," Wah, selamat akhirnya sisi playboy sahabatku telah berubah. Baiklah, lain kali saja ya. Aku benar - benar sibuk hari ini. Papa bisa marah jika rumah sakit miliknya tidak di urus dengan baik. Aku pergi dulu Van. Bye," Kata Marvin sambil berlari pergi tanpa menunggu jawaban dari Stevan terlebih dahulu. Stevan menatap kepergian sahabatnya dengan tatapan sedih, sebab baru saja dirinya ingin menceritakan kehidupan percintaannya yang sebentar lagi mungkin akan kandas begitu saja. "Aku butuh dirimu Vin? Kau sahabatku. Aku butuh nasihatmu kali ini, Andai... Andai saja kau tahu, jika aku memiliki masalah yang cukup besar. Gadis yang aku cintai akan di jodohkan oleh pria lain dan aku akan kehilangan Fenny untuk selama - lamanya," Batin Stevan menahan perih di hati kecilnya. ## Siang hari Stevan secepat yang ia bisa. Setelah dirinya mendapatkan jam istirahat karena tadi sempat mengadakan rapat mendadak membuat Stevan harus ketinggalan untuk menemui kekasih tercintanya itu. Siapa lagi jika bukan Fenny. Gadis yang amat sangat ia cintai. Apa lagi mengingat hari ini adalah hari ulang tahun kekasihnya. Membuat Stevan tidak mau kehilangan momen bahagia ini. 15 menit Stevan telah tiba di kampus milik kekasih hatinya, sudut bibir Stevan tertarik ke atas ketika melihat gadis mungil yang tengah berdiri di depan gerbang kampus sambil menatap kiri kanan. Stevan tahu apa yang di cari oleh gadis itu. Siapa lagi jika bukan dirinya, membuat Stevan turun dari mobil mewahnya dengan langkah pelan sepelan mungkin sambil membawa sebuah kotak kecil di belakang punggungnya. Stevan dengan cepat menutup kedua mata gadis itu mengunakan telapak tangan besarnya. Membuat wajah gadis itu tersenyum manis. "Stevan. Kaukah itu?" Tanya gadis yang tidak lain adalah Fenny. Sambil melepaskan telapak tangan Stevan dari kedua matanya. "Stevan," Teriak Fenny sambil meloncat dan memeluk kekasihnya, dengan kedua tangan mungilnya yang melingkar di leher kokoh pria itu membuat Stevan tersenyum begitu manis pada gadis itu. "Selamat ulang tahun sayang. Semoga di ulang tahunmu yang ke 20 tahun, hubungan kita akan lebih baik dari sebelumnya," Ujar Stevan sambil membalas pelukan sayang dari kekasihnya. "Aku pun mengharapkan hal itu terjadi. Kau tahu, aku selalu berdoa agar tuhan mau mengabulkan satu permintaanku. Yaitu, agar Daddy mau merestui hubungan kita," Ujar Fenny tersenyum sambil mencium wajah tampan Stevan. "Itu tidak akan PERNAH TERJADI," Teriak seseorang membuat sepasang sejoli itu tersentak kaget dari dunia mereka. "Daddy," Panggil Fenny tersentak kaget. Bug Bug Bug Tubuh Stevan terhempas saat bogeman ketiga kalinya di bagian wajah tampannya membuat Stevan jatuh tersungkur di sisi gerbang kampus. "STEVAN," Teriak Fenny berlari ke arah sangat kekasih, dirinya terisak saat melihat luka di wajah tampan kekasihnya itu," Hiks... hiks. Maafkan aku Stevan, hiks... hiks. Maafkan aku," Isak tangis Fenny sambil memeluk tubuh besar milik kekasihnya. Seisi kampus heboh dengan apa yang baru saja terjadi. Membuat pria yang tidak lain adalah Alvaro semakin murka saat melihat putrinya menangis karena pria b******k yang ada di depannya. "I... Ini bukan salahmu sayang. Ini sa... Salahku. ini untukmu," Ujar Stevan menahan rasa sakit di sudut bibirnya yang terluka. Membuat Fenny semakin terisak dan mengambil kotak kecil yang diberikan oleh Stevan untuk dirinya. "BANGUN FENNY, AYO BANGUN. BERAPA KALI HARUS DADDY KATAKAN. JAUHI PRIA b******k INI, APA KAU TIDAK BISA MENURUT SAJA SEPERTI ADIKMU ITU, HAH," Teriak Alvaro sambil menarik paksa Fenny membuat pelukan kedua insan itu terlepas begitu saja. "FENNY," Teriak Stevan menahan sakit di bagian tubuhnya. "STEVAN," Teriak Fenny yang berusaha untuk menggapai tangan kekasihnya. Begitu pun sebaliknya, Stevan juga berusaha untuk menggapai tangan mungil kekasihnya. "Aku peringatkan padamu. JAUHI PUTRIKU JIKA KAU TIDAK MAU MENDAPATKAN PUKULAN YANG LEBIH MENYAKITKAN DARI INI," Ujar Alvaro sambil menatap tajam sosok Stevan yang berusaha untuk berdiri tapi sangat sulit karena perut dan wajah pria itu terlihat menahan rasa sakit saat ini. "Ayo pulang. Berhenti menangis atau Daddy akan membunuh pria itu di depan mata kepalamu sendiri," Ancam Alvaro dengan tatapan tajamnya dan langsung mendapat gelengan kepala dari Fenny. "Hiks... hiks. Jangan Dad, hiks... hiks FENNY akan menuruti perintah Daddy tapi Daddy harus janji untuk tidak memukuli Stevan lagi." Mohon Fenny yang masih terisak. Alvaro menatap kotak kecil yang berada di dalam genggam putrinya. "Untuk apa kau menyimpan hadiah dari pria b******k ini? SINI, KEMBALIKAN PADANYA," Bentak Alvaro mengambil paksa hadiah yang sempat di berikan Stevan pada Fenny. Alvaro membuang hadiah itu tepat di hadapan Stevan. "Ambil ini dan jauhi putriku. Karena nanti malam putriku akan bertunangan dengan pria yang sudah aku pilihkan untuk dirinya, bukan hanya ulang tahun Fenny saja. Tapi juga pertunangan putriku dengan pria yang sudah aku jodohkan beberapa tahun yang lalu," Ujar Alvaro dengan nada sinis sambil menarik Fenny menuju mobil miliknya. Membuat Fenny menatap kekasihnya dengan tatapan sakit saat melihat luka fisik yang dirasakan oleh Stevan karena dirinya. Kenapa. Kenapa nasib cintanya harus se-menyedihkan ini? Kenapa ia tidak bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri, bukannya Fenny tidak bahagia karena Daddy-nya begitu menyayanginya. Hanya saja, ia mencintai Stevan bukan pria yang di pilihkan oleh Daddy-nya, yang belum tentu Fenny kenal. Dan belum tentu Fenny akan bahagia dengan keputusan dari Daddy-nya itu. Fenny berhak memilih jalan hidupnya sendiri. Fenny tidak ingin di paksa seperti ini. Fenny ingin memilih jalan hidupnya sendiri, tapi kenapa. Kenapa Daddy-nya tidak mau mengerti. Kenapa, apa yang harus Fenny lakukan untuk menyakitkan bahwa Stevan adalah pria yang amat sangat baik untuk dirinya. Tbc, ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN