Eps 03. Tragedi Kamar

1018 Kata
Dan di sinilah sekarang, di kamar luas nan elit Je terperangkap. Ia kebingungan mencari cara untuk bisa kabur dari sana. Melompat lewat jendela? Mustahil. Jendela langsung menghubungkan ke lantai bawah. Orang-orang di bawah sana terlihat sangat kecil seperti laron, artinya ia berada di ketinggian yang luar biasa. Kenapa nasibnya sial sekali? Pergi dari rumah niatnya mau merayakan pesta ulang tahun Odi, tapi malah masuk ke pesta Justin. Sudah beli gaun mahal demi ikut menghadiri pesta Odi, tapi malah kacau. Entah kebetulan atau takdir, nasib mempertemukan Je dengan singa kelaparan. Sebentar lagi, ia tentu akan menjadi mangsa singa jika singa tersebut sudah sadar. Je ingin menggunakan intercom, tapi sepertinya intercom tersebut bermasalah. Terbukti tidak tersambung ketika sudah dipencet beberapa kali. “Heloow… Any body? Help me, please!” Je berteriak sembari mengguncang-guncang knop. Barangkali ada yang melintas di luar. Je menempelkan telinga ke pintu. Sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Astaga, ia harus berbuat apa? Je panik. Dan ia menerima pesan dari Odi setelah itu. Sori Je, salah alamat. Bukan hotel Mekar Sari, tapi hotel Indah Sari “Odiiiiiiiiiii….” Je rasanya ingin menelan hapenya bulat-bulat. Telat! Untuk apa Odi memberitahukannya? Ia sudah nyasar di kandang singa, untung sekarang masih hidup dan tidak kenalan dengan liang lahat. Yang jelas, ia tidak akan mungkin lagi menghadiri pesta ulang tahun Odi. Jantungnya berpacu kencang saat dipundaknya terasa hangat sentuhan sebuah tangan. Je menoleh dan menjerit saat mendapati Justin sudah berdiri tegap di sana. Dengan sigap, Justin menangkap kedua tangan Je dan menyatukannya ke belakang. Gerakan Justin begitu cepat hingga membuat Je tidak bisa berkutik. Kapan pula lelaki itu sadar? Je merinding membayangkan Justin di belakangnya yang siapa tau akan melakukan hal-hal buruk kepadanya. Justin mendorong tubuh Je hingga tertelungkup di atas ranjang, masih dengan kedua tangan di bekuk ke belakang. Justin menduduki di atasnya dan tersenyum licik. “Kau sudah membuat pestaku hancur, mempermalukanku, mencoreng nama baikku. Sekarang kau harus membayarnya. Kurasa ini saja tidak cukup.” “Ayolah, aku akan menuruti semua kemauanmu, tapi jangan hancurkan masa depanku. Jangan perkosa aku!” “Perkosa endasmu!” “Lah, endas kok diperkosa?” Justin semakin geram dengan perkataan Je. “Heh, yang mau perkosa kamu juga siapa? Kau pikir aku doyan sama perempuan keturunan alien kayak kamu? Ngeliat aja udah nek.” “Jangan ngeles, itu tadi kamu buka ikat pinggang mau ngapain kalau bukan mau melorotin celana?” “Aku mau mencambukmu.” Je merasa geli. Pikirannya terlalu buruk. “Dicambuk pakai duit mau, Ntin.” “Apa itu Ntin?” “Iya, itu kan namamu. Puntin.” “Astagaaa… Justin, bukan Puntin. Kamu ini makhluk astral dari mana, sih?” Justin hampir saja mengacak-acak rambut Je. “Kalau aku kasih tau, nanti kamu datengin ke sana. Enggak aku nggak mau kasih tau. Tempat tinggalku terlalu berharga untuk diketahui.” “Hei, bisa nggak kalau ngomong itu yang bermanfaat?” “Maaf.” “Kenapa kau bisa muncul di pestaku, gadis aneh?” Justin setengah berteriak. “Aku nyasar.” “Lalu kadomu itu untuk siapa?” “Kenapa aku diwawancarai, sih?” “Ngejawab terus!” “Ditanyain ya ngejawab.” Rasanya Justin ingin membersihkan isi kepala Je dengan apa saja biar tidak error. “Kamu sebenarnya manis.” Justin tersenyum tipis. Tapi sayangnya jatuh diselokan mana kok bisa buluk begitu? Justin tidak mengucapkan apa yang ia pikirkan. “Cius? Aku manis?” Je mengedip-ngedipkan matanya seperti orang kelilipan. Justin mengerang geram. Kalau gadis di depannya itu seperti itu terus, kesabarannya bisa habis dan tentunya ia bisa khilaf nanti. Justin rasanya ingin melempar gadis yang ada dihadapannya itu ke luar angkasa supaya tidak membuat bumi rusak. Bagaimana bisa ia bertemu dengan makhluk aneh seperti itu? Meskipun ia akui, unik. “Trus sekarang aku mau diapain? Plis, lepasin aku. Besok aku mesti mengikuti ulangan harian. Jadi malem ini aku harus belajar. Nilai ulanganku bisa anjlok akalua aku nggak belajar.” “Persetan dengan urusanmu! Aku akan menjualmu.” Entah apa maksud Justin berkata begitu, ia sendiri tidak tahu. Ia ingin memberi pelajaran pada gadis itu, tapi tidak tahu dengan cara apa. Tangannya tidak pernah bermain kasar dengan wanita. “Aku ini penerima bea siswa. Aku siswa terpilih. Jadi jangan sampai aku diapa-apain. Sekolahku akan rugi kalau nggak ada siswa bertalenta sepertiku.” “Bukan urusanku. Jangan banyak bicara. Aku akan memberikanmu pada Om-Om. Nikmatilah hidupmu dibawah nafsu lelaki keranjang.” “What?” jerit Je keras membuat Justin langsung menutup kedua telinganya. Seluruh kulit Je meremang membayangkan apa yang dikatakan Justin. “Jangan gila! Katanya kamu mahasiswa. Kok, bisa berpikir kayak penjahat di film India? Ayolah, aku mau kok ngelakuin apapun, tapi jangan dikasih ke om-om.” Je baru sadar kedua tangannya sudah tidak dipegangi oleh Justin karena Justin sedang sibuk mengurus telinganya. Ia mengambil kesempatan itu untuk bangkit bangun dengan paksa hingga tubuh Justin terjungkang ke belakang akibat dorongan tubuhnya. Je berlari ke pintu. “Toloooong…!” Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepada Je. Ada pelayan yang melintas dan mendengar teriakannya. “Ada apa, Mbak?” balas pelayan di luar sambil menempelkan telinga ke pintu. “Pintunya kekonci dan kuncinya hilang.” “Biar saya ambil kunci cadangan.” Je membalikkan badan dan menatap Justin penuh kemenangan. “Aku menang,” ucapnya sembari mengacungkan dua jempol ke arah Justin. Justin diam saja, karena jika ia melakukan tindakan-tndakan ekstrim yang diketahui orang lain, tentu itu bisa mengancam nama baiknya. Ia membiarkan Je tertawa dalam kemenangannya. Ia pun hanya bisa mengerutkan dahi saat gadis itu goyang pinggul, kaki melompat-lompat berdisko, dan mulut menyanyikan lagu Hey Jude milik The Beatles, yang entah dirilis tahun berapa, jelasnya Justin belum lahir ke dunia. Nggak nyambung! Dari jogetan disko, tapi nyanyinya melo abis. Justin merasa gadis di hadapannya itu perlu dikoreksi isi kepalanya, barang kali ada yang geser. Jogetan aneh di hadapan Justin terhenti ketika seorang pelayan menyembul masuk setelah membuka kunci pintu. “Dadaaaa… Aku pulang duluan! Have a nice evening!” Je melambaikan tangan dan berakhir dengan juluran lidah. Gadis itu! Jika Justin bertemu lagi dengannya, ia akan menuntut banyak hal untuk meminta ganti kerugian. Awas! TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN