Dan(Evan)

1037 Kata
Authot POV Naya menyeret tubuh jangkung Evan menjauh dari UKS. Evan yang melihat tingkah Naya membuatnya mengerutkan dahi, lalu karena kesal Evan menghentikan langkahnya yang membuat naya pun ikut berhenti. "mau kemana si nay?" ucap Evan dengan kesal. "ke kelas lah." tegas Naya. "mau apa? lagian kelas udah beres dari tadi." ucap Evan sembari mengentikan langkah kakinya. "lah gua cuma sebentar tadi di uks." "iya dosennya ga masuk, teruskan sekarang cuma 1 makul mending kita pulang aja." "yaudah kalo gitu ayo." "bentar lu harus jelasin dulu soal tadi dan kenapa lu tiba-tiba lari dari parkiran terus nabrak orang terus ngilang coba jelasin, gua pengen tau." tanya Evan dengan kesal. "tadi kan gua udah jelasin kalo pintunya ga tau kenapa tiba-tiba ke kunci sendiri. terus kalo soal gua lari dari parkiran karena gua ga mau aja lama-lama deket sama lu dan lu tau siapa tadi yang gua tabrak? dia cinta pertama gua van dia dimas." ucap Naya sambil menghela nafas dan menundukkan kepalanya. "apa? Dimas? kok dia ada di kampus?" tanya Evan dengan heran. "ya mana gua tau van, gua juga kaget banget liat dia lagi." jawab Naya yang masih menundukkan kepalanya. "haaa yaudalah sekarang lu anter gua aja ya." "mau kemana?" tanya Naya sambil melihat Evan dengan heran. "udahlah anter aja dulu nanti gua jajanin makanan yang lu mau dah." "waahh waaasiikkk." ucap Naya dengan girang. Evan dan Naya pun melangkah pergi ke parkiran sambil mengobrol dan bercanda seperti tidak terjadi apa apa. Seolah masalah yang mereka alami seperti angin lalu yang lewat, mereka pergi dengan senyum yang mengembang. Tapi tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang mengawasi mereka dari kejauhan dengan marah. *** tibalah di parkiran "van gua minta maaf ya soal tadi." ucap Naya saat mereka tiba di depan motor milik Evan. "wow seorang tuan putri Naya meminta maaf, wah ini kejadian yang sangat langka harus gua abadikan nih." jawab Evan sambil mengarahkan handphone nya ke arah Naya dengan bercanda. "ih apaan si van gua serius." ucap Naya sambil memukul kecil lengan Evan. :"iya iya aduhh ampunn." "gua serius van gua minta maaf karena ngerepotin lu tadi, ini juga salah lu si gara-gara lu kan gua jadi malu." ucap Naya dengan rasa bersalah dan sedikit kesal. "iya gua juga minta maaf gara-gara gua lu jadi kena imbasnya. Yaudah yu berangkat kayaknya bentar lagi mau hujan." "yaudah gass." *** Jalan "van kita mau kemana si?" tanya Naya yang entah keberapa kali dia bertanya. "ish bawel banget sih udah nanti juga lu bakal tau." jawab Evan dengan kesal karena Naya sangat tidak sabaran. "dari tadi lu bilang gitu mulu dah kenapa ga nyampe nyampe si." "bentar lagi nay bentar lagi sabar napa." "gitu aja mulu heran dah." ucap Naya dengan kesal. 5 menit kemudian "eh kok kita ke kuburan si van?" tanya Naya dengan heran tapi tidak di jawab Evan yang membuat Naya kembali kesal. "ish van gua nanya loh." lalu tak lama setelah Naya bertanya Evan pun meparkirkan motonya di depan warung yang menjual kembang. "eh nak Evan kok baru keliatan kemana aja? udah lama ga kesini." ucap pak Harto penjual kembang yang sudah lama mengenal Evan. "eh iya nih pak Harto saya baru ada waktu kesini." ucap Evan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "oh siapa nih baru liat, pacarnya nak Evan kah?" tanya pak Harto yang membuat Evan dan Naya salah tingkah. "eh bukan pak dia sahabat saya hehe, kenalin namanya Naya pak." "iya pak namaku Naya." "oh iya iya maaf ya kirain nak Naya pacarnya nak Evan." "hehe bukan pak, oh iya saya mau beli kembangnya satu bungkus aja." "oh iya siap siap." "makasih ya pak, yaudah kami pamit dulu mau ke makam nenek." ucap Evan yang membuat Naya melihat Evan dengan terkejut. "iya silakan nak Evan." Evan pun melangkah pergi terlebih dahulu meninggalkan Naya yang terdiam melihat punggung Evan, dengan langkah berat Naya pun mengikutinya dari belakang, rasa bersalah mulai naik ke permukaan di hati Naya karena saat di perjalanan dia marah-marah kepada Evan. Tibalah di makam yang di tuju, Evan dan Naya pun berhenti. Naya melirik Evan yang tersenyum kecil melihat makam neneknya dan Evan pun berjongkok lalu membersihkan rumput yang sudah terlihat panjang di makam nenek nya itu. "Nek, ini aku Evan maaf ya nek Evan baru kesini mengunjungi nenek. pasti nenek kangen kan sama Evan?" ucap Evan sambil tersenyum melihat makam nenek nya yang sudah bersih. Naya yang melihatnya ikut berjongkok di dekat Evan dengan raut wajah sedih yang tidak bisa disembunyikan Naya. "oh iya kenalin ini Naya sabahat Evan tuan putrinya Evan," lanjutnya sambil melirik Naya dengan tersenyum. "Naya cantik kan nek dia juga baik sama Evan." ucap Evan yang membuat Naya kembali terkejut mendengar ucapan Evan yang tiba-tiba memujinya cantik. "apaan si van biasa aja juga." "tuhkan nek Naya suka gitu, Naya kalo di puji cantik suka marah-marah haha." "ish van kayak ngenalin pacar aja haha." ucap Naya dengan senyum yang mengembang melihat Evan yang melihatnya juga, tanpa menjawab perkataan Naya, Evan malah memberikan senyuman yang entah apa artinya dan membuat jantung Naya berdegup dengan kencang tidak seperti biasanya. "oh iya nek Evan belum cerita, Evan sekarang numpang hidup di rumah Naya tapi sebentar kok ga akan sampe lama. Evan cuma pengen ngerasain nyaman aja di rumah jadi Evan numpang sebentar di rumah Naya." ucap Evan dengan berbinar. disisi lain Naya memperhatikan Evan yang terus berbicara dengan antusias di makam neneknya. Seperti tidak ada orang disisinya Evan menceritakan apa yang dia rasakan dan keluh kesah yang dialaminya selama ini, yang membuat Naya tertegun mendengarkan cerita Evan. Naya tidak tahu jika Evan mengalami hal yang tidak di ketahui Naya selama ini. Evan sangat mahir menyembunyikan masalahnya di depan Naya tapi akhirnya dia mencurahkan semuanya di depan makam nenek nya tanpa menyadari jika dia sedang bersama dengan orang lain. "haha maaf nek aku malah menceritakan semua masalahku di depanmu, aku..." Evan berhenti bicara dan mulai menyadari jika dia tidak sendiri disini. "ah Nay gua ga sadar, gu-gua.." "udah gak apa apa van, gua sekarang jadi tau apa yang lu rasain selama ini." "nay gua jadi malu haha..." ucapnya terhenti. Lalu tanpa terduga Evan malah menangis dan memeluk Naya yang membuat Naya terkejut lagi, tembok yang kokoh yang selama ini di jaga oleh Evan malah runtuh di depan Naya. .....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN