2. Kristi Marah

2383 Kata
"Eh Kristi!" Nadia terlihat terkejut awalnya, namun beberapa saat kemudian ia tersenyum. Seakan sudah paham kalau dimana ada Amal pasti ada Kristi. Tapi, ekspresi gadis itu setelahnya tampak tak suka dengan kehadiran Kristi. Seperti Kristi pengganggu dalam obrolan asiknya. Namun, ia pandai menutupinya dengan senyuman di depan Amal. "Kalian masih sering jalan berdua ya?" tanya Nadia yang ditunjukkan pada Kristi. "Iya, sering," sambar Amal dengan cepat. Nadia menyentakkan kepala. Ia bersedekap dadaa dan kali ini menaruh perhatian penuh pada Kristi. Ia tak lagi repot-repot menyembunyikan rasa tak sukanya pada Kristi. "Kalau kayak gini terus, kapan Amal bisa punya pacar coba?" Kristi mengernyit. "Maksud lo apa ngomong kayak gitu?" "Jangan pura-pura gak tau deh Kris, gue dulu putus sama Amal kan gara-gara lo!" Nadia jadi salty. "Maksud lo apa, ha!?" Kristi berseru kesal. Ia merangsek maju sudah hendak menerkam Nadia kalau saja Amal tak segera menahan. "Udah udah. Kita pulang!" Lalu Amal segera menyeret Kristi pergi dari sana. Di dalam mobil mereka berdua hanya diam. Tak ada yang buka suara. Hingga Kristi berdecak pelan sebab mulutnya gatal tidak tahan hanya diam sejak tadi. Ia menoleh pada Amal dan memposisikan diri menghadap cowok itu yang sedang fokus menyetir. "Maksudnya Nadia tadi apa? Kata lo dulu kan alasan lo putus sama dia karna dia yang selingkuh, pacaran sama Kakak kelas kita. Terus kenapa dia malah ngomong kalau alasan kalian putus itu gue?" Kristi mengatur napasnya setelah mengeluarkan pertanyaan panjang yang memenuhi kepalanya sejak tadi. Karna saking cepatnya bicara, ia sampai ngos-ngosan. "Jangan dengerin omongan dia. Biarin aja, toh gue sama dia juga udah lama putus ‘kan." "Gak bisa gitu Amal." "Gak bisa gimana?" Amal menoleh sekilas pada Kristi, ia terlihat agak kesal. "Ya gak bisa!" seru Kristi. "Pasti ada yang gak lo ceritain ke gue kan?" Dan ia melempar curiga pada Amal. Amal yang sedang menyetir menggeram pelan. Ia tak suka hal-hal yang telah lewat dibahas kembali. Tak ada gunanya dan sudah basi. Tapi, bagi Kristi sepertinya tidak. "Mau itu gak gue ceritain atau gue ceritain ke elo, semuanya udah lewat. Gak usah ungkit-ungkit lagi. Udah basi!!" Amal membalas ketus. Jadi, begitulah atmosfer yang terjadi selama sisa perjalanan pulang. Kristi kesal karna dimarahi Amal dan tak mendapat jawaban yang ia inginkan. Di balik pintu, Kristi merosot turun hingga ia terduduk di lantai. Menekuk lututnya lalu membenamkan kepala di lengan yang ia lipat dan tanpa bisa ditahan air matanya keluar. Ia kesal dan sedih. Kalau memang tak ada apa-apa kenapa Amal harus membentaknya seperti itu. Kristi jadi semakin percaya oleh omongan Nadia kalau ia adalah penyebab putusnya hubungan mereka. Kristi jadi semakin kesal. Ia berteriak di dalam lipatan tangan sembari menangis. Di sisi lain, setelah mengantar Kristi dan memastikan gadis itu masuk ke dalam toko, Amal membelokkan setir, pergi memarkirkan mobilnya. Di lingkungan mereka, terdapat satu bangunan khusus untuk tempat parkir mobil. Karena lingkungan mereka di dominasii pertokoan dan rumah-rumah yang memiliki toko di lantai satu, kebanyakan mereka tidak memiliki lahan parkir sendiri. Oleh karena itu, dibangun sebuah gedung tiga lantai yang bisa memuat puluhan mobil untuk penghuni di sekitar lingkungan itu. Tempatnya tak terlalu jauh, terletak tepat di ujung jalan bersebrangan dengan minimarket 24 jam. Setelah memarkirkan mobilnya, Amal kembali dengan berjalan kaki sembari memainkan ponsel dan membuka notifikasi dari sosial media yang muncul pada bar notifikasi di ponselnya. Itu notifikasi dari akun sosial media Kristi. Amal sengaja memberikan pengingat berupa notifikasi pada akun Kristi agar tiap kali Kristi memposting sesuatu ia bisa langsung melihatnya. Sebab sosial media bagi Amal tak terlalu penting. Yang penting sih Kristinya. Ups... Kristi tidak tahu soal ini. Sebab Amal tak pernah tertarik dengan dunia internet. Ia membuat akun sosial media itu pun hanya karna dipaksa Kristi. Dan ia menggunakannya juga hanya untuk melihat postingan yang Kristi unggah. Amal pernah mengunggah foto, itu pun fotonya berdua dengan Kristi. Ada dua foto yang pernah ia unggah dan dua-duanya juga dengan Kristi. Hmm, Amal memang benar-benar bukti nyata dari seorang bucin. Di unggahan Kristi beberapa jam yang lalu adalah tiga foto gadis itu di kebun bunga. Kristi hanya memberi emotikon senyum dan kamera serta memberi tag akun sosial media Amal sebagai caption. Amal tersenyum melihatnya. Kristi tampak cantik di sana. Tiba-tiba ada notifikasi masuk. Satu direct message dari akun sosial media si Nadia. Amal membaca dari bar notifikasinya. Isi direct message itu adalah... Nadnad_ Hai Amal, ini aku Nadia. Follback ya. Huh, gak penting... Gumam Amal sembari keluar dari aplikasi galeri foto online itu dan menyimpan ponsel di saku. Omong-omong soal Nadia yang mengirim direct message tadi, Amal jadi ingat saat dimana hubungan mereka berakhir. Nadia dulunya teman dekat Kristi. Sering bermain di rumah Kristi. Kadang juga ikut pulang bersama Kristi dan Amal. Saat-saat itu Amal baru mengerti rasa suka terhadap lawan jenis. Amal lalu menyatakan rasa suka pada Nadia dan ternyata Nadia juga menyukainya. Alhasil keduanya pun berpacaran. Namun, hubungan mereka tak berlangsung lama. Di akhir bulan ke tiga mereka pacaran, Nadia mulai sering marah-marah. Alasannya karena Amal selalu mementingkan Kristi. Di akhir pekan, Amal selalu menemani Kristi belanja untuk kebutuhan toko, karna alasan itu tiap akhir pekan Nadia tak pernah pergi kencan dengan Amal. Terkadang di saat Nadia butuh cowok itu, seperti menemaninya pergi membeli buku, pergi jalan-jalan sore atau hanya sekedar menjemput Nadia di tempat les, Amal selalu tak bisa. Lagi-lagi dengan alasan menemani Kristi. Begitu terus hingga Nadia lelah dan mulai mencari pelarian. Menjalin hubungan dengan cowok lain yang Nadia sengaja lakukan untuk mencari perhatian Amal. Namun bukannya mendapat perhatian cowok itu, Amal malah memutuskan hubungan mereka. Begitu cerita sebenarnya. Tapi, Amal hanya memberi tahu Kristi garis besarnya saja yaitu Nadia selingkuh dengan cowok lain. Tapi, Amal tidak salah bukan? Kan memang benar Nadia selingkuh. Selagi disibukkan dengan isi pikiran sendiri. Tau-tau Amal sudah sampai di depan toko Olana's Bakery. Toko itu masih buka, ada dua orang pelanggann di dalam yang sedang memilih kue untuk dibawa pulang. Amal mendongak, melihat lantai tiga rumah Kristi dengan lampu menyala. Kristi sedang apa ya? Apa gadis itu menangis? Pikir Amal begitu. Amal ingin sekali meminta maaf sekarang karna sudah membentak Kristi tadi. Tapi, nanti Kristi pasti akan menuntut jawaban lagi. Amal tidak ingin kelepasan memberitahu yang sebenarnya. Amal tidak ingin Kristi malah menjauh darinya karna hal ini. Amal tak ingin. Jadi, setelah beberapa menit Amal mendongak melihat lampu menyala di kamar Kristi. Ia pun berbalik dan menyebrang menuju rumahnya. Toko Dekava's Flower masih buka. Dari luar Amal melihat Ibunya sedang menyusun bunga-bunga di dalam toko. Amal lalu Lalu bergegas membantu Ibunya. ** Setelah membersihkan diri dan berpakaian, Kristi duduk di depan meja rias seraya mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer. Ponsel Kristi bergetar, lalu berbunyi denting pelan pertanda notifikasi baru masuk. Kristi melirik ponselnya, masih dengan tangan sibuk mengeringkan rambutnya. Notifikasi itu dari sosial media miliknya, tertanda love masuk dari unggahannya tadi siang. Nama akun sosial Amal tertera di sana. Kristi kembali cemberut. Ia lalu meletakkan hairdryer yang sudah mati ke atas meja. Mencabut kabelnya dari stop kontak dan merapikan rambut dengan sisir. Setelahnya, Kristi meraih ponsel dan melangkah menuju balkon kecil menghadap jalan di kamarnya. Kristi menggeser pintu kaca dan mendapati langit cantik berwarna pink di ufuk barat. Sesudah puas memandangi langit, Kristi menunduk, melihat ke sebrang jalan dimana Amal sedang sibuk memasukkan pot-pot besar berisi bunga ke dalam toko. Sebentar lagi jam tutup toko Dekava’s Flower. Kristi mendesah pelan. Ia bersandar pada pintu geser sembari membuka aplikasi sosial medianya. Ia memilih menu notifikasi di sana, dan melihat jumlah love yang bertambah. Kristi refleks tersenyum. Memang ya karna jumlah love di sosial media saja bisa membuat mood sedikit membaik. Tak lama, ada satu akun yang mengikutinya dan sekaligus mengiriminya direct message. Kristi memilih mengklik profil akun tersebut dan melihat postingannya. Ternyata itu akun Nadia. Kristi jadi enggan menekan tombol followback. Kristi lalu beralih ke direct message. Mendapati satu pesan dari Nadia. Nadnad_ Gue gak mau panjang lebar. Kalau lo emang pengen tau maksud gue ngomong gitu ke lo tadi, lo tinggal milih bales dm gue atau lo abaikan aja "Nyolot banget nih orang," gumam Kristi pelan. Ia lalu berpikir, membalasnya atau tidak. Seraya memandang ke sebrang jalan dimana sekarang Amal sedang membalikkan papan penanda menjadi tutup. Jujur saja Kristi penasaran dengan maksud Nadia bicara seperti itu dengannya tadi. Tentunya ia tidak ingin dicap sebagai pengganggu dalam hubungan percintaan Amal. Kedepannya Kristi ingin berhati-hati. Jadi, dengan pikiran seperti itu, Kristi mengetikkan balasan. To : Nadnad Iya gue pengen tau. Kasih tau gue sekarang. Nadnad_ Oke. Setelah balasan singkat itu, Kristi menerima lima screenshoot chat antara Nadia dan Amal. Kristi membacanya satu per satu dengan hati-hati. Dengan detak jantung yang bertalu-talu. Kristi merasakan suhu tubuhnya memanas. Ia tak tahu harus merasa tersanjung karena lebih diprioritaskan atau malah malu. Isi chat yang di screenshoot Nadia semuanya serupa. Yaitu ajakan Nadia untuk pergi berdua dengan Amal yang selalu Amal tolak dengan alasan menemani Kristi, pergi dengan Kristi, menjemput Kristi di tempat les dan berbagai alasan lain dengan Kristi di dalamnya. Setelah keterkejutan itu, ponsel Kristi kembali bergetar. Direct message kembali masuk. Dari Nadia. Nadnad_ Gue sama Amal udah kelar. Udah lama banget. Tapi, gue pengen pengertian lo buat siapapun itu ceweknya Amal nanti. Please, jangan kayak gitu lagi, jangan kekang Amal, Amal bukan pumya lo sendiri karna Amal juga punya kehidupannya sendiri. Kehidupannya sendiri ya? Kristi meneguk saliva yang terasa pahit. Ia merasa sesak. Ia tahu betul kalau Amal selalu peduli padanya. Selalu berada di sisinya. Tapi, Kristi kan tak pernah meminta. Mereka sudah lama bersama. Sejak kecil. Sejak Kristi dan keluarga memutuskan pindah ke sini, saat Kristi berumur lima tahun. Ia bertemu dengan Amal saat itu, berteman dekat hingga sekarang. Mereka saling peduli satu sama lain. Saling menyayangi satu sama lain. Tapi, Kristi tidak pernah mengekang Amal. Kristi tak pernah merasa kalau Amal miliknya seorang. Kristi tak pernah begitu. Tapi, apa hanya Kristi yang menganggapnya begitu? Kristi tak pernah menanyakan langsung tentang perasaan Amal tiap kali bersama Kristi. Karna di beberapa kesempatan, Amal selalu bilang kalau hendak pergi kemana pun harus pergi bersama Amal. Ke dua orang tua Kristi juga bilang begitu, bahkan dengan terang-terangan bicara langsung pada Amal, kalau mereka meminta Amal untuk menjaga Kristi. Jadi, Kristi rasa tak perlu bertanya langsung pada Amal. Karena dari ekspresi Amal tiap kali mereka bersama, Kristi tak pernah mendapati kalau Amal marah, bosan atau pun jengah tiap kali bersamanya. Toko bunga Dekava's Flower sudah benar-benar tutup. Lampunya sudah dimatikan. Tinggal lampu lantai dua yang masih menyala. Kristi menatap lekat pada balkon lantai dua di sebrang jalan. Sembari mengerjap dengan isi kepala berputar-putar. Kaca jendela besar yang berfungsi sebagai pintu itu tertutup tirai putih tampak bergerak ke samping. Kemudian muncul sosok Amal yang mendongak menatap Kristi. Cowok itu melambaikan tangan. Kristi tak balas melambai. Ia hanya diam menatap Amal. Amal terlihat sehabis mandi dengan piyama yang melekat di tubuhnya dan rambut hitam Amal yang tampak basah. Kristi terdiam. Kalau hanya Kristi yang menganggap kalau ia tak pernah mengekang Amal sama sekali, agaknya ini akan menjadi masalah serius. Amal tentu saja punya kehiduapannya sendiri. Kehidupan cowok itu yang tidak ada Kristi di dalamnya. Tapi, entah kenapa Kristi sedikit ragu. Apa karna tiap saat Kristi merasa Amal selalu ada di dekatnya. Agaknya demikian. Jadi, sebagai tindakan pencegahan supaya Amal bisa menikmati kehidupannya tanpa Kristi, mulai besok Kristi harus menghindari Amal. ** Esok pagi, Amal sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Ia bersenandung kecil seraya menuruni tangga. Mawar--Ibu Amal-- terlihat sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Melihat itu, Amal bergegas membantu. "Kenapa Mama rasa pagi ini Anak Mama jadi lebih ganteng." Mawar tersenyum geli, menggoda Amal. "Emang biasanya Amal gak ganteng ya Ma?" Amal menimpali pura-pura merengut. "Anak Mama selalu ganteng dong." Seloroh Mawar disertai gelak. Amal juga tertawa. Sarapan pagi itu diiringi tawa dan obrolan ringan biasa. Setelah selesai makan, Amal lalu mencuci piring dan membersihkan meja makan. Lalu cowok itu bergegas membantu Ibunya membuka toko. Menaruh pot-pot besar di luar toko. Merapikan beberapa pot lainnya yang cukup berat untuk dilakukan oleh Ibunya, di dalam toko. Kemudian, setelah semuanya selesai Amal pun berangkat. Hal yang pertama Amal lakukan adalah mengambil sepedanya yang ia taruh di sudut toko. Menuntunnya keluar dan menyebrang jalan sampai di depan Olana's Bakery. Seperti pagi-pagi lainnya yang telah lewat, Amal selalu menjemput Kristi untuk pergi sekolah bersama. Tapi kayaknya pagi ini sedikit berbeda. Amal telah menunggu sekitar lima menit di depan toko. Tak biasanya Kristi berlama-lama seperti ini. Ayah Kristi dengan memakai celemek tampak membawa sekantung plastik sampaah dari dalam toko, keluar dan menaruhnya di sisi pohon depan toko, biasanya sekitar setengah jam lagi akan ada truk sampaah yang mengambil sampaah-sampaah di lingkungan ini. Ketika Ayah Kristi kembali dan hendak masuk ke dalam toko, ia terkjeut dengan sosok Amal yang berdiri di depan tokonya. Ia sepertinya baru sadar dengan kehadiran Amal. "Loh Amal, belum berangkat?" Amal menggeleng. "Belum Om. Kristinya lagi sarapan ya Om?" Kali ini Ayah Kristi yang menggeleng. "Kristi udah berangkat dari sepuluh menit yang lalu, Om kira dia berangkat sama kamu." "Eh?!" Amal berseru kaget. "Kalau gitu Amal berangkat dulu ya, Om." Setelahnya, tanpa menunggu tanggapan dari Ayah Kristi, Amal sudah melaju kencang dengan sepedanya. Kenapa Kristi meninggalkannya? Biasanya kalau ingin pergi lebih dulu Kristi pasti mengabari dan Amal akan cepat-cepat untuk menyusul atau paling tidak Kristi pergi duluan ke sekolah dengan alasan yang Amal tahu. Tapi kali ini beda. Tanpa alasan dan kabar Kristi pergi begitu saja. Sama seperti tadi malam. Saat Amal melambaikan tangan pada Kristi dari balkon kamarnya, gadis itu hanya menatap Amal dalam diam. Tak balas melambai, lalu berbalik masuk ke dalam kamarnya begitu saja. Tadi malam, Amal pikir kalau Kristi dipanggil orang tuanya jadi tak sempat membalas lambaian Amal. Namun, pagi ini Amal tahu kalau masalah kemarin belum selesai dan masih berlanjut. Amal pikir, Kristi pasti benar-benar marah. Ya, siapa juga yang gak kesal dibentak seperti itu. Sudah dibentak tak diberi jawaban atas rasa penasarannya pula. Pasti rasa kesal Kristi jadi berkali-kali lipat. Sudahlah, nanti sepulang sekolah Amal akan mentraktir Kristi es buah yang dijual tak jauh dari sekolah untuk sogokan permintaan maaf. Sekalian kalau bisa Amal akan membuat alasan kalau-kalau Kristi masih ingin tahu penyebab putusnya Amal dan Nadia. Meskipun sudah berlalu, tapi Amal tetap tak ingin menceritakan yang sebenarnya. Jadi, nanti di sekolah ia akan minta pendapat Fakhri, temannya yang pandai sekali mengarang alasan untuk membantunya membuat satu saja alasan yang bagus dan akan dipercayai Kristi. Supaya Kristi tak lagi marah padanya. **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN